Selasa, 29 Januari 2013

URGESI PENDIDIKAN DALAM PRESFEKTIF AL-QUR’AN & HADITS



URGESI PENDIDIKAN DALAM PRESFEKTIF  AL-QUR’AN & HADITS

PENDAHULUAN

Masyarakat global saat ini secara serius dihadapkan pada pengaruh sistem nilai sekuler dan materiali. Semua lapisan masyarakat, baik orang tua, pendidik, agamawan kini tengah mengahdapi dilema besar dalam pendidikan, yaitu tentang bagaimana cara terbaik untuk mendidik generasi muda dan mempersiapkan mereka penghadapi tantangan global di masa mendatang. Dilema tentang bagaimana memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak kita sekarang membutuhkan penilaian yang jujur tengtang pentingnya pendidikan pada era globalisasi ini. Salah sarana untuk mengakatualisasi diri adalah melalui pendidikan.
Masalah pendidikan adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu. Ini berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan.[1] Proses pendidikan manusia dilakukan selama kehidupan manusia itu sendiri, mulai dari alam kandungan sampai lahir di dunia manusia telah melalui proses pendidikan, hal ini menunjukan pentingnya pendidikan untuk meningkat kemulian diri manusia itu sendiri. Sebagaimana Allah SWT telah jelaskan dalam firman-Nya.
Artinya:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. al-‘alaq: 1-5)
Agar umat manusia mengetahu tentang kebesaran Allah SWT maka melalui belajarlah kita bisa memahami dari kebesaran penciptaan dan kekuasaan Allah SWT. Dengan perantaran pendidikan manusia akan dimuliakan oleh Allah SWT dalam kehidupannya. Nabi Adam as mulia karena dia belajar langsung kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya.
Artinya:
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar. (QS. al-Baqarah: 31)
Ayat ini menunjukan kepada kita bahwa belajar dan menuntut ilmu itu sangat penting sehingga kita banyak mengetahui sesuatu yang benar. Para Malaikat tidak bisa menjawab pertanyaan dari Allah SWT karena mereka tidak mendapat proses pendidikan dari Allah SWT, berbeda dengan Nabi Adam as yang bisa menjawab pertanyaan dari Allah SWT karena telah diajarkan kepadanya. Disinilah letak pentingnya pendidikan bagi umat manusia.

Al-Qur’an sebagai petunju, pembeda, penjelas dan juga syifa’ ma fis shudur (obat dari penyakit yang ada dalam dada) pasti berbicara tentang pendidikan. Pendidikan menyangkut kebutuhan hakiki seseorang. Ajaran yang bersifat universal tidak mungkin secara operasional dan mendetail memperbincangkan pendidikan yang amat mendasar ini.[2] Berbicara tentang pendidikan, fokusnya selalu berkenaan dengan persoalan anak, sosok manusia yang dicintai, disayangi, dan generasi yang masa depannya harus dipersiapkan. Dalam makalah ini, penulis mencoba akan membahas tentang pentingnya pendidikan baik kita tinjau dari pandangan al-Qur’an maupun hadits yang membicarakan tetang penting pendidikan untuk kehidupan umat manusia menuju pintu kemuliaan.
PENTINGNYA PENDIDIKAN
Bertolak dari asumsi bahwa life is education and education is life, dalam arti pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan, dan seluruh proses hidup dan kehiduan manusia adalah proses pendidikan maka pendidikan Islam pada dasarnya hendak mengembangkan pandangan hidup Islami, yang diharapkan tercermin dalam sikap hidup dan keterampilan hidup orang Islam. Karena itu, pandangan hidup yang dimanifestasikan dalam sikap hidup dan keterampilan hidup seseorang harus bisa mendatangkan berkah, yakni nilai tambah, kenikmatan, dan kebahagian dalam hidup.
Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk membangun dan meningkat mutu SDM menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan sehingga disadari bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang sangat fundamental bagi setiap individu. Oleh karena itu, kagiatan pendidikan tidak dapat diabaikan begitu saja, terutama dalam memasuki era persaingan yang semakin ketat, tajam, berat pada abad millennium ini.[3] Dalam Islam menuntut ilmu itu wajib hukumnya, sebagaimana sabda Rasulullah saw dalam hadits yang berbunyai:
أُطلُبُ العِلمِ فَرِيضةٌ على كل مُسلمٍ والمسلمةٍ
Artinya:
Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan muslim perempuaan (al-Hadits)
Berdasarkan hadits tersebut, bahwa menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim. Disamping diwajibkan menuntut ilmu, hadits tersebut juga memberikan pelajaran kepada umat Islam tentang pentingnya pendidikan untuk kemulian hidupnya. Pendidikan merupakan salah proses untuk meningkat dan mendekatkan diri kepada sang pencipta yaitu Allah SWT. Dengan pendidikan manusia lebih mulia dan terhormat dipandangan Allah SWT dan lebih mulia dari pada mahkluk ciptaan-Nya yang lain. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat.
Secara alamiah, manusia sejak dalam rahim ibu sampai meninggal dunia mengalami proses pertumbuhan dan berkembang tahap demi tahap. Begitu pula kejadian alam semesta ini diciptakan oleh Allah SWT dalam proses tingkat demi tingkat. Dengan demikian, pendidikan dapat dikatakan sebagai sarana utama untuk mengembangkan kepribadian setiap manusia dalam usaha manusia melestarikan hidupnya.[4]

