Minggu, 27 Januari 2013

HUBUNGAN KOMPETENSI DAN MOTIVASI KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK DI LINGKUNGAN DINAS KABUPATEN INDRAMAYU



                                                                           BAB  I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah


Sistem persekolahan di setiap jenjang pendidikan peranan guru sangat penting. Conny R. Semiawan dan Soedijarto mengatakan bahwa secara makro tugas guru berhubungan dengan sumber daya manusia yang pada akhirnya akan paling menentukan kelestarian dan kejayaan kehidupan bangsa,[1] apabila jika dikaitkan dengan jenjang pendidikan menengah yaitu Madrasah Aliyah, maka peran guru sangat menentukan jenjang pendidikan yang strategis. Strategis bukan hanya dalam pengertian bagi kepemimpinan nasional sebagai bagian dari national building dan demokratisasi pendidikan, melainkan juga bagi masa depan anak. Selain itu apabila dikaitkan dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, maka pendidikan menengah mempunyai peran sentral, yaitu sebagai dasar bangunan sekaligus pencetak bahan baku jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Proses belajar mengajar di kelas, peran guru tidak dapat diganti oleh piranti elektronik semodern apapun. Hal ini disebabkan didalam proses belajar mengajar, yang diharapkan bukan hanya menyampaikan bahan belajar melainkan guru sebagai pembimbing, pendidik, mediator, dan fasilitator. Aspek kepribadian gurulah yang diharapkan akan mewarnai suasana dalam interaksi edukatif antara guru dengan anak didik. Nana Syaodih  Sukmadinata mengatakan bahwa keberadaan di dalam proses pendidikan dan pembelajaran tetap penting, tidak dapat ditiadakan atau diganti dengan yang lain,[2] apabila kedudukannya sebagai pengembang kurikulum di sekolah, guru dituntut hadir di tengah-tengah anak didik dalam rangka proses pengejewantahan pengalaman belajar yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Peranan guru agama Islam sangat sentral dalam proses belajar mengajar, oleh karena itu kualitas pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh kualitas kemampuan guru, meskipun ada faktor lain yang terkait. Konsekuensinya, ditingkatkan maka harus dimulai dari peningkatan kualitas kemampuan guru. Demikian juga apabila kaitan pendidikan disinyalir kurang sesuai dengan harapan masyarakat, tentu lebih dulu mendapat tudingan adalah guru.
Menurut Fakry Gaffar dalam pembahasan tentang performance bused teacher education menyatakan bahwa guru perlu memiliki kompetensi-kompetensi content knowledge, behavior, skills,  dan human relations.[3]Contents knowledge adalah materi pengetahuan di bidangnya masing-masing. Behavior skills berkenaan dengan integritas pribadi, sedangkan human relation skill adalah keterampilan dalam membina hubungan insani antara guru dengan guru, guru dengan kepala sekolah, dan guru dengan anggota masyarakat, orang tua siswa, komite sekolah, dan instansi-instansi yang terkait.
Dewasa ini masih terdapat keluhan-keluhan masyarakat tentang kualitas kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya. Rochman Natawidjaja mengatakan bahwa kritik masyarakat terhadap kualitas guru antara lain disebabkan kualitas guru yang tidak memadai dalam menyesuaikan dirinya terhadap perubahan dan perkembangan yang terjadi di bidang pendidikan.[4] Djamaluddin Kantao dalam disertasinya antara lain menyimpulkan adanya sejumlah guru yang kurang memenuhi peranannya sebagai pengembang kurikulum di sekolah, yang ditandai dengan membuat satuan pelajaran yang bersifat formalitas, melaksanakan pengajaran secara tidak profesional, melaksanakan evaluasi secara tidak kontinyu, dan tidak dijadikan sebagai umpan balik dalam pelaksanaan kurikulum.[5]
Mencermati fenomena di atas, maka dapat dinyatakan bahwa sampai saat ini produktivitas kerja guru pendidikan agama islam masih sangat rendah. Untuk itu perlu dikembangkan upaya yang berkesinambungan agar diperoleh guru-guru yang bermutu dalam arti yang sebenarnya, yaitu pekerjaan yang dilaksanakannya dapat menghasilkan prestasi kerja yang unggul, tidak hanya berangan-angan dan pandai beretorika. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Hasyr: 18; “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Berdasarkan ayat diatas dapat dipahami bahwa setiap pekerjaan diharapkan dapat menghasilkan produktivitas yang unggul, tidak hanya berangan-angan terhadap masa silam yang sudah terjadi, akan tetapi masa silam itu digunakan sebagai pelajaran untuk menunjukkan keberhasilan atas pekerjaan yang telah dilakukan. Karena sesungguhnya setiap pekerjaan akan mendapat penilaian yang setimpal dari Allah Swt.
Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja, baik yang berhubungan dengan guru maupun yang berhubungan dengan lingkungan sekolah dan termasuk di dalamnya motivasi kerja kepala sekolah. Menurut Balai Pengembangan Produktivitas Daerah disebutkan bahwa ada enam faktor utama yang menentukan keberhasilan pendidikan, yaitu sikap kerja; tingkat keterampilan; hubungan tenaga kerja dengan pimpinan, manajemen pengelolaan, efisiensi tenaga kerja, dan kesungguhan.[6] Keenam faktor tersebut merupakan faktor-faktor kunci produktivitas tenaga kerja pada umumnya.
Produktivitas dapat ditinjau berdasarkan tingkatannya dengan tolak ukur masing-masing. Tolak ukur produktivitas kerja dapat dilihat dari kinerja pegawai. Dalam hal ini, Mitchell mengatakan bahwa aspek-aspek kinerja meliputi; quality of work, promptness, initiative, copability, dan communication.[7] Kelima aspek tersebut dapat dijadikan ukuran dalam mengkaji tingkat kinerja seseorang. Lebih lanjut dijelaskan bahwa untuk mengadakan pengukuran produktivitas kerja ditetapkan. Produktivitas kerja pegawai adalah hasil kali antara kemampuan dan motivasi.
Dalam hal ini, jelas bahwa untuk mendapatkan gambaran tentang produktivitas kerja seseorang, maka diperlukan pengkajian khusus yang kompetensi dan motivasi. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Sedarmayanti bahwa untuk kerja yang baik dapat dipengaruhi oleh kecakapan dan motivasi.[8] Kecakapan tanpa motivasi atau motivasi tanpa kecakapan, keduanya tidak dapat menghasilkan keluaran yang tinggi.
Di samping itu, kepuasan di tempat kerja dapat juga menjadi masukan dengan asumsi bahwa kepuasan kerja merupakan suatu kondisi yang menampakan produktivitas kerja. Kepuasan kerja dapat memberikan karakteristik tertentu pada kinerja individu yang akhirnya akan tampak pula pada peningkatan produktivitas kerjanya. Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila seseorang mendapat pengakuan serta kepuasan kerja yang memadai, maka akan memacu semangat dan kreativitas dalam bekerja, sehingga penunjukkan kinerja yang baik dan pada akhirnya dapat pula meningkatkan produktivitas kerjanya.
Guru PAI sebagai salah satu tenaga kerja yang profesional, juga dituntut agar senantiasa meningkatkan produktivitas kerjanya. Secara individual, guru memiliki karakteristik-karakteristik seperti; intelektual, kemampuan psikomotorik, efektif, kesehatan, konsep aku dan lain-lain[9] yang harus senantiasa ditingkatkan agar produktivitas kerjanya juga semakin meningkat.
Dalam hal ini, karakteristik intelektual dan kemampuan psikomotorik sangat berkait erat dengan konsep kecakapan (kompetensi) yang disebutkan  oleh Sedarmayanti. Demikian juga, karakteristik afektif, seperti; sikap, motivasi, etika kerja senada dengan konsep yang diajukan oleh Balai Pengembangan Produktivitas Daerah. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa upaya dalam meningkatkan produktivitas kerja kepala SMK  sangat dipengaruhi oleh banyak faktor yang begitu kompleks.
Namun, kajian ini hanya dibatasi pada dua variabel yang sangat penting dalam rangka  meningkatkan produktivitas kerja guru PAI. Hal ini didasari atas pemikiran bahwa kecenderungan pegawai yang produktif, apabila ia memiliki kecakapan sekaligus motivasi kerja yang tinggi. Untuk itu, kompetensi kepala sekolah, motivasi kerja kepala SMK dan produktivitas kerja guru PAI akan dikaji secara mendalam dalam penulisan tesis ini.

B.       Identifikasi Masalah     

Dengan mencermati latar belakang masalah di atas, maka masalah-masalah yang mungkin muncul dalam meningkatkan produktivitas kerja guru PAI perlu diidentifikasi secara cermat. Dalam hal ini, kemungkinan-kemungkinan permasalahan tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:
1.      Bagaimana kompetensi guru PAI di SMK Se-Kabupaten Indramayu ?
2.      Bagimana motivasi kerja guru PAI di SMK Se-Kabupaten Indramayu ?
3.      Apakah kompetensi guru PAI dan motivasi kerja guru PAI secara bersama-sama mempengaruhi produktivitas kerjanya?
4.      Apkah sikap guru PAI berhubungan dengan peningkatkan produktivitas kerjanya?
5.      Apakah etika kerja  guru PAI berhubungan dengan peningkatan produktivitas kerjanya?
6.      Apakah disiplin kerja guru PAI berhubungan dengan peningkatan produktivitas kerjanya?
7.      Apakah gizi dan kesehatan guru PAI berpengaruh terhadap produktivitas kerja guru PAI?
8.      Apakah tingkat pendidikan guru PAI berpengaruh terhadap produktivitas kerja guru PAI ?
9.      Apakah latar belakang keluarga guru PAI berpengaruh terhadap produktivitas kerja guru PAI?
10.  Apakah kepemimpinan guru PAI dapat meningkatkan produktivitas kerja guru PAI ?
11.  Apakah suasana kerja dapat meningkatkan produktivitas kerja guru PAI ?
12.  Apakah manajemen sekolah dapat meningkatkan produktivitas kerja guru PAI?

C.      Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan tenaga, waktu yang diizinkan, dan biaya yang tersedia, maka penelitian ini diperlukan pembatasan masalah. Dalam hal ini variabel kompetensi guru PAI dan motivasi kerja guru PAI yang dijadikan variabel bebas, dikaji dalam hubungannya dengan produktivitas kerja kepala sebagai variabel terikat. Lebih lanjut, penelitian ini juga dibatasi pada guru-guru PAI yang bertugas di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu.

D.      Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Apakah terdapat hubungan antara kompetensi dengan produktivitas kerja guru PAI di lingkungan Dinas Kabupaten Indramayu?
2.      Apakah terdapat hubungan antara motivasi kerja dengan produktivitas kerja guru PAI di lingkungan Dinas Kabupaten Indramayu?
3.      Apakah terdapat hubungan antara kompetensi dan motivasi kerja secara bersama-sama  dengan produktivitas kerja guru PAI di lingkungan Dinas Kabupaten Indramayu?

E.       Tujuan dan Kegunaan Penelitian       

1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
a.       Ingin mengetahui apakah kompetensi mempengaruhi produktivitas kerja guru PAI di lingkungan Dinas Kabupaten Indramayu.
b.      Ingin mengetahui apakah motivasi mempengaruhi produktivitas kerja guru PAI di lingkungan Dinas Kabupaten Indramayu.
c.       Ingin mengetahui apakah kompetensi dan motivasi kerja guru PAI secara bersama-sama  mempengaruhi produktivitas kerja guru PAI di lingkungan Dinas Kabupaten Indramayu.
2.      Kegunaan Penelitian
1.      Kegunaan Umum
Penelitian ini diharapkan  berguna dalam upaya peningkatan  produktivitas kerja guru PAI melalui pengembangan  kompetensi, motivasi kerja, sehingga SDM guru PAI dapat dibina dan dikembangkan secara programatis dan terukur.


2.      Kegunaan Khusus
a)      Setelah mengetahui hasil penelitian guru PAI di lingkungan Dinas Kabupaten Indramayu secara psikologis akan berupaya meningkatkan  kompetensi, motivasi dan produktivitas kerja dalam tugas sebagai pelaksana dan penanggung jawab pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
b)      Dapat memberikan  data bagi kepala dinas pendidikan untuk melakukan  langkah-langkah  bagi peningkatan sumber daya manusia guru PAI di lingkungan Dinas Kabupaten Indramayu.
c)      Dapat  mendorong peningkatan  kualitas  kerja guru PAI dan kualitas  hasil  kerja guru PAI di lingkungan Dinas Kabupaten Indramayu.

F.       Kerangka Berfikir

Secara konseptual, kompetensi guru PAI adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas secara bertanggung jawab dan layak. Dalam hal ini, kemampuan seorang guru tersebut adalah menguasai bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan sumber / media, menguasai landasan kependidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, dan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
Secara operasional, kompetensi guru PAI adalah skor yang diperoleh seorang pimpinan sekolah setelah mengisi kuesioner kompetensi guru PAI berskala penilaian dengan rentang nilai dari satu sampai lima.
Kompetensi sebagaimana disebutkan dalam UU Guru No. 14 Tahun 2005 pasal 10 meliputi kompetensi paedagogis, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional.
Indikator kompetensi paedagogis guru adalah 1) menguasai bahan, 2) mengelola program belajar – mengajar, 3) mengelola kelas, 4) menggunakan media / sumber, 5) menguasai landasan pendidikan, 6) mengelola interaksi belajar mengajar), 7) menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, 8) mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan, 9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, dan 10) memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil pendidikan guna keperluan pengajaran.
Secara konseptual, motivasi kerja guru PAI adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat pada diri seseorang (guru) yang dapat mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai kepuasan (tujuan) pekerjaan.
Secara operasional, motivasi kerja guru PAI adalah skor yang diperoleh seorang guru setelah mengisi kuesioner motivasi kerja berskala penilaian dengan rentang nilai dari satu sampai lima.
Dimensi motivasi kerja terdiri dari a) aspek fisiologis, yang ditandai dengan beberapa indikator, yaitu 1) kemampuan menangguhkan pemuasan diri demi pekerjaan dan 2) tidak tergugah sekedar mendapatkan uang, status dan keuntungan dan b) aspek psikologis, yang ditandai dengan beberapa indikator, yaitu 1) kesukaan terhadap tugas, 2) pemenuhan pada situasi yang kondusif, 3) kesenangan untuk berprestasi, dan 4) kemauan untuk bersaing sehat.
Produktivitas merupakan hasil dari suatu tindakan dan proses. Berkaitan dengan produktivitas guru dicirikan dengan aspek-aspek yang meliputi:
1.      Tindakan konstruktif
2.      Kepercayaan diri
3.      Tanggung jawab
4.      Cinta pekerjaan
5.      Pandangan ke depan, dan
6.      Penyesuaian diri
Dimensi produktivitas kerja dilihat dari aspek-aspek :
1.      Ketepatan  Kerja
2.      Kepuasan  kerja
3.      Hasil kerja
4.      Akibat kerja terhadap  kualitas  pendidik.

G.      Tinjauan Pustaka

Studi yang secara khusus memfokuskan pada kompetensi guru PAI dalam kaitannya dengan produktivitas kerja telah dilakukan kajian. Pada umumnya mereka melakukan studi dengan cakupan luas dan berisi berbagai variabel. Beberapa studi, seperti yang dilakukan oleh Goodship (1990), Foote (1997), dan Spence (1999) sebagaimana diuraikan di bawah ini merupakan aplikasi dari hal tersebut.
Studi Goodship dengan metode eksperimen menerapkan empat macam kompetensi, yakni lingkungan, personal, sosial dan pekerjaan guru dan mahasiswa. Khusus studi tentang kompetensi, pemberian perlakuannya dengan penyiapan di sekolah dan pendampingan di lapangan. Pengukuran dilakukan dengan observasi (observation of performance) dan pengukuran diri (self assesment of social behaviors). Hasilnya menunjukkan bahwa kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan.[10]
Foote melakukan studi dengan menggunakan metode eksperimen melalui penerapan model aksi sosial yang dikolaborasikan di sekolah pada guru. Penelitian ini memfokuskan pada kompetensi yang mencakup tentang pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan. Khusus instrumen keterampilan sosial menggunakan teknik pengukuran diri (self – apprasial technique) dengan memberikan sejumlah pernyataan yang mengandung perilaku sosial dan responden disuruh memilih dua pernyataan, yakni “seperti saya” atau “bukan seperti saya” (like me atau unlike me). Hasil penelitian menunjukkan model aksi sosial signifikan pada perilaku merespon kebutuhan orang lain, menampilkan perilaku memenuhi tugas, partisipasi terhadap kegiatan, menyampaikan pendapat, menerima pengaruh orang lain, sikap positif terhadap orang lain, membantu dan kerjasama. Kekeluargaan, tolong-menolong, kepedulian, disiplin, empati, toleransi dan kerjasama. Perhatian yang kurang penuh pada perlakuan memberikan dampak kurang tinggi terhadap penampilan keterampilan tersebut Foote mengkategorikan keterampilan menjadi tiga tingkatan, yakni tinggi (terampil bersosial), sedang (kurang terampil bersosial), dan rendah (tidak terampil bersosial).[11]
Penelitian tentang motivasi kerja dilakukan oleh Dedi Adiyanto (2005) untuk penulisan tesis pada Universitas Pakuan Program Studi Manajemen Pendidikan dengan judul “Hubungan antara Motivasi Kerja dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru, menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi kerja guru PAI dengan kinerja guru. Hal ini menunjukkan bahwa faktor motivasi dapat mendorong tumbuhnya kinerja dan diasumsikan juga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa terdapat hubungan positif antara kompetensi dan motivasi dengan produktivitas kerja guru PAI. Sisi yang berbeda dari penelitian ini terutama pada metodologi penelitian yang digunakan yaitu penelitian dengan model survey.

H.      Metodologi Penelitian

1.      Metode dan Variabel Penelitian
Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan teknik korelasional, yaitu jenis penelitian yang berupaya untuk mengemukakan ada tidaknya hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam hal ini, Ary Jacobs, dan Razaveich menjelaskan bahwa metode tersebut digunakan karena para ahli sosiologi banyak menggunakannya untuk menyelidiki hubungan diantara variabel dan juga digunakan untuk menyelidiki hubungan atau menguji hipotesis.[12] Oleh karenanya, metode tersebut digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini.
Variabel penelitian terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas adalah kompetensi guru PAI (X1) dan motivasi kerja guru PAI (X2), sedangkan variabel terikat adalah produktivitas kerja guru PAI (Y). model hubungan antara kompetensi guru PAI dan motivasi kerja guru PAI dengan produktivitas kerja dapat dilihat pada gambar berikut:
 





Gambar 1 : Model Hubungan antar Variabel Penelitian


2.      Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah guru PAI di SMK Kabupaten Indramayu. Sampel penelitian ini berjumlah 20 guru PAI. Pengambilan sampel dilakukan secara total karena jumlah relatif kecil.[13] Dalam hal ini, semua guru PAI di lingkungan Dinas Kabupaten Indramayu. Dengan demikian semua populasi menjadi subyek penelitian yang seluruhnya berjumlah 20 orang.
3.      Instrumen Penelitian
a.       Jenis Instrumen
Penelitian ini memerlukan tiga instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data, yaitu 1) instrumen produktivitas kerja guru PAI, 2) instrumen kompetensi kepala sekolah; dan 3) instrumen motivasi kerja kepala sekolah.
b.      Jenis angket
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang variabel penelitian dan angket (kuesioner) menggunakan skala likert. Dalam hal ini, tiap butir pernyataan yang dijawab selalu (SL) dinilai 5, dijawab sering (SR) dinilai 4, kadang-kadang (KK) dinilai 3, dijawab jarang (JR) dinilai  2, dan dijawab tidak pernah (TP) dinilai 1.

4.      Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan variabel penelitian yang telah disebutkan, maka ada tiga jenis data yang akan dijaring dalam penelitian ini. Kegita jenis data tersebut, ialah 1) data tentang kompetensi kepala sekolah, dan 2) data tentang motivasi kerja kepala sekolah, dan 3) tentang produktivitas kerja guru PAI. Ketiga data tersebut dikumpulkan dengan teknik non-tes, yaitu kuesioner.
5.      Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran dari setiap variabel yang diteliti, dengan menghitung rata-rata dan simpangan baku.
Analisis yang digunakan adalah dengan rumus korelasi product moment untuk menentukan atau mencari koefisien  korelasi yaitu menentukan  derajat atau kuatnya hubungan antar variabel.

I.         Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1.      Hipotesis pertama
H0 : ry.1 = 0
H1 : ry.1 > 0
2.      Hipotesis kedua
H0 : ry.2 = 0
H1 : ry.2 > 0
3.      Hipoteis ketiga
H0 : ry.1.2 = 0
H1 : ry.1.2 > 0
Keterangan:
H0        =    Hipotesis nol
H1          =    Hipotesis kerja
Py1          =    Korelasi antara variabel kompetensi guru PAI dengan produktivitas kerja guru PAI
Py2          =    Korelasi antara variabel motivasi kerja dengan produktivitas kerja guru PAI
Py1.2       =    Korelasi antara variabel kompetensi guru PAI dan motivasi kerja guru PAI secara bersama-sama dengan produktivitas kerja

J.        Sistematika Pembahasan

Tesis ini disusun dalam 5 (lima) bab yang meliputi:
Bab I Pendahuluan; menguraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka berfikir, hipotesis, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II Tinjauan Teoritis; yang menguraikan kompetensi kepala sekolah, motivasi, kerja guru  dan produktivitas  kerja.
Bab III Metodologi Penelitian; menguraikan tentang tujuan penelitian, tempat dan waktu penelitian, rancangan penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknis analisis data.
Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian yang menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan penelitian.
Bab V  Kesimpulan dan Rekomendasi



[1] Conny R. Semiawan dan Soedijarto, Mencuri Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang Abad XXI, (Jakarta: Grasindo, 1991), 119.
[2] Nana Syaodih Sukmadinata, Kontribusi Konsep Mengajar dan Motif Berprestasi Terhadap Proses dan Hasil Belajar, Disertasi, (Bandung: PPs IKIP Bandung, 1983), 212.
[3] Mohammad Fakry Gaffar, Perencana Pendidikan: Teori dan Metodologi, (Jakarta: PPLPTK Ditjen Dikti Depdikbud, 1987), 17.
[4] Rochman Natawidjaja, “Peningkatan Kualitas Profesional Guru Sekolah Dasar melalui Pemantapan Lembaga pendidikannya”, Mimbar Pendidikan, No. 1 Tahun XI, 1992, 11.
[5] Djamaludin Kantao, “Profil Guru dalam Konteks Sosial Budaya Tokaili”, Disertasi, (Bandung: PPs IKIP Bandung, 1992), 33.
[6] Balai Pengembangan produktivitas Daerah Produktivitas Kerja, (Bandung; Depnaker RI Kanwil Propinsi Jawab, 1997), 7.
[7] Terence R. Mitchell, People in Organization Understanding Their Behavior, (New York: McGraw Hill, 1974), 343.
[8] Sedarmayanti, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, (Bandung: Mandar Maju, 2001), 71.
[9] Ibid.  24.
[10] Ibid., 1 – 8.
[11] Foote, E., Collaborative Learning in Community Colleges. ERIC, Digest, 1997, 2-5.
[12] Donald Ary Chese jacobs, and Asghar Razeveih, Pengantar dalam pendidikan terj. Arief Furchan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), 424.
[13] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta; Rineka Cipta, 1993), 109.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar