BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Keberhasilan menanamkan
nilai-nilai rohaniah (keimanan dan ketakwaan pada Allah swt) dalam diri peserta
didik, terkait dengan satu faktor dari sistem pendidikan, yaitu metode
pendidikan yang dipergunakan pendidik dalam menyampaikan pesan-pesan Ilahiyah,
sebab dengan metode yang tepat, materi pelajaran akan dengan mudah dikuasai
peserta didik. Dalam pendidikan Islam, perlu dipergunakan metode pendidikan
yang dapat melakukan pendekatan menyeluruh terhadap manusia, meliputi dimensi
jasmani dan rohani (lahiriah dan batiniah), walaupun tidak ada satu jenis
metode pendidikan yang paling sesuai mencapai tujuan dengan semua keadaan. [1]
Sebaik apapun tujuan
pendidikan, jika tidak didukung oleh metode yang tepat, tujuan tersebut sangat
sulit untuk dapat tercapai dengan baik. Sebuah metode akan mempengaruhi sampai
tidaknya suatu informasi secara lengkap atau tidak. Bahkan sering disebutkan
cara atau metode kadang lebih penting daripada materi itu sendiri. Oleh sebab
itu pemilihan metode pendidikan harus dilakukan secara cermat, disesuaikan
dengan berbagai faktor terkait, sehingga hasil pendidikan dapat memuaskan.
Proses pembelajaran mempunyai dua
yaitu: aspek idial dan aspek teknis. Secara idial harus selalu diingat bahwa
program pembelajaran adalah sarana untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh
karena itu, yang harus menjadi pedoman utama adalah bagaimana mengusahakan
perkembangan peserta didik yang optimal, baik sebagai perseorangan maupun
anggota masyarakat. Aspek ideal ini harus tertanam dalam sikap dasar
sebagai pendidik dan diwujudkan dalam cara pendekatan pendidik terhadap
peserta didik sesuai dengan tahap perkembangannya, serta dilaksanakan, baik
secara individual maupun kelompok serta klasikal.[2]
Setiap pendidik senantiasa
dihadapkan pada pertanyaan tentang metode yang akan digunakan dalam membantu
peserta didik mempelajari konsep atau mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Hasil pembelajaran adalah merupakan kerja sama antara guru dan
peserta didik. Namun demikian, metode pembelajaran merupakan salah satu
komponen penting di dalam keseluruhan interaksi pembelajaran. Berkaitan dengan
hal itu patut disadari oleh seorang pendidik bahwa tidak ada satu metode
pembelajaran yang terbaik atau cocok untuk semua situasi dalam mata
pelajaran.[3]
Berdasarkan dari latar belakang,
penulis membahas tema makalah tentang beberapa alternatif metode pembelajaran
Qur’an Hadis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, penulis
merumuskan beberapa masalah:
1.
Bagaimana pengertian metode pembelajaran Qur’an Hadis ?
2.
Bagaimana prinsip-prinsip metode pembelajaran Qur’an
Hadis ?
3.
Bagaimana bentuk alternatif metode pembelajaran
Qur’an Hadis ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Metode Pembelajaran Qur’an Hadis
Metode berasal dari bahasa Inggris “method”
yang artinya cara. [4] Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia metode ialah
“cara yang telah teratur dan terpikir baik baik untuk mencapai suatu maksud
(dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya)”. [5]
Zakiah Daradjat berpendapat adalah
“suatu cara kerja yang sistematis dan umum, seperti cara kerja ilmu
pengetahuan”.[6]
Suryosubroto mengemukakan bahwa “metode adalah cara yang dalam fungsinya
merupakan alat untuk mencapai tujuan”.[7]
Dari pengertian di atas maka dapat
diambil kesimpulan bahwa metode adalah suatu cara yang sistematis dalam
menyampaikan pengetahuan dan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia dikemukakan bahwa pembelajaran artinya proses atau cara
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”.[8] Menurut
Dimyati dan Modjiono berpendapat, pembelajaran adalah “kegiatan pendidik secara
terprogram dalam desain instruksional untuk membuat peserta didik belajar
aktif,yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”.[9] Oemar Hamalik
mengemukakan bahwa pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk
menciptakan kondisi pembelajaran bagi peserta didik. Kegiatan ini meliputi
unsur-unsur manusiawi, material fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang
saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Unsur manusiawi ini meliputi
peserta didik, pendidik, dan tenaga lainnya.[10]
Dari beberapa pengertian di
atas maka yang dimaksud dengan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
melibatkan pendidik, peserta didik dan komponen lainnya dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, pembelajaran adalah suatu proses yang
mengandung serangkaian perbuatan pendidik dan peserta didik atas dasar
hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif dan ditunjang
oleh berbagai unsur lainnya untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
Dengan demikian, metode pembelajaran
Qur’an hadis adalah cara yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pembelajaran Qur’an Hadis dari seorang pendidik kepada
peserta didik dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan.
B. Prinsip-Prinsip
Pembelajaran Qur’an Hadis
Prinsip disebut juga dengan asas
atau dasar, asas adalah kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak,
dan sebagainya dalam hubungannya dengan metode mengajar Quran Hadits. Prinsip
yang dimaksud adalah dasar pemikiran yang digunakan dalam mengaplikasikan
metode mengajar Quran Hadis.
Tujuan yang ingin dicapai dalam
metodologi pengajaran Quran Hadis khususnya adalah tercapainya efisiensi di
dalam proses pembelajaran Quran Hadis. Efisiensi dimaksudkan suatu
prinsip didalam pendidikan dan pengajaran diharapkan hanya terdapat pengorbanan
yang sedikit mungkin, tetapi dapat mencapai hasil yang seoptimal mungkin. Pengorbanan yang dimaksud meliputi faktor tenaga, waktu, alat, dan
biayanya.
Adapun
prinsip-prinsip metodologis yang di jadikan landasan psikologis untuk
memperlancar proses kependidikan Islam (Qur’an Hadis) yang sejalan dengan
ajaran Islam adalah:
1.
Prinsip
memberikan suasana kegembiraan.
2.
Prinsip
memberikan layanan dan santunan dengan lemah lembut.
3.
Prinsip
kebermaknaan bagi peserta didik.
4.
Prinsip
prasyarat.
5.
Prinsip
komunikasi terbuka.
6.
Prinsip
pemberian pengetahuan yang baru.
7.
Prinsip
memberikan model perilaku yang baik.
8.
Prinsip praktik
9.
Prinsip-prinsip
lain-lainnya (prinsip kasih sayang dan prinsip bimbingan serta penyuluhan
terhadap peserta didik.[11]
Muhtar Yahya ada empat
prinsip-prinsip pembelajaran:
1.
At-Tawassu’ fil magashid la fi alat Adalah
prinsip yang menganjurkan untuk menuntut ilmu sebagai tujuan dan bukan sebagai
alat
2.
Mura’tul isti’dad wa thab’I Sebuah prinsip yang sangat memperhatikan pembawaan
dan kecendrungan peserta didik.
3.
At-tadarruj fi talqien Al-Ghazali menyebutkan “Berilah pelajaran kepada peserta didik sesuai
dengan tingkat kemampuan mereka.
4.
Min al-mahsus ila al-ma’qul Tidak dapat
dibantah bahwa setiap manusia merasa lebih mudah memahami segala sesuatu yang
dapat ditangkap didalam oleh panca indranya. Sedangkan yang bersifat hissi apalagi hal-hal yang bersifat
irrasional, kemampuan akal sulit untuk menangkapnya.[12]
Kedua pendapat
tersebut sangat idial, sebab prinsip-prinsip tersebut merupakan acuan untuk
memahami secara mendalam situasi dan kondisi peserta didik. Keberhasilan dalam
mengamplikasikan suatu metode juga sangat bergantung kepada situasi dan kondisi
peserta didik.
C. Beberapa Alternatif Metode
Pembelajaran Qur’an Hadis
Dalam mata pelajaran Qur’an Hadis ada unsur-unsur pokok yang diharapkan peserta
didik dapat:
a.
Membaca
al-Qur’an dan Hadis dengan benar dan baik (sesuai dengan ilmu tajwid).
b.
Hafal surah
atau hadis tertentu, terutama untuk keperluan shalat.
c.
Mengartikan
(menerjemahkan) ayat atau surah atau hadis tertentu.
d.
Memahami isi
kandungan ayat atau surah dan hadis tertentu.[13]
Tujuan unsur
pokok Qur’an Hadis lebih banyak menyangkut ranah kognitif dan psikomotorik,
sehingga metode yang ditekankan adalah : [14]
a.Metode Drill (latihan)
Metode latihan
(Driil) atau metode training merupakan cara pembelajaran yang baik untuk
menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu.[15]
Metode latihan berlansung dengan cara berulang-ulang suatu hal sehingga
terbentuk kemampuan yang diharapkan. Metode latihan pada umumnya di gunakan
untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang dipelajari.
Mengingat latihan ii kurang mengembangkan bakat atau inisiatif peserta didik
untuk berfikir, maka hendaknya latihan disiapkan untuk mengembangkan kemampuan
motorik yang sebelumnya dilakukan diagnosis agar kegiatan itu bermanfaat bagi
pengembangan motorik peserta didik.
Kelebihan metode latihan (Driil):
1.
Pembentukan
kebiasaan yang dilakukan dengan mempergunakan metode ini akan menambah
ketepatan pelaksanaan.
2.
Pemanfaatan
kebiasaan tidak memerluan banyak konsentrasi dalam pelaksanaannya.
3.
Pembentukan
kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks, rumit menjadi otomatis.[16]
Kelemahan metode latihan (driil):
1.
Menghambat
bakat dan inisiatif peserta didik.
2.
Kadang latihan
yang dilaksanakan membosankan.
3.
Membentuk
kebiasaan yang kaku.[17]
b.Metode Demonstrasi.
Metode demonstrasi adalah berarti pertunjukan atau peragaan. Dalam pembelajaran
menggunakan metode demonstrasi dilakukan sesuatu proses, berkenaan dengan
materi pembelajaran.[18]
Hal ini dapat dilakukan baik pendidik maupun orang luar yang di undang ke
kelas. Proses yang didemonstrasikan diambil dari obyek yang sebenarnya. Dengan
metode demonstrasi, peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan
mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil
kesimpulan yang diharapkan. Dalam demonstrasi diharapkan setiap langkah
pembelajaran dari hal-hal yang didemonstrasikan itu dapat dilihat dengan mudah
oleh peserta didik dan melalui prosedur yang benar dan dapat pula dimengerti
materi yang diajarkan.
Kelebihan metode demonstrasi:
1.
Memusat
perhatian peserta didik.
2.
Mengarahkan
peserta didik berfikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama.
3.
Memgambarkan
kepada peserta didik dengan gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya.[19]
Kelemahan metode demonstrasi:
1.
Derajat
visibilitasnya kurang.
2.
Memerlukan
alat-alat yang khusus.[20]
c.Metode Ceramah
Metode ceramah
diartikan sebagai proses penyampain informasi dengan jalan mengeksplanasi atau
menuturkan sekelompok materi secara lisan dan pada saat yang sama materi itu
diterima oleh sekelompok subjek.[21]
Metode ceramah ini termasuk klasik. Namun penggunaannya populer. Banyak
pendidik memanfaatkan metode ceramah dalam pembelajaran. Oleh karena,
pelaksanaannya sangat sederhana, tidak memerlukan pengorganisasian yang rumit.
Komunikasi antar pendidik dengan peserta didik pada umumnya searah. Oleh karena
itu, pendidik dapat mengawasi secara cermat.
Kelebihan metode ceramah:
1.
Membuat
peserta didik pasif .
2.
Mengandung
unsur paksaan kepada peserta didik.
3.
Mengandung
daya kritis peserta didik.
4.
Peserta
didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan peserta didik
yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
5.
Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan
pembelajaran peserta didik.
6.
Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme
(pengertian kata-kata).
Kelemahan metode ceramah:
1.
Pendidik
mudah menguasai kelas.
2.
Pendidik
mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar .
3.
Dapat
diikuti peserta didik dalam jumlah besar.
d.Metode Tanya Jawab.
Metode tanya
jawab adalah metode yang pendekatannya menempuh dua cara, yaitu memberikan
stimulus (Tanya jawab) dan mengadakan pengarahan aktivitas belajar.[24]
Metode tanya jawab merupakan penyajian materi dengan jalan tanya jawab antara
pendidik dan peserta didik (komunikasi dua arah). Melalui tanya jawab peserta
didik didorong untuk mencari dan menemukan jawaban yang tepat dan memuaskan.
Dalam mencari dan menemukan itu ia berfikir menghubung-hubungkan bagian
pengetahuan yang ada pada dirinya dengan isi pertanyaan itu. Jawaban yang dapat
segera diperoleh jika isi pertanyaan banyak kaitannya dengan pengetahuan yang
ada pada dirinya, maka hal ini mendorong untuk menemukannya. Ia akan
menjelajahi data-data jawaban melalui berbagai cara yang tepat.
Kelebihan metode tanya jawab:
1.
Kelas lebih aktif karena peserta didik
tidak sekedar mendengarkan saja.
2.
Memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk bertanya sehingga guru mengetahui hal-hal yang belum dimengerti oleh para
peserta didik. [25]
3.
pendidik dapat mengetahui sampai di mana
penangkapan peserta didik terhadap segala sesuatu yang diterangkan.
Kelemahan metode Tanya jawab:
1.
Dengan tanya jawab kadang-kadang
pernbicaraan menyimpang dari pokok persoalan bila dalam mengajukan pertanyaan,
peserta didik rnenyinggung hal-hal lain walaupun masih ada hubungannya dengan
pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini, sering tidak terkendalikan sehingga
membuat persoalan baru.
e.Metode Resitasi.
Metode resitasi
adalah cara penyajian bahan pelajaran pendidik memberikan tugas tertentu,
agar peserta didik melakukan kegiatan belajar, kemudian harus di pertanggung
jawabkannya.[27]
Tugas yang diberikan oleh pendidik dapat memperdalam bahan pelajaran, dan
dapat pula mengecek bahan yang telah dipelajari. Tugas merangsang peserta didik
untuk aktif pembelajaran secara individual maupun kelompok.
Kelebihan metode resitasi:
1.
Pengetahuan
yang di peroleh peserta didik dari hasil pembelajaran, percobaan atau hasil
penyelidikan yang banyak berhubungan minat dan bakat yang berguna, untuk hidup
mereka akan lebih meresap, tahan lama dan lebih otentik.
2.
Mereka
berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif,
bertanggung jawab dan berdiri sendiri.
3.
Dapat lebih
meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari pendidik, lebih memperdalam,
memperkaya atau memperluas wawasan tentang apa yang dipelajari.
4.
Dapat membina
kebiasaan peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan
komunikasi.
5.
Membuat peserta
didik bergairah dalam pembelajaran dilakukan dengan berbagai variasi sehingga
tidak membosankan.[28]
Kelemahan metode resitasi:
1.
Peserta didik
sering kali melakukan penipuan diri, karena hanya meniru hasil pekerjaan orang
lain, tanpa mengalami peristiwa pembelajaran.
2.
Adakalanya
tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan.
3.
Apabila tugas
terlalu diberikan atau hanya sekedar melepaskan tanggung jawab bagi pendidik,
apalagi bila tugas itu sukar dilaksanakan ketegangan mental peserta didik dapat
terpengaruh.
4.
Apabila tugas
diberikan secara umum, kemungkinan seseorang peserta didik didik mengalami
kesulitan karena sukar menyelesaikan tugas dengan adanya perbedaan individual.[29]
Dari
beberapa alternatif metode pembelajaran Qur’an Hadis. Setiap metode
pembelajaran mempunyai kelemahan dan kelebihan. Tidak ada satu metode
pembelajaran dianggap tepat untuk segala situasi. Sebab, suatu metode
pembelajaran dapat dipandang tepat untuk suatu situasi, namun tidak tepat
untuk situasi yang lain. Seringkali terjadi pembelajaran dilakukan dengan
menggunakan berbagai metode pembelajaran secara bervariasi. Dapat pula suatu
metode pembelajaran dilaksanakan secara berdiri sendiri. Ini tergantung
pada pertimbangan, di dasarkan situasi pembelajaran yang relevan.
f. Metode Guided Note Taking.
Selama ini tidak bisa disangkal lagi
bahwa metode pembelajaran yang paling popular di Indonesia bahkan juga di
seluruh dunia adalah metode ceramah atau yang sering disebut lecturing.
Metode ceramah ini dapat menjadi metode yang efektif jika dipakai untuk pengajaran
pada tingkatan yang rendah, yaitu pengetahuan dan pemahaman (kognitif) terutama
pada kelas besar.
merupakan strategi yang menggunakan
pendekatan pembelajaran akitf (active learning). Pembelajaran aktif (active
learning) adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa
berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk
interaksi antar siswa maupun siswa dengan guru dalam proses pembelajaran
tersebut. Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk
mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga
semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active
learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar
tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Kelebihan Guided Note Taking :
1.
Strategi ini
cocok untuk kelas besar dan kecil.
2.
Strategi ini
dapat digunakan sebelum, selama berlangsung, atau sesuai kegiatan pembelajaran.
3.
Strategi ini
cukup berguna untuk materi pengantar.
4.
Strategi ini
sangat cocok untuk materi-materi yang mengandung fakta-fakta, sila-sila,
rukun-rukun atau prinsip-prinsip dan definisi-definisi.
5.
Strategi ini
mudah digunakan ketika peserta didik harus mempelajari materi yang bersifat
menguji pengetahuan kognitif.
6.
Strategi ini
cocok untuk memulai pembelajaran sehingga peserta didik akan terfokus
perhatiannya pada istilah dan konsep yang akan dikembangkan dan yang
berhubungan dengan mata pelajaran untuk kemudian dikembangkan menjadi konsep
atau bagan pemikiran yang lebih ringkas.
7.
Strategi ini
dapat digunakan beberapa kali untuk merangkum bab-bab yang berbeda.
8.
Strategi ini
cocok untuk menggantikan ringkasan yang bersifat naratif atau tulisan naratif yang
panjang.
9.
Strategi ini
dapat dimanfaatkan untuk menilai kecenderungan seseorang terhadap suatu
informasi tertentu
10. Strategi ini memungkinkan siswa
belajar lebih aktif, karena memberikan kesempatan mengembangkan diri, fokus
pada handout dan materi ceramah serta diharapkan mampu memecahkan masalah
sendiri dengan menemukan (discovery) dan bekerja sendiri.
Contoh
Penerapan Strategi Guided Note Taking dalam Pembelajaran Qur’an Hadits
Ada beberapa model yang digunakan
dalam strategi ini. Yang paling sederhana di antaranya yaitu sebagai berikut:
·
Memberi
bahan ajar misalnya berupa handout kepada siswa
·
Materi ajar
disampaikan dengan metode ceramah.
·
Mengosongi
sebagian poin-poin yang penting sehingga terdapat bagian-bagian yang kosong
dalam handout tersebut. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah dengan
mengosongkan istilah atau definisi atau bisa dengan cara menghilangkan beberapa
kata kunci.
Contoh :Dalam Islam ada dua hal yang dijadikan sebagai
sumber ajaran, yaitu……….…..dan…………… Sumber yang pertama diturunkan oleh Allah
kepada Nabi Muhammad SAW pada tanggal ……. Ramadhan yang sering diperingati
sebagai hari ……………………..…. . Sumber kedua berupa ……….…. Nabi yang berupa
perbuatan atau ……………….., perkataan atau ……………, dan ketetapan atau …..…..……
·
Menjelaskan kepada
siswa bahwa bagian yang kosong dalam handout tersebut memang sengaja
dibuat agar mereka tetap berkonsentrasi mengikuti pembelajaran.
·
Selama
ceramah berlangsung siswa diminta untuk mengisi bagian-bagian yang kosong
tersebut.
·
Setelah
penyampaian materi dengan metode ceramah selesai, guru meminta siswa untuk
membacakan handoutnya. [30]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Metode pembelajaran Qur’an Hadis adalah adalah cara yang digunakan dalam
proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pembelajaran Qur’an Hadis dari
seorang pendidik kepada peserta didik dalam rangka pencapaian tujuan yang
diharapkan.
2. Prisip-prinsip pembelajaran Qur’an Hadis adalah prinsip memberikan suasana
kegembiraan, prinsip memberikan layanan dan santunan dengan lemah lembut,
prinsip kebermaknaan bagi anak didik, prinsip prasyarat, prinsip komunikasi
terbuka, prinsip pemberian pengetahuan yang baru, prinsip memberikan model
perilaku yang baik, prinsip praktek, prinsip-prinsip lain-lainnya (prinsip
kasih sayang dan prinsip bimbingan dan penyuluhan terhadap anak didik.
3. Ada beberapa alternatif metode pembelajaran Qur’an hadis yaitu metode Drill
(latihan), metode demonstrasi, metode ceramah, metode tanya jawab, dan metode
Resitasi (latihan).
B.
Saran dan
Kritik
Dalam proses penyempurnaan makalah ini maka penulis
memohon saran kritik bagi pembaca.
Daftar Pustaka
Anwar Yusuf. Syaiful Tayar, Metodologi
Pengajaran Agama dan Bahasa Arab. Cet. I; Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1995.
Arief, Arman. Pengantar Ilmu dan Metodologi
Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Ciputat Pers , 2002.
Asra, dan Sumiati. Metode Pembelajaran. Cet.
II; Bandung: Wacana Prima, 2008.
Danim, Sudarwan, Media Komunikasi Pendidikan Cet.
I; Jakarta: Bumi Aksara, 1994.
Daradjat , Zakiah, Kepribadian Guru. Cet. IV;
Jakarta: Bulan Bintang, 2005.
Daradjat, Zakiah. Metodik Khusus Pengajaran Agama
Islam. Jakarta: Bumi Aksara,1995.
Dimyati dan Modjono. Belajar dan Pembelajaran.
Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 1999, h. 297.
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
http://mariaulfah15.multiply.com/journal/item/3. Tanggal-01-Juni-2010.
Ihsan, Hamdani dan Ihsan, Fuad. Filsafat Pendidikan
Islam. Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 1998.
Ladjid, Hafni. Pengembangan Kurikulum Menuju
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Cet. I; Ciputat: Ciputat Press Group, 2005.
M. Echols, John dan Shadily, Hasan. Kamus
Indonesia-Inggris. Cet. I; Jakarta: Gramedia Pustaka,1992.
Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran
Untuk Memecahkan Problematika Belajar Mengajar. Cet. VII; Bandung:
Alfabeta, 2009.
Suryosubroto, B. Proses Belajar Mengajar.
Cet.I; Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
W.J.S, Poerwadarminta,. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Cet. I; Jakarta: Balai Pustaka, 1984.
Wahab, Abdul Azis, Metode dan Model-Model Mengajar.
Cet. II; Bandung: Alfabeta, 2009.
izin download insyaAllah bermanfaat..!
BalasHapus