Pentingnya pendidikan telah diungkapkan beberapa tokoh pendidikan Islam yang mengacu kepada definisi pendidikan Islam, yaitu:
  1. Abdurrahman al-Nahlawi mengemukakan bahwa pendidikan Islam merupakan suatu tuntutan dan kebutuhan mutlak umat manusia, karena (a) untuk menyelamatkan anak-anak di dalam tubuh umat manusia pada umumnya dari ancaman.[5]
  2. Dr. Muhammad Fadil al-Jamaly (Guru Besar Pendidikan di universitas Tunisia) mengatakan bahwa pendidikan adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar atau fitrah dan kemampuaan ajarannya (pengaruh dari luar).[6] Esensi pendidikan yang harus dilaksankan umat Islam menurut beliau adalah pendidikan yang memimpin manusia kea rah akhlak mulia dengan memberikan kesempatan keterbukaan terhadap pengaruh dari dunai luar dan perkembangan dari dalam diri manusia yang merupakan kemampuan dasar yang dilandasi oleh keimanan kepada Allah SWT. Pandangan beliau ini didasarkan pada firman Allah SWT.
Artinya:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. an-Nahl: 78)
Firman Allah dalam surat an-Nahl ayat 78 tersebut mengindikasikan kepada kita bahwa ketika kita dilahirkan tidak mengetahui sesuatupun. Maka Allah ciptakan pada diri manusia pendengaran, penglihatan dan hati, ini semua untuk membantu manusia dalam proses pendidikan. Tanpa melalui pendidikan manusia tidak mengetahui apa-apa. Dengan pendidikanlah manusia bisa mengetahui tentang segala sesuatu terutama tentang kebesaran Allah SWT.
Pendidikan anak merupakan tanggung jawab orang tuanya. Memberikan pengertian pentinganya pendidikan merupakan keharusan orang tua tatkala proses pendidikan dalam keluarga. Pendidikan anak merupakan tanggung jawab orang tua didasarkan pada firman Allah SWT.
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (QS. at-Tahriim: 06)
Pendidik dalam padangan Islam secara umum adalah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotorik, kognitif, maupun potensi afektifnya. Potensi ini harus dikembangkan secara seimbang sampai ke tingkat setinggi mungkin, menurut ajaran Islam.[7] Maka inilah tugas orang tua tersebut berdasarkan firman Allah dalam surat al-Tahriim ayat 06 tersebut di atas. Salah satu cara untuk menumbuhkembangkan potensi yang dimiliki anak adalah melalui pendidikan. Disinilah pentingnya pendidikan bagi umat manusia.
Dalam pandangan penulis, bahwa pada awalnya pendidikan merupakan murni tugas kedua orang tua, sehingga kedua orang tua tidak perlu mengirim anaknya ke sekolah, akan tetapi karena perkembangan ilmu pengetahun, keterampilan, sikap serta kebutuhan hidup sudah semakin luas, dalam, dan rumit, maka orang tua tidak mampu lagi melaksanakan sendiri tugas-tugas mendidik anaknya. Sekalipun demikian, secara teoritis seharusnya rumah tangga dan sekolah tetap menyadari sejarah pendidikan tersebut. Pengaruh pendidikan di dalam rumah tangga terhadap perkembangan anak memang sangat besar, mendasar dan mendalam.
Marimba (1989: 19) menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.[8] Dari pendapat Marimba tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa pentingnya pendidikan adalah untuk menumbuhkembangan potensi jasmani dan rohani yang dimiliki manusia demi terwujudnya manusia yang memiliki kepribadian-kepribadian yang utama dalam istilah agamanya adalah Insan Kamil dan menjadi hamba Allah SWT yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya.
Dalam teori pendidikan lama, yang dikemukan oleh dunia Barat, dikatakan bahwa perkembangan seseorang hanya dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme). Sebagai lawannya berkembang pula teori yang mengajarkan bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh lingkungannya (empirisme). Sedangkan Islam memandang bahwa perkembangan seeorang ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya, hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw yang berbunyi:[9]
كُلُ مَولودٍ يولدُ على الفطرةِ فَاَبَوَاهُ يُهودانِه او يُنصرَانِهِ أَويمجسانِهِ (البخار ومسلم)
Artinya:
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam analisis penulis, berdasarkan hadits Rasulullah saw tersebut, bahwa sejak lahir manusia dalam keadaan fitrah atau telah membawa kemampuan-kemampuan dasar atau dengan istilah sekarang disebut dengan potensi. Fitrah atau kemampuan dasar tersebut harus ditumbuhkembangkan dengan baik sesuai dengan fitrah dasarnya. Salah satu cara untuk menumbuhkembangn fitrah atau potensi tersebut yang paling efektif adalah melalui pendidikan. Sehingga hadits tersebut menjelaskan begitu pentingnya pendidikan bagi manusia untuk menumbuhkembangkan fitrah atau potensi yang dimilikinya yang telah dibawa sejak manusia itu sendiri lahir. Walaupun tanpa pendidikan, fitrah atau potensi itu bisa berkembang, namun perkembangannya tidak sesuai dengan nilai-nilai dari ajaran Islam. Pendidikan mengarahkan bagaimana seharusnya fitrah atau potensi itu harus diarahkan dan ditumbuhkembangkan.
Para ahli pendidikan Islam telah sepakat bahwa maksud dari pendidikan dan pengajaran bukanlah memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi maksudnya ialah mendidik ahklak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur. Maka tujuan pokok pendidikan Islam ialah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa.[10]
Islam adalah agama ilmu dan cahaya, bukanlah suatu agama kebodohan dan kegelapan. Wahyu yang pertama-tama diturunkan mengandung perintah membaca kepada Rasulullah saw. Pengulangan atas perintah tersebut dan penyebutan kembali mengenai masalah ilmu dan pendidikan itu, dapat kita rasakan menghubungkan soal pendidikan dengan Tuhan dalam ayat:[11]
Artinya:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang paling pemurah, yang mengajar (manusia) dengan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. al-‘Alaq: 1-5)
Ayat ini menjelaskan kepada kita untuk selalu membaca dan belajar. Proses belajar dan mambaca hanya banyak dilakukan tetkala manusia melakukan proses pendidikan. Sehingga dengan banyak membaca, manusia lebih dekat dengan Allah SWT dan banyak mengetahui tentang ciptaan-Nya terutama tentang proses penciptaan alam semesta ini. Pendidikan merupakan salah media yang paling utama untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah SWT karena inti pendidikan itu adalah mendekatkan diri kepada-Nya. Namun, kebanyakan dari umat manusia tidak mengetahu hakikat dari penting pendidikan itu, sehingga mereka sering mengabaikan pendidikan pada anaknya.
Manusia sebagai mahluk biologis memiliki unsur mekanisme jasmani yang membutuhkan kebutuhan-kebutuhan lahiriyah, misalnya sandang, pangan dan papan dan kebutuhan biologisnya lainnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut harus dipenuhi secara layak, dan salah satu di antara persiapan untuk memenuhinya yang layak adalah melalui pendidikan. Dengan pendidikan, pengalaman dan pengetahuan seseorang dapat bertambah dan dapat menentukan kualitas dan kuantitas kerjanya.[12]
Pendidikan berusaha mengembangkan potensi individu agar mampu berdiri sendiri, untuk itu individu perlu diberi berbagai kemampuan dalam pengembangan berbagai hal, seperti komsep, prinsip, kreaktivitas, tanggung jawab, dan keterampilan. Dengan kata lain perlu perlu mengalami perkembangan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Demikian juga individu juga makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan lingkungan sesamanya. Objek sosial ini akan berpengaruh terhadap perkembangan individu. Melalui pendidikan dapat dikembangkan suatu keadaan yang seimbang antara perkembangan aspek individual dan aspek sosial.[13]
Dalam analisis dan pengamatan penulis, pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan (knowledge acquisition), mengembangkan kemampuan/keterampilan (skills developments) sikap atau mengubah sikap (attitute of change). Pendidikan adalah suatu proses transpormasi anak didik agar mencapai hal-hal tertentu sebagai akibat dari proses pendidikan yang diikutinya. Sebagai bagian dari masyarakat, pendidikan memiliki fungsi ganda, yaitu fungsi sosial dan fungsi individual. Fungsi sosialnya untuk membantu setiap individu menjadi anggota masyarakat yang lebih efektif dengan memberikan pengalaman kolektif masa lalu dan sekarang, sedangkan fungsi individualnya untuk memungkin seseorang menempuh hidup yang lebih memuaskan dan lebih produktif dengan menyiapkannya untuk menghadapi masa depan. Fungsi tersebut dapat dilakukan secara formal seperti yang terjadi di lembaga pendidikan, maupun informal melalui berbagai kontak dengan media informasi seperti buku, surat kabar, majalah. Tv, radio dan lain sebagainya.
Dari penjelasan di atas maka tujuan pendidikan dalam pandangan Islam harus mampu menciptakan manusia yang berilmu pengetahuan yang tinggi, dimana iman dan takwa menjadi menjadi pengendali dalam pengamalan ilmunya di masyarakat. Manusia muslim yang dihasilkan oleh proses kependidikan Islam harus mampu mencari cara-cara hidup yang dapat membawa kebahagian hidup di dunia maupun di akhirat yang bercorak diri dan berderajat tinggi menurut ukuran Allah.[14] Manusia diciptakan sebagai khalifah di muka bumi, untuk menjalankan kepemimpinannya, manusia harus memiliki pengetahuan untuk membantu dirinya dalam mengelola alam semesta ini. Hidup di dunia maupun bekal di akhirat nanti harus berilmu, sebagaimana sabda Rasulullah saw yang berbunyi:
مَن أَرَادَ الدنيَا فَعَلَيهِ بِالعِلم وَمَن أَرَادَ الاخِرَةَ فَعليهَ بِالعلمَ وَمَن أَرَادَهُما فَعليهَ بالعلمِ
Artinya:
Barangsiapa yang menginginkan (kebahagian) hidup di dunia maka hendaklah ia berilmu, dan barangsiapa yang meninginkan (kebahagian) hidup di akhirat maka hendaklah ia berilmu, dan barangsiapa yang menhendaki kedua-keduanya maka hendaklah ia berilmu.
Hadits tersebut memberikan pembelajaran kepada kita umat Islam agar memiliki ilmu pengetahuan baik ilmu pengatahuan agama maupun ilmu pengetahuan umum. Hadits Rasulullah saw tersebut, dalam pandangan penulis menjelaskan tentang pentingnya pendidikan bagi umat manusia. Ilmu pengetahuan merupakan bekal kita untuk hidup di dunia dan akhirat. Tujuan dari proses pendidikan adalah untuk kesempurnaan dan kemulian manusia itu sendiri.
Dihadapan Allah, orang yang menuntut ilmu sangat mulia. Apabila para pencari ilmu meninggal ketika dalam proses  pendidikan atau pencaraian ilmu, mereka adalah mati dalam keadaan syahid. Begitu mulianya orang memiliki ilmu dihadapan Allah SWT yang pemberi ilmu. Orang tua memilik peran yang penting untuk memahamkan pentingnya pendidikan demi kelangsungan hidup manusia.
Perumusan tujuan pendidikan Islam harus berorientasi pada hakikat pendidikan yang meliputi beberapa aspek, misalnya tentang pertama, tujuan dan tugas hidup manusia. Manusia hidup bukan karena kebetulan dan sia-sia. Ia diciptakan dengan membawa tujuan dan tugas tertentu. Tujuan diciptakan manusia adalah hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT.[15]
Tujuan manusia agar menuntut ilmu agar hidupnya melia dan mendapat derajat yang tinggi disisi Allah SWT, sebagaimana firman-Nya.
Artinya:
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahu apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Mujadalah: 11)
Dalam proses pendidikan, tujuan akhir merupakan kristalisasi nilai-nilai yang ingin diwujudkan dalam pribadi peserta didik. Dalam ayat tersebut, Allah meninggi derajat orang yang berilmu dari yang lainnya. Mereka memiliki kemulian disisi Allah SWT. Tujuan akhir dari pentingnay pendidikan harus lengkap mencakup semua aspek, serta terintegrasi dalam pola kepribadain ideal yang bulat dan utuh. Tujuan akhir mengandung nilai-nilai Islami dalam segala aspeknya. Dari semua penjelasan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan adalah sebagai alat untuk memilihara, memperluas dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial serta ide-ide masyarakat dan bangsa. Pendidikan juga sebagai alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan yang secara garis besarnya memalui pengetahuan dan skill yang baru ditemukan, dan melatih tenaga-tenaga manusia yang produktif untuk menemukan keseimbangan perubahan sosial dan ekonomi. Namun dalam pandangan Imam al-Ghazali, tujuan akhir pendidikan adalah berahklak mulia dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, itulah tujuan terpenting dari pentingnya pendidikan itu dilakukan.
KESIMPULAN
Pendidikan dalam pandangan Islam yang sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan hidupnya sesuai dengan ajaran Islam. Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya. Prinsip ini adalah keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan pada pribadi berbagai kebutuhan individu dan komunitas, serta tuntutan pemiliharaan kebudayaan silam dengan kebutuhan kebudayaan masa kini serta berusaha mengatasi masalah-masalah yang sedang dan yang akan dihadapi. Dari penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa tujuan pendidikan adalah:
  1. Mendidik akhlak dan jiwa manusia, menanamkan nilai-nilai keutamaan, membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi.
  2. Menjadi manusia yang hidup mulia dan bahagia dunia dan akhirat
  3. Menjadi hamba Allah SWT yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Karena manusia diciptakan sebagai khalifah dan mengabdi kepada-Nya.
  4. Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kita dan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan.
  5. Serta mampu menjalankan hidupnya sebagai khalifah Allah di muka bumi dengan memiliki pengetahuan baik pengatahuan agama maupun pengetahuan umum.



















[1] Dra. Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Askara, 2008, hlm. 10
[2] Prof. Dr. Imam Suprayogo, Pendidikan Berparadigma Al-Qur’an, Malang: Aditya Media & UIN Malang Press, 2004, hlm. 7
[3] Prof. Dr. Veithzal Rivai, Dr. Sylviana Murni, Education Management, Analisis Teori dan Praktik, Jakarta: Rajawali Press, 2009, hlm. 1
[4] HM. Djumransjah, Abdul Malik Karim Amrullah, Pendidikan Islam, Malang: UIN-Malang Press, 2007, hlm. 12
[5] Fathiyyah Hasan Sulaiman, Konsep Pendidikan al-Ghazaly, Jakarta: P3M, 1986, hlm. 19
[6] HM. Djumransjah, ibid, hlm. 17
[7] Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, hlm. 74
[8] Prof. Dr. Ahmad Tafsir, ibid, hlm. 24
[9] Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Op.cit. hlm. 34
[10] M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Media Surya Grafindo, 1987, hlm. 1
[11] Ibid, hlm. 33
[12] Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006, hlm. 138
[13] Dr. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008, hlm. 5
[14] Lihat HM. Djumransjah….hlm. 71
[15] Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006, hlm. 71

Tidak ada komentar:

Posting Komentar