URGESI PENDIDIKAN DALAM
PRESFEKTIF AL-QUR’AN & HADITS
PENDAHULUAN
Masyarakat
global saat ini secara serius dihadapkan pada pengaruh sistem nilai sekuler dan
materiali. Semua lapisan masyarakat, baik orang tua, pendidik, agamawan kini
tengah mengahdapi dilema besar dalam pendidikan, yaitu tentang bagaimana cara
terbaik untuk mendidik generasi muda dan mempersiapkan mereka penghadapi
tantangan global di masa mendatang. Dilema tentang bagaimana memberikan pendidikan
yang terbaik untuk anak-anak kita sekarang membutuhkan penilaian yang jujur
tengtang pentingnya pendidikan pada era globalisasi ini. Salah sarana untuk
mengakatualisasi diri adalah melalui pendidikan.
Masalah
pendidikan adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses
pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan
kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu. Ini
berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan.[1] Proses pendidikan manusia dilakukan
selama kehidupan manusia itu sendiri, mulai dari alam kandungan sampai lahir di
dunia manusia telah melalui proses pendidikan, hal ini menunjukan pentingnya
pendidikan untuk meningkat kemulian diri manusia itu sendiri. Sebagaimana Allah
SWT telah jelaskan dalam firman-Nya.
Artinya:
Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya. (QS. al-‘alaq: 1-5)
Agar umat
manusia mengetahu tentang kebesaran Allah SWT maka melalui belajarlah kita bisa
memahami dari kebesaran penciptaan dan kekuasaan Allah SWT. Dengan perantaran
pendidikan manusia akan dimuliakan oleh Allah SWT dalam kehidupannya. Nabi Adam
as mulia karena dia belajar langsung kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya.
Artinya:
Dan Dia
mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: Sebutkanlah kepada-Ku nama
benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar. (QS.
al-Baqarah: 31)
Ayat ini
menunjukan kepada kita bahwa belajar dan menuntut ilmu itu sangat penting
sehingga kita banyak mengetahui sesuatu yang benar. Para Malaikat tidak bisa
menjawab pertanyaan dari Allah SWT karena mereka tidak mendapat proses pendidikan
dari Allah SWT, berbeda dengan Nabi Adam as yang bisa menjawab pertanyaan dari
Allah SWT karena telah diajarkan kepadanya. Disinilah letak pentingnya
pendidikan bagi umat manusia.
Al-Qur’an
sebagai petunju, pembeda, penjelas dan juga syifa’ ma fis shudur (obat
dari penyakit yang ada dalam dada) pasti berbicara tentang pendidikan.
Pendidikan menyangkut kebutuhan hakiki seseorang. Ajaran yang bersifat
universal tidak mungkin secara operasional dan mendetail memperbincangkan
pendidikan yang amat mendasar ini.[2] Berbicara tentang pendidikan,
fokusnya selalu berkenaan dengan persoalan anak, sosok manusia yang dicintai,
disayangi, dan generasi yang masa depannya harus dipersiapkan. Dalam makalah
ini, penulis mencoba akan membahas tentang pentingnya pendidikan baik kita
tinjau dari pandangan al-Qur’an maupun hadits yang membicarakan tetang penting
pendidikan untuk kehidupan umat manusia menuju pintu kemuliaan.
PENTINGNYA
PENDIDIKAN
Bertolak
dari asumsi bahwa life is education and education is life, dalam arti
pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan, dan seluruh proses hidup
dan kehiduan manusia adalah proses pendidikan maka pendidikan Islam pada dasarnya
hendak mengembangkan pandangan hidup Islami, yang diharapkan tercermin dalam
sikap hidup dan keterampilan hidup orang Islam. Karena itu, pandangan hidup
yang dimanifestasikan dalam sikap hidup dan keterampilan hidup seseorang harus
bisa mendatangkan berkah, yakni nilai tambah, kenikmatan, dan kebahagian dalam
hidup.
Pendidikan
merupakan salah satu upaya untuk membangun dan meningkat mutu SDM menuju era
globalisasi yang penuh dengan tantangan sehingga disadari bahwa pendidikan
merupakan sesuatu yang sangat fundamental bagi setiap individu. Oleh karena
itu, kagiatan pendidikan tidak dapat diabaikan begitu saja, terutama dalam
memasuki era persaingan yang semakin ketat, tajam, berat pada abad millennium
ini.[3] Dalam Islam menuntut ilmu itu wajib
hukumnya, sebagaimana sabda Rasulullah saw dalam hadits yang berbunyai:
أُطلُبُ
العِلمِ فَرِيضةٌ على كل مُسلمٍ والمسلمةٍ
Artinya:
Menuntut
ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan muslim perempuaan (al-Hadits)
Berdasarkan
hadits tersebut, bahwa menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim. Disamping
diwajibkan menuntut ilmu, hadits tersebut juga memberikan pelajaran kepada umat
Islam tentang pentingnya pendidikan untuk kemulian hidupnya. Pendidikan
merupakan salah proses untuk meningkat dan mendekatkan diri kepada sang
pencipta yaitu Allah SWT. Dengan pendidikan manusia lebih mulia dan terhormat
dipandangan Allah SWT dan lebih mulia dari pada mahkluk ciptaan-Nya yang lain.
Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan
nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat.
Secara
alamiah, manusia sejak dalam rahim ibu sampai meninggal dunia mengalami proses
pertumbuhan dan berkembang tahap demi tahap. Begitu pula kejadian alam semesta
ini diciptakan oleh Allah SWT dalam proses tingkat demi tingkat. Dengan
demikian, pendidikan dapat dikatakan sebagai sarana utama untuk mengembangkan
kepribadian setiap manusia dalam usaha manusia melestarikan hidupnya.[4]
Pentingnya
pendidikan telah diungkapkan beberapa tokoh pendidikan Islam yang mengacu
kepada definisi pendidikan Islam, yaitu:
- Abdurrahman al-Nahlawi mengemukakan bahwa pendidikan Islam merupakan suatu tuntutan dan kebutuhan mutlak umat manusia, karena (a) untuk menyelamatkan anak-anak di dalam tubuh umat manusia pada umumnya dari ancaman.[5]
- Dr. Muhammad Fadil al-Jamaly (Guru Besar Pendidikan di universitas Tunisia) mengatakan bahwa pendidikan adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar atau fitrah dan kemampuaan ajarannya (pengaruh dari luar).[6] Esensi pendidikan yang harus dilaksankan umat Islam menurut beliau adalah pendidikan yang memimpin manusia kea rah akhlak mulia dengan memberikan kesempatan keterbukaan terhadap pengaruh dari dunai luar dan perkembangan dari dalam diri manusia yang merupakan kemampuan dasar yang dilandasi oleh keimanan kepada Allah SWT. Pandangan beliau ini didasarkan pada firman Allah SWT.
Artinya:
Dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun,
dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS.
an-Nahl: 78)
Firman Allah
dalam surat an-Nahl ayat 78 tersebut mengindikasikan kepada kita bahwa ketika
kita dilahirkan tidak mengetahui sesuatupun. Maka Allah ciptakan pada diri
manusia pendengaran, penglihatan dan hati, ini semua untuk membantu manusia dalam
proses pendidikan. Tanpa melalui pendidikan manusia tidak mengetahui apa-apa.
Dengan pendidikanlah manusia bisa mengetahui tentang segala sesuatu terutama
tentang kebesaran Allah SWT.
Pendidikan
anak merupakan tanggung jawab orang tuanya. Memberikan pengertian pentinganya
pendidikan merupakan keharusan orang tua tatkala proses pendidikan dalam
keluarga. Pendidikan anak merupakan tanggung jawab orang tua didasarkan pada
firman Allah SWT.
Artinya:
Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (QS.
at-Tahriim: 06)
Pendidik
dalam padangan Islam secara umum adalah mendidik, yaitu mengupayakan
perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotorik, kognitif,
maupun potensi afektifnya. Potensi ini harus dikembangkan secara seimbang
sampai ke tingkat setinggi mungkin, menurut ajaran Islam.[7] Maka inilah tugas orang tua
tersebut berdasarkan firman Allah dalam surat al-Tahriim ayat 06 tersebut di
atas. Salah satu cara untuk menumbuhkembangkan potensi yang dimiliki anak
adalah melalui pendidikan. Disinilah pentingnya pendidikan bagi umat manusia.
Dalam
pandangan penulis, bahwa pada awalnya pendidikan merupakan murni tugas kedua
orang tua, sehingga kedua orang tua tidak perlu mengirim anaknya ke sekolah,
akan tetapi karena perkembangan ilmu pengetahun, keterampilan, sikap serta
kebutuhan hidup sudah semakin luas, dalam, dan rumit, maka orang tua tidak
mampu lagi melaksanakan sendiri tugas-tugas mendidik anaknya. Sekalipun
demikian, secara teoritis seharusnya rumah tangga dan sekolah tetap menyadari
sejarah pendidikan tersebut. Pengaruh pendidikan di dalam rumah tangga terhadap
perkembangan anak memang sangat besar, mendasar dan mendalam.
Marimba
(1989: 19) menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara
sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.[8] Dari pendapat Marimba tersebut,
dapat penulis simpulkan bahwa pentingnya pendidikan adalah untuk
menumbuhkembangan potensi jasmani dan rohani yang dimiliki manusia demi
terwujudnya manusia yang memiliki kepribadian-kepribadian yang utama dalam
istilah agamanya adalah Insan Kamil dan menjadi hamba Allah SWT yang
selalu mendekatkan diri kepada-Nya.
Dalam teori
pendidikan lama, yang dikemukan oleh dunia Barat, dikatakan bahwa perkembangan seseorang
hanya dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme). Sebagai lawannya berkembang pula
teori yang mengajarkan bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh
lingkungannya (empirisme). Sedangkan Islam memandang bahwa perkembangan
seeorang ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya, hal ini sebagaimana sabda
Rasulullah saw yang berbunyi:[9]
كُلُ مَولودٍ
يولدُ على الفطرةِ فَاَبَوَاهُ يُهودانِه او يُنصرَانِهِ أَويمجسانِهِ (البخار
ومسلم)
Artinya:
Setiap anak
dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya
Yahudi, Nasrani atau Majusi. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam
analisis penulis, berdasarkan hadits Rasulullah saw tersebut, bahwa sejak lahir
manusia dalam keadaan fitrah atau telah membawa kemampuan-kemampuan dasar atau
dengan istilah sekarang disebut dengan potensi. Fitrah atau kemampuan dasar
tersebut harus ditumbuhkembangkan dengan baik sesuai dengan fitrah dasarnya.
Salah satu cara untuk menumbuhkembangn fitrah atau potensi tersebut yang paling
efektif adalah melalui pendidikan. Sehingga hadits tersebut menjelaskan begitu
pentingnya pendidikan bagi manusia untuk menumbuhkembangkan fitrah atau potensi
yang dimilikinya yang telah dibawa sejak manusia itu sendiri lahir. Walaupun
tanpa pendidikan, fitrah atau potensi itu bisa berkembang, namun
perkembangannya tidak sesuai dengan nilai-nilai dari ajaran Islam. Pendidikan
mengarahkan bagaimana seharusnya fitrah atau potensi itu harus diarahkan dan
ditumbuhkembangkan.
Para ahli
pendidikan Islam telah sepakat bahwa maksud dari pendidikan dan pengajaran
bukanlah memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka
ketahui, tetapi maksudnya ialah mendidik ahklak dan jiwa mereka, menanamkan
rasa fadilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi,
mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan
jujur. Maka tujuan pokok pendidikan Islam ialah mendidik budi pekerti dan
pendidikan jiwa.[10]
Islam adalah
agama ilmu dan cahaya, bukanlah suatu agama kebodohan dan kegelapan. Wahyu yang
pertama-tama diturunkan mengandung perintah membaca kepada Rasulullah saw.
Pengulangan atas perintah tersebut dan penyebutan kembali mengenai masalah ilmu
dan pendidikan itu, dapat kita rasakan menghubungkan soal pendidikan dengan
Tuhan dalam ayat:[11]
Artinya:
Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang paling pemurah, yang mengajar
(manusia) dengan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya. (QS. al-‘Alaq: 1-5)
Ayat ini
menjelaskan kepada kita untuk selalu membaca dan belajar. Proses belajar dan
mambaca hanya banyak dilakukan tetkala manusia melakukan proses pendidikan.
Sehingga dengan banyak membaca, manusia lebih dekat dengan Allah SWT dan banyak
mengetahui tentang ciptaan-Nya terutama tentang proses penciptaan alam semesta
ini. Pendidikan merupakan salah media yang paling utama untuk mengenal dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT karena inti pendidikan itu adalah mendekatkan
diri kepada-Nya. Namun, kebanyakan dari umat manusia tidak mengetahu hakikat
dari penting pendidikan itu, sehingga mereka sering mengabaikan pendidikan pada
anaknya.
Manusia
sebagai mahluk biologis memiliki unsur mekanisme jasmani yang membutuhkan
kebutuhan-kebutuhan lahiriyah, misalnya sandang, pangan dan papan dan kebutuhan
biologisnya lainnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut harus dipenuhi secara layak,
dan salah satu di antara persiapan untuk memenuhinya yang layak adalah melalui
pendidikan. Dengan pendidikan, pengalaman dan pengetahuan seseorang dapat
bertambah dan dapat menentukan kualitas dan kuantitas kerjanya.[12]
Pendidikan
berusaha mengembangkan potensi individu agar mampu berdiri sendiri, untuk itu
individu perlu diberi berbagai kemampuan dalam pengembangan berbagai hal,
seperti komsep, prinsip, kreaktivitas, tanggung jawab, dan keterampilan. Dengan
kata lain perlu perlu mengalami perkembangan dalam aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Demikian juga individu juga makhluk sosial yang selalu
berinteraksi dengan lingkungan sesamanya. Objek sosial ini akan berpengaruh
terhadap perkembangan individu. Melalui pendidikan dapat dikembangkan suatu
keadaan yang seimbang antara perkembangan aspek individual dan aspek sosial.[13]
Dalam
analisis dan pengamatan penulis, pendidikan merupakan proses dimana seseorang
memperoleh pengetahuan (knowledge acquisition), mengembangkan
kemampuan/keterampilan (skills developments) sikap atau mengubah sikap (attitute
of change). Pendidikan adalah suatu proses transpormasi anak didik agar
mencapai hal-hal tertentu sebagai akibat dari proses pendidikan yang
diikutinya. Sebagai bagian dari masyarakat, pendidikan memiliki fungsi ganda,
yaitu fungsi sosial dan fungsi individual. Fungsi sosialnya untuk membantu
setiap individu menjadi anggota masyarakat yang lebih efektif dengan memberikan
pengalaman kolektif masa lalu dan sekarang, sedangkan fungsi individualnya
untuk memungkin seseorang menempuh hidup yang lebih memuaskan dan lebih
produktif dengan menyiapkannya untuk menghadapi masa depan. Fungsi tersebut
dapat dilakukan secara formal seperti yang terjadi di lembaga pendidikan,
maupun informal melalui berbagai kontak dengan media informasi seperti buku,
surat kabar, majalah. Tv, radio dan lain sebagainya.
Dari
penjelasan di atas maka tujuan pendidikan dalam pandangan Islam harus mampu
menciptakan manusia yang berilmu pengetahuan yang tinggi, dimana iman dan takwa
menjadi menjadi pengendali dalam pengamalan ilmunya di masyarakat. Manusia
muslim yang dihasilkan oleh proses kependidikan Islam harus mampu mencari
cara-cara hidup yang dapat membawa kebahagian hidup di dunia maupun di akhirat
yang bercorak diri dan berderajat tinggi menurut ukuran Allah.[14] Manusia diciptakan sebagai khalifah
di muka bumi, untuk menjalankan kepemimpinannya, manusia harus memiliki
pengetahuan untuk membantu dirinya dalam mengelola alam semesta ini. Hidup di
dunia maupun bekal di akhirat nanti harus berilmu, sebagaimana sabda Rasulullah
saw yang berbunyi:
مَن أَرَادَ
الدنيَا فَعَلَيهِ بِالعِلم وَمَن أَرَادَ الاخِرَةَ فَعليهَ بِالعلمَ وَمَن
أَرَادَهُما فَعليهَ بالعلمِ
Artinya:
Barangsiapa
yang menginginkan (kebahagian) hidup di dunia maka hendaklah ia berilmu, dan
barangsiapa yang meninginkan (kebahagian) hidup di akhirat maka hendaklah ia
berilmu, dan barangsiapa yang menhendaki kedua-keduanya maka hendaklah ia
berilmu.
Hadits
tersebut memberikan pembelajaran kepada kita umat Islam agar memiliki ilmu
pengetahuan baik ilmu pengatahuan agama maupun ilmu pengetahuan umum. Hadits
Rasulullah saw tersebut, dalam pandangan penulis menjelaskan tentang pentingnya
pendidikan bagi umat manusia. Ilmu pengetahuan merupakan bekal kita untuk hidup
di dunia dan akhirat. Tujuan dari proses pendidikan adalah untuk kesempurnaan
dan kemulian manusia itu sendiri.
Dihadapan
Allah, orang yang menuntut ilmu sangat mulia. Apabila para pencari ilmu
meninggal ketika dalam proses pendidikan atau pencaraian ilmu, mereka
adalah mati dalam keadaan syahid. Begitu mulianya orang memiliki ilmu dihadapan
Allah SWT yang pemberi ilmu. Orang tua memilik peran yang penting untuk
memahamkan pentingnya pendidikan demi kelangsungan hidup manusia.
Perumusan
tujuan pendidikan Islam harus berorientasi pada hakikat pendidikan yang
meliputi beberapa aspek, misalnya tentang pertama, tujuan dan tugas hidup
manusia. Manusia hidup bukan karena kebetulan dan sia-sia. Ia diciptakan dengan
membawa tujuan dan tugas tertentu. Tujuan diciptakan manusia adalah hanya untuk
mengabdi kepada Allah SWT.[15]
Tujuan
manusia agar menuntut ilmu agar hidupnya melia dan mendapat derajat yang tinggi
disisi Allah SWT, sebagaimana firman-Nya.
Artinya:
Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang yang diberi ilmu
beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahu apa yang kamu kerjakan. (QS.
al-Mujadalah: 11)
Dalam proses
pendidikan, tujuan akhir merupakan kristalisasi nilai-nilai yang ingin
diwujudkan dalam pribadi peserta didik. Dalam ayat tersebut, Allah meninggi derajat
orang yang berilmu dari yang lainnya. Mereka memiliki kemulian disisi Allah
SWT. Tujuan akhir dari pentingnay pendidikan harus lengkap mencakup semua
aspek, serta terintegrasi dalam pola kepribadain ideal yang bulat dan utuh.
Tujuan akhir mengandung nilai-nilai Islami dalam segala aspeknya. Dari semua
penjelasan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan adalah sebagai
alat untuk memilihara, memperluas dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan,
nilai-nilai tradisi dan sosial serta ide-ide masyarakat dan bangsa. Pendidikan
juga sebagai alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan yang
secara garis besarnya memalui pengetahuan dan skill yang baru ditemukan, dan
melatih tenaga-tenaga manusia yang produktif untuk menemukan keseimbangan
perubahan sosial dan ekonomi. Namun dalam pandangan Imam al-Ghazali, tujuan
akhir pendidikan adalah berahklak mulia dan mendekatkan diri kepada Allah SWT,
itulah tujuan terpenting dari pentingnya pendidikan itu dilakukan.
KESIMPULAN
Pendidikan
dalam pandangan Islam yang sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang
memungkinkan seseorang dapat mengarahkan hidupnya sesuai dengan ajaran Islam.
Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengubah tingkah laku individu pada
kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya. Prinsip ini adalah
keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan pada pribadi berbagai kebutuhan
individu dan komunitas, serta tuntutan pemiliharaan kebudayaan silam dengan
kebutuhan kebudayaan masa kini serta berusaha mengatasi masalah-masalah yang
sedang dan yang akan dihadapi. Dari penjelasan di atas dapat penulis simpulkan
bahwa tujuan pendidikan adalah:
- Mendidik akhlak dan jiwa manusia, menanamkan nilai-nilai keutamaan, membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi.
- Menjadi manusia yang hidup mulia dan bahagia dunia dan akhirat
- Menjadi hamba Allah SWT yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Karena manusia diciptakan sebagai khalifah dan mengabdi kepada-Nya.
- Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kita dan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan.
- Serta mampu menjalankan hidupnya sebagai khalifah Allah di muka bumi dengan memiliki pengetahuan baik pengatahuan agama maupun pengetahuan umum.
[1] Dra. Zuhairini, dkk, Filsafat
Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Askara, 2008, hlm. 10
[2] Prof. Dr. Imam Suprayogo, Pendidikan
Berparadigma Al-Qur’an, Malang: Aditya Media & UIN Malang Press, 2004,
hlm. 7
[3] Prof. Dr. Veithzal Rivai, Dr.
Sylviana Murni, Education Management, Analisis Teori dan Praktik,
Jakarta: Rajawali Press, 2009, hlm. 1
[4] HM. Djumransjah, Abdul Malik Karim
Amrullah, Pendidikan Islam, Malang: UIN-Malang Press, 2007, hlm. 12
[5] Fathiyyah Hasan Sulaiman, Konsep
Pendidikan al-Ghazaly, Jakarta: P3M, 1986, hlm. 19
[6] HM. Djumransjah, ibid, hlm.
17
[7] Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Ilmu
Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007,
hlm. 74
[8] Prof. Dr. Ahmad Tafsir, ibid,
hlm. 24
[9] Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Op.cit.
hlm. 34
[10] M. Athiyah al-Abrasyi,
Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Media Surya Grafindo,
1987, hlm. 1
[11] Ibid, hlm. 33
[12] Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu
Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006, hlm. 138
[13] Dr. Nanang Fattah, Landasan
Manajemen Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008, hlm. 5
[14] Lihat HM. Djumransjah….hlm. 71
[15] Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu
Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006, hlm. 71
Tidak ada komentar:
Posting Komentar