BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem persekolahan di setiap
jenjang pendidikan peranan guru sangat penting. Conny R. Semiawan dan
Soedijarto mengatakan bahwa secara makro tugas guru berhubungan dengan sumber
daya manusia yang pada akhirnya akan paling menentukan kelestarian dan kejayaan
kehidupan bangsa,[1]
apabila jika dikaitkan dengan jenjang pendidikan menengah yaitu Madrasah
Aliyah, maka peran guru sangat menentukan jenjang pendidikan yang strategis.
Strategis bukan hanya dalam pengertian bagi kepemimpinan nasional sebagai
bagian dari national building dan demokratisasi pendidikan, melainkan
juga bagi masa depan anak. Selain itu apabila dikaitkan dengan jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, maka pendidikan menengah mempunyai peran sentral,
yaitu sebagai dasar bangunan sekaligus pencetak bahan baku jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Proses belajar mengajar di kelas,
peran guru tidak dapat diganti oleh piranti elektronik semodern apapun. Hal ini
disebabkan didalam proses belajar mengajar, yang diharapkan bukan hanya
menyampaikan bahan belajar melainkan guru sebagai pembimbing, pendidik,
mediator, dan fasilitator. Aspek kepribadian gurulah yang diharapkan akan
mewarnai suasana dalam interaksi edukatif antara guru dengan anak didik. Nana
Syaodih Sukmadinata mengatakan bahwa
keberadaan di dalam proses pendidikan dan pembelajaran tetap penting, tidak
dapat ditiadakan atau diganti dengan yang lain,[2] apabila
kedudukannya sebagai pengembang kurikulum di sekolah, guru dituntut hadir di
tengah-tengah anak didik dalam rangka proses pengejewantahan pengalaman belajar
yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Peranan guru agama Islam sangat
sentral dalam proses belajar mengajar, oleh karena itu kualitas pendidikan di
sekolah sangat ditentukan oleh kualitas kemampuan guru, meskipun ada faktor
lain yang terkait. Konsekuensinya, ditingkatkan maka harus dimulai dari
peningkatan kualitas kemampuan guru. Demikian juga apabila kaitan pendidikan
disinyalir kurang sesuai dengan harapan masyarakat, tentu lebih dulu mendapat
tudingan adalah guru.
Menurut Fakry Gaffar dalam
pembahasan tentang performance bused teacher education menyatakan bahwa
guru perlu memiliki kompetensi-kompetensi content knowledge, behavior,
skills, dan human relations.[3]Contents
knowledge adalah materi pengetahuan di bidangnya masing-masing. Behavior
skills berkenaan dengan integritas pribadi, sedangkan human relation
skill adalah keterampilan dalam membina hubungan insani antara guru dengan
guru, guru dengan kepala sekolah, dan guru dengan anggota masyarakat, orang tua
siswa, komite sekolah, dan instansi-instansi yang terkait.
Dewasa ini masih terdapat
keluhan-keluhan masyarakat tentang kualitas kemampuan guru dalam melaksanakan
tugasnya. Rochman Natawidjaja mengatakan bahwa kritik masyarakat terhadap
kualitas guru antara lain disebabkan kualitas guru yang tidak memadai dalam
menyesuaikan dirinya terhadap perubahan dan perkembangan yang terjadi di bidang
pendidikan.[4]
Djamaluddin Kantao dalam disertasinya antara lain menyimpulkan adanya sejumlah
guru yang kurang memenuhi peranannya sebagai pengembang kurikulum di sekolah,
yang ditandai dengan membuat satuan pelajaran yang bersifat formalitas,
melaksanakan pengajaran secara tidak profesional, melaksanakan evaluasi secara
tidak kontinyu, dan tidak dijadikan sebagai umpan balik dalam pelaksanaan
kurikulum.[5]
Mencermati fenomena di atas, maka
dapat dinyatakan bahwa sampai saat ini produktivitas kerja guru pendidikan
agama islam masih sangat rendah. Untuk itu perlu dikembangkan upaya yang
berkesinambungan agar diperoleh guru-guru yang bermutu dalam arti yang
sebenarnya, yaitu pekerjaan yang dilaksanakannya dapat menghasilkan prestasi
kerja yang unggul, tidak hanya berangan-angan dan pandai beretorika. Hal ini
sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Hasyr: 18; “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan”
Berdasarkan ayat diatas dapat
dipahami bahwa setiap pekerjaan diharapkan dapat menghasilkan produktivitas
yang unggul, tidak hanya berangan-angan terhadap masa silam yang sudah terjadi,
akan tetapi masa silam itu digunakan sebagai pelajaran untuk menunjukkan
keberhasilan atas pekerjaan yang telah dilakukan. Karena sesungguhnya setiap
pekerjaan akan mendapat penilaian yang setimpal dari Allah Swt.
Banyak faktor yang mempengaruhi
produktivitas kerja, baik yang berhubungan dengan guru maupun yang berhubungan
dengan lingkungan sekolah dan termasuk di dalamnya motivasi kerja kepala
sekolah. Menurut Balai Pengembangan Produktivitas Daerah disebutkan bahwa ada
enam faktor utama yang menentukan keberhasilan pendidikan, yaitu sikap kerja;
tingkat keterampilan; hubungan tenaga kerja dengan pimpinan, manajemen
pengelolaan, efisiensi tenaga kerja, dan kesungguhan.[6] Keenam
faktor tersebut merupakan faktor-faktor kunci produktivitas tenaga kerja pada
umumnya.
Produktivitas dapat ditinjau
berdasarkan tingkatannya dengan tolak ukur masing-masing. Tolak ukur
produktivitas kerja dapat dilihat dari kinerja pegawai. Dalam hal ini, Mitchell
mengatakan bahwa aspek-aspek kinerja meliputi; quality of work, promptness,
initiative, copability, dan communication.[7] Kelima
aspek tersebut dapat dijadikan ukuran dalam mengkaji tingkat kinerja seseorang.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa untuk mengadakan pengukuran produktivitas kerja
ditetapkan. Produktivitas kerja pegawai adalah hasil kali antara kemampuan dan
motivasi.
Dalam hal ini, jelas bahwa untuk
mendapatkan gambaran tentang produktivitas kerja seseorang, maka diperlukan
pengkajian khusus yang kompetensi dan motivasi. Hal ini senada dengan yang
dikemukakan oleh Sedarmayanti bahwa untuk kerja yang baik dapat dipengaruhi
oleh kecakapan dan motivasi.[8]
Kecakapan tanpa motivasi atau motivasi tanpa kecakapan, keduanya tidak dapat
menghasilkan keluaran yang tinggi.
Di samping itu, kepuasan di tempat
kerja dapat juga menjadi masukan dengan asumsi bahwa kepuasan kerja merupakan
suatu kondisi yang menampakan produktivitas kerja. Kepuasan kerja dapat
memberikan karakteristik tertentu pada kinerja individu yang akhirnya akan
tampak pula pada peningkatan produktivitas kerjanya. Jadi dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa apabila seseorang mendapat pengakuan serta kepuasan kerja
yang memadai, maka akan memacu semangat dan kreativitas dalam bekerja, sehingga
penunjukkan kinerja yang baik dan pada akhirnya dapat pula meningkatkan
produktivitas kerjanya.
Guru PAI sebagai salah satu tenaga
kerja yang profesional, juga dituntut agar senantiasa meningkatkan
produktivitas kerjanya. Secara individual, guru memiliki
karakteristik-karakteristik seperti; intelektual, kemampuan psikomotorik,
efektif, kesehatan, konsep aku dan lain-lain[9] yang
harus senantiasa ditingkatkan agar produktivitas kerjanya juga semakin
meningkat.
Dalam hal ini, karakteristik
intelektual dan kemampuan psikomotorik sangat berkait erat dengan konsep
kecakapan (kompetensi) yang disebutkan
oleh Sedarmayanti. Demikian juga, karakteristik afektif, seperti; sikap,
motivasi, etika kerja senada dengan konsep yang diajukan oleh Balai
Pengembangan Produktivitas Daerah. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa
upaya dalam meningkatkan produktivitas kerja kepala SMK sangat dipengaruhi oleh banyak faktor yang
begitu kompleks.
Namun, kajian ini hanya dibatasi
pada dua variabel yang sangat penting dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja guru PAI.
Hal ini didasari atas pemikiran bahwa kecenderungan pegawai yang produktif,
apabila ia memiliki kecakapan sekaligus motivasi kerja yang tinggi. Untuk itu,
kompetensi kepala sekolah, motivasi kerja kepala SMK dan produktivitas kerja
guru PAI akan dikaji secara mendalam dalam penulisan tesis ini.
B. Identifikasi Masalah
Dengan mencermati latar belakang
masalah di atas, maka masalah-masalah yang mungkin muncul dalam meningkatkan
produktivitas kerja guru PAI perlu diidentifikasi secara cermat. Dalam hal ini,
kemungkinan-kemungkinan permasalahan tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:
1.
Bagaimana kompetensi guru PAI
di SMK Se-Kabupaten Indramayu ?
2.
Bagimana motivasi kerja guru
PAI di SMK Se-Kabupaten Indramayu ?
3.
Apakah kompetensi guru PAI dan
motivasi kerja guru PAI secara bersama-sama mempengaruhi produktivitas
kerjanya?
4. Apkah sikap guru PAI berhubungan dengan
peningkatkan produktivitas kerjanya?
5.
Apakah etika kerja guru PAI berhubungan dengan peningkatan
produktivitas kerjanya?
6.
Apakah disiplin kerja guru PAI
berhubungan dengan peningkatan produktivitas kerjanya?
7.
Apakah gizi dan kesehatan guru PAI berpengaruh
terhadap produktivitas kerja guru PAI?
8.
Apakah tingkat pendidikan guru PAI
berpengaruh terhadap produktivitas kerja guru PAI ?
9.
Apakah latar belakang keluarga guru PAI
berpengaruh terhadap produktivitas kerja guru PAI?
10.
Apakah kepemimpinan guru PAI dapat
meningkatkan produktivitas kerja guru PAI ?
11.
Apakah suasana kerja dapat
meningkatkan produktivitas kerja guru PAI ?
12.
Apakah manajemen sekolah dapat
meningkatkan produktivitas kerja guru PAI?
C. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan tenaga,
waktu yang diizinkan, dan biaya yang tersedia, maka penelitian ini diperlukan
pembatasan masalah. Dalam hal
ini variabel kompetensi guru PAI dan motivasi kerja guru PAI yang dijadikan
variabel bebas, dikaji dalam hubungannya dengan produktivitas kerja kepala
sebagai variabel terikat. Lebih lanjut, penelitian ini
juga dibatasi pada guru-guru PAI yang bertugas di lingkungan Dinas Pendidikan
Kabupaten Indramayu.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas,
maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan antara kompetensi
dengan produktivitas kerja guru PAI di lingkungan Dinas Kabupaten Indramayu?
2.
Apakah terdapat hubungan antara
motivasi kerja dengan produktivitas kerja guru PAI di lingkungan Dinas Kabupaten Indramayu?
3.
Apakah terdapat hubungan antara
kompetensi dan motivasi kerja secara bersama-sama dengan produktivitas kerja guru PAI di lingkungan Dinas Kabupaten Indramayu?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Penelitian
ini bertujuan:
a.
Ingin mengetahui apakah
kompetensi mempengaruhi produktivitas kerja guru PAI di lingkungan Dinas Kabupaten Indramayu.
b.
Ingin mengetahui apakah
motivasi mempengaruhi produktivitas kerja guru PAI di lingkungan Dinas Kabupaten Indramayu.
c.
Ingin mengetahui apakah
kompetensi dan motivasi kerja guru PAI secara bersama-sama mempengaruhi produktivitas kerja guru PAI di lingkungan Dinas Kabupaten Indramayu.
2.
Kegunaan Penelitian
1.
Kegunaan Umum
Penelitian ini diharapkan
berguna dalam upaya peningkatan
produktivitas kerja guru
PAI melalui pengembangan kompetensi, motivasi kerja, sehingga SDM guru PAI dapat
dibina dan dikembangkan secara programatis dan terukur.
2.
Kegunaan Khusus
a)
Setelah mengetahui hasil
penelitian guru PAI di lingkungan Dinas Kabupaten Indramayu secara psikologis akan berupaya
meningkatkan kompetensi, motivasi dan
produktivitas kerja dalam tugas sebagai pelaksana dan penanggung jawab
pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
b)
Dapat memberikan data bagi kepala dinas pendidikan untuk
melakukan langkah-langkah bagi peningkatan sumber daya manusia guru PAI di lingkungan Dinas Kabupaten Indramayu.
c)
Dapat mendorong peningkatan kualitas
kerja guru PAI dan kualitas hasil kerja guru PAI di lingkungan Dinas Kabupaten Indramayu.
F. Kerangka Berfikir
Secara konseptual, kompetensi guru PAI adalah
kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas secara bertanggung jawab dan
layak. Dalam hal ini, kemampuan seorang guru tersebut adalah menguasai bahan,
mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan sumber /
media, menguasai landasan kependidikan, mengelola interaksi belajar mengajar,
menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, mengenal fungsi dan
program bimbingan dan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi
sekolah, dan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian
pendidikan guna keperluan pengajaran.
Secara operasional, kompetensi guru PAI adalah
skor yang diperoleh seorang pimpinan sekolah setelah mengisi kuesioner
kompetensi guru PAI berskala penilaian dengan rentang nilai dari satu sampai lima.
Kompetensi sebagaimana disebutkan
dalam UU Guru No. 14 Tahun 2005 pasal 10 meliputi kompetensi paedagogis,
kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional.
Indikator kompetensi paedagogis
guru adalah 1) menguasai bahan, 2) mengelola program belajar – mengajar, 3)
mengelola kelas, 4) menggunakan media / sumber, 5) menguasai landasan
pendidikan, 6) mengelola interaksi belajar mengajar), 7) menilai prestasi siswa
untuk kepentingan pengajaran, 8) mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan,
9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, dan 10) memahami
prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil pendidikan guna keperluan
pengajaran.
Secara konseptual, motivasi kerja guru PAI adalah
kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat pada diri seseorang (guru) yang
dapat mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai kepuasan
(tujuan) pekerjaan.
Secara operasional, motivasi kerja guru PAI adalah
skor yang diperoleh seorang guru setelah mengisi kuesioner motivasi kerja
berskala penilaian dengan rentang nilai dari satu sampai lima.
Dimensi motivasi kerja terdiri dari a)
aspek fisiologis, yang ditandai dengan beberapa indikator, yaitu 1) kemampuan
menangguhkan pemuasan diri demi pekerjaan dan 2) tidak tergugah sekedar
mendapatkan uang, status dan keuntungan dan b) aspek psikologis, yang ditandai
dengan beberapa indikator, yaitu 1) kesukaan terhadap tugas, 2) pemenuhan pada
situasi yang kondusif, 3) kesenangan untuk berprestasi, dan 4) kemauan untuk
bersaing sehat.
Produktivitas merupakan hasil dari
suatu tindakan dan proses. Berkaitan dengan produktivitas guru dicirikan dengan
aspek-aspek yang meliputi:
1.
Tindakan konstruktif
2.
Kepercayaan diri
3.
Tanggung jawab
4.
Cinta pekerjaan
5.
Pandangan ke depan, dan
6.
Penyesuaian diri
Dimensi produktivitas kerja dilihat
dari aspek-aspek :
1.
Ketepatan Kerja
2.
Kepuasan kerja
3.
Hasil kerja
4.
Akibat kerja terhadap kualitas
pendidik.
G. Tinjauan Pustaka
Studi yang secara khusus memfokuskan
pada kompetensi guru PAI dalam kaitannya dengan produktivitas kerja telah dilakukan kajian.
Pada umumnya mereka melakukan studi dengan cakupan luas dan berisi berbagai
variabel. Beberapa studi, seperti yang dilakukan oleh Goodship (1990), Foote
(1997), dan Spence (1999) sebagaimana diuraikan di bawah ini merupakan aplikasi
dari hal tersebut.
Studi Goodship dengan metode
eksperimen menerapkan empat macam kompetensi, yakni lingkungan, personal,
sosial dan pekerjaan guru dan mahasiswa. Khusus studi tentang kompetensi,
pemberian perlakuannya dengan penyiapan di sekolah dan pendampingan di
lapangan. Pengukuran dilakukan dengan observasi (observation of performance)
dan pengukuran diri (self assesment of social behaviors). Hasilnya
menunjukkan bahwa kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan.[10]
Foote
melakukan studi dengan menggunakan metode eksperimen melalui penerapan model
aksi sosial yang dikolaborasikan di sekolah pada guru. Penelitian
ini memfokuskan pada kompetensi yang mencakup tentang pengetahuan, nilai-nilai
dan keterampilan. Khusus instrumen keterampilan sosial menggunakan teknik
pengukuran diri (self – apprasial technique) dengan memberikan sejumlah
pernyataan yang mengandung perilaku sosial dan responden disuruh memilih dua
pernyataan, yakni “seperti saya” atau “bukan seperti saya” (like me atau
unlike me). Hasil penelitian menunjukkan model aksi sosial signifikan pada
perilaku merespon kebutuhan orang lain, menampilkan perilaku memenuhi tugas,
partisipasi terhadap kegiatan, menyampaikan pendapat, menerima pengaruh orang
lain, sikap positif terhadap orang lain, membantu dan kerjasama. Kekeluargaan,
tolong-menolong, kepedulian, disiplin, empati, toleransi dan kerjasama.
Perhatian yang kurang penuh pada perlakuan memberikan dampak kurang tinggi
terhadap penampilan keterampilan tersebut Foote mengkategorikan keterampilan
menjadi tiga tingkatan, yakni tinggi (terampil bersosial), sedang (kurang
terampil bersosial), dan rendah (tidak terampil bersosial).[11]
Penelitian tentang motivasi kerja
dilakukan oleh Dedi Adiyanto (2005) untuk penulisan tesis pada Universitas
Pakuan Program Studi Manajemen Pendidikan dengan judul “Hubungan antara
Motivasi Kerja dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru, menyimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi kerja guru PAI dengan kinerja
guru. Hal ini menunjukkan bahwa faktor motivasi dapat mendorong tumbuhnya
kinerja dan diasumsikan juga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Dengan
demikian dapat diasumsikan bahwa terdapat hubungan positif antara kompetensi
dan motivasi dengan produktivitas kerja guru PAI. Sisi yang berbeda dari penelitian ini
terutama pada metodologi penelitian yang digunakan yaitu penelitian dengan
model survey.
H. Metodologi Penelitian
1.
Metode dan Variabel Penelitian
Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah metode survey dengan teknik korelasional, yaitu jenis penelitian yang
berupaya untuk mengemukakan ada tidaknya hubungan variabel bebas dengan
variabel terikat. Dalam hal ini, Ary Jacobs, dan Razaveich menjelaskan bahwa
metode tersebut digunakan karena para ahli sosiologi banyak menggunakannya
untuk menyelidiki hubungan diantara variabel dan juga digunakan untuk
menyelidiki hubungan atau menguji hipotesis.[12] Oleh
karenanya, metode tersebut digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini.
Variabel penelitian terdiri dari dua variabel bebas dan
satu variabel terikat. Variabel bebas adalah kompetensi guru PAI (X1)
dan motivasi kerja guru PAI (X2), sedangkan variabel terikat adalah produktivitas
kerja guru PAI (Y). model hubungan antara kompetensi guru PAI dan motivasi
kerja guru PAI dengan produktivitas kerja dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1 : Model Hubungan antar Variabel Penelitian
2.
Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah guru PAI di SMK Kabupaten Indramayu. Sampel
penelitian ini berjumlah 20 guru
PAI. Pengambilan sampel dilakukan secara total karena
jumlah relatif kecil.[13] Dalam
hal ini, semua guru PAI di lingkungan Dinas Kabupaten Indramayu. Dengan demikian semua populasi menjadi
subyek penelitian yang seluruhnya berjumlah 20 orang.
3.
Instrumen Penelitian
a.
Jenis Instrumen
Penelitian
ini memerlukan tiga instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data, yaitu 1)
instrumen produktivitas kerja guru PAI, 2) instrumen kompetensi kepala sekolah;
dan 3) instrumen motivasi kerja kepala sekolah.
b.
Jenis angket
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang
variabel penelitian dan angket (kuesioner) menggunakan skala likert. Dalam hal
ini, tiap butir pernyataan yang dijawab selalu (SL) dinilai 5, dijawab sering
(SR) dinilai 4, kadang-kadang (KK) dinilai 3, dijawab jarang (JR) dinilai 2, dan dijawab tidak pernah (TP) dinilai 1.
4.
Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan variabel penelitian yang
telah disebutkan, maka ada tiga jenis data yang akan dijaring dalam penelitian
ini. Kegita jenis data tersebut, ialah 1) data tentang kompetensi kepala
sekolah, dan 2) data tentang motivasi kerja kepala sekolah, dan 3) tentang
produktivitas kerja guru PAI. Ketiga data tersebut dikumpulkan dengan teknik non-tes, yaitu
kuesioner.
5.
Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul dianalisis
dengan menggunakan statistik deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran
dari setiap variabel yang diteliti, dengan menghitung rata-rata dan simpangan baku.
Analisis yang digunakan adalah dengan
rumus korelasi product moment untuk menentukan atau mencari koefisien korelasi yaitu menentukan derajat atau kuatnya hubungan antar variabel.
I. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik yang diajukan
dalam penelitian ini adalah:
1.
Hipotesis pertama
H0 : ry.1 = 0
H1 : ry.1 > 0
2.
Hipotesis kedua
H0 : ry.2 = 0
H1 : ry.2 > 0
3.
Hipoteis ketiga
H0 : ry.1.2 = 0
H1 : ry.1.2 > 0
Keterangan:
H0 = Hipotesis
nol
H1 = Hipotesis kerja
Py1 = Korelasi antara variabel kompetensi guru PAI dengan
produktivitas kerja guru PAI
Py2 = Korelasi antara variabel motivasi kerja dengan produktivitas
kerja guru PAI
Py1.2 = Korelasi
antara variabel kompetensi guru
PAI dan motivasi kerja guru PAI secara
bersama-sama dengan produktivitas kerja
J. Sistematika Pembahasan
Tesis ini disusun dalam 5 (lima) bab yang meliputi:
Bab I Pendahuluan; menguraikan
tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka berfikir, hipotesis, metode
penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II Tinjauan Teoritis; yang
menguraikan kompetensi kepala sekolah, motivasi, kerja guru dan produktivitas kerja.
Bab III Metodologi Penelitian;
menguraikan tentang tujuan penelitian, tempat dan waktu penelitian, rancangan
penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, dan teknis analisis data.
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Penelitian yang menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan penelitian.
Bab V
Kesimpulan dan Rekomendasi
[1] Conny R. Semiawan dan Soedijarto, Mencuri Strategi Pengembangan
Pendidikan Nasional Menjelang Abad XXI, (Jakarta: Grasindo, 1991), 119.
[2] Nana Syaodih Sukmadinata, Kontribusi Konsep Mengajar dan Motif
Berprestasi Terhadap Proses dan Hasil Belajar, Disertasi, (Bandung: PPs
IKIP Bandung, 1983), 212.
[3] Mohammad Fakry Gaffar, Perencana Pendidikan: Teori dan
Metodologi, (Jakarta: PPLPTK Ditjen Dikti Depdikbud, 1987), 17.
[4] Rochman Natawidjaja, “Peningkatan Kualitas Profesional Guru Sekolah
Dasar melalui Pemantapan Lembaga pendidikannya”, Mimbar Pendidikan, No.
1 Tahun XI, 1992, 11.
[5] Djamaludin Kantao, “Profil Guru dalam Konteks Sosial Budaya
Tokaili”, Disertasi, (Bandung: PPs IKIP Bandung, 1992), 33.
[6] Balai Pengembangan produktivitas Daerah Produktivitas Kerja,
(Bandung; Depnaker RI Kanwil Propinsi Jawab, 1997), 7.
[7] Terence R. Mitchell, People in Organization Understanding Their
Behavior, (New York: McGraw Hill, 1974), 343.
[8] Sedarmayanti, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, (Bandung: Mandar Maju,
2001), 71.
[9] Ibid. 24.
[10] Ibid., 1 – 8.
[11] Foote, E., Collaborative Learning in Community Colleges. ERIC,
Digest, 1997, 2-5.
[12] Donald Ary Chese jacobs, and Asghar Razeveih, Pengantar dalam
pendidikan terj. Arief Furchan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), 424.
[13] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
(Jakarta; Rineka Cipta, 1993), 109.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar