BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dan kemajuan berfikir
manusia yang benar, harus senantiasa disertai oleh tuntunan wahyu, karena hanya
dengan cara itulah segala persoalan dan permasalahan yang dihadapi akan dapat
diselesaikan dan dipecahkan dengan baik.
Pendidikan merupakan pola awal dari sebuah langkah kehidupan
manusia. Manusia adalah salah satu makhluk yang berperan sebagai orang yang
dididik dan orang yang mendidik, baik pribadi, keluarga, maupun masyarakat.
Untuk itulah manusia sebagai sebuah generasi yang berperan sebagai pemimpin di
masa dulu, sekarang dan masa yang akan datang, dituntut untuk berperan aktif di
dalam mengembangkan seluruh potensinya. Pendidikan ialah proses menumbuh
kembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran.
Pendidikan merupakan konsep ideal, sedangkan pengajaran adalah konsep
operasional, dan keduannya ibarat dua sisi koin yang tidak mungkin dipisahkan.
Pendidikan memiliki dasar-dasar Ilahiyah yang bersumber kepada
Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan pedoman hidup manusia. Sebagai pedoman hidup
manusia di segala zaman, Al-Qur’an memuat keterangan yang memuaskan secara
rasional dan disertai rangsangan emosi. Dengan demikian Al-Qur’an mendidik akal
dan emosi sejalan dengan fitrah, sedangkan karakteristik metode pendidikan
Al-Qur’an ialah memelihara tahapan di dalam kesederhanaan.
Diutusnya Muhammad sebagai Rasulullah pada saat manusia sedang
mengalami kekosongan para Rasul, untuk menyempumakan “Bangunan” saudara-saudara
pendahulunya (para Rasul) dengan syariatnya yang universal, abadi, yang
disertai diturunkannya kitab yang menjadi sumber rujukan ajaran Islam yaitu
Al-Qur’an al-Karim.
Dalam catatan sejarah, Rasulullah menantang orang Arab dengan
Al-Qur’an. Padahal Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab dan mereka pun ahli
dalam bahasa tersebut beserta retorikanya. Namun ternyata mereka tidak mampu
menandingi Al-Qur’an.
Keberhasilan Rasulullah, sebagai Pendidik didahului oleh bekal
kepribadian yang berkwalitas unggul, dan kepeduliannya terhadap sosial-relegius,
selanjutnya beliau mampu mempertahankan dan mengembangkan kwalitas iman, amal
shaleh, berjuang dan bekerja sama menegakkan kebenaran. Umat manusia diwajibkan
mengerjakan segala yang terkandung secara rinci didalam Al-Qur’an, dengan penuh
keyakinan dan keimanan.
Al-Qur’an
mendidik manusia agar hidup dan berakhlak lurus. Di dalam Al-Qur’an terdapat
banyak contoh teladan, hikmah dan tasyri yang agung. Al-Qur’an mendidik
perasaan Rabbani seperti rasa takut, khusuk, senang serta kelembutan hati dan
perasaan. Al-Qur’an senantiasa membangkitkan perasaan-perasaan ini, sehingga
kadang kala ia menggambarkan dampaknya terkadang yang membacanya dengan penuh
kesungguhan. Al-Qur’an tidak cukup hanya dengan mendidik perasaan statis tetapi
juga mendidik perasaan yang mendorong dan mendidik harapan, kemauan untuk
beramal shaleh dan kecintaan.
Menurut Abdurahman an-Nahlawi
(1989:145) para pendidik hendaknya mengambil ajaran dari Al-Qur’an:
- Memelihara lidah si terdidik serta meluruskan ucapnya agar tidak terjadi kekeliruan ucap dan salah baca.
- Mendidik qalbu si terdidik agar khusuk ketika menemui ayat yang menghendaki supaya khusuk, marah karena Allah, rindu kepada surga atau cinta kepada Allah.
- Mendidik tingkah laku si terdidik lalu mengamanatkan kepadanya agar menjalankan ajaran Al-Qur’an pada waktu mengadakan perlawatan bersama mereka atau disaat makan pada setiap kesempatan.
- Mendidik akal si terdidik dengan memberikan dalil atas apa yang telah diisyaratkan oleh Al-Qur’an dan merenungkan apa yang menunjukan kepada keagungan Allah; serta membuat pertanyaan bagi setiap pelajaran untuk melatih akal si terdidik
Dalam upaya menunjang terhadap
keberhasilan pengajaranya, maka setiap guru agama menganjurkan supaya siswanya
mengikuti baca tulis Al-Qur’an (BTQ) sebagai penunjang terhadap bidang studi
pendidikan agama Islam. Di sisi lain dampak edukatif dari mengimani, membaca,
dan mengamalkan Al-Qur’an. Siswa seringkali hanya membaca tetapi tidak
mengamalkan Al-Qur’an pada realitas kehidupan.
Diantara bacaan Al-Qur’an memuat unsur, jika dalam bacaan tersebut
do’a, maka pembaca itu berdo’a dengan do’a itu. Jika dalam Al-Qur’an terdapat
ancaman atau adzab maka dia memohon perlindungan kepada Allah dari padanya, dan
jika Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menunjukan keagungan Allah maka
khusuklah qalbunya dan berkaca-kacalah matanya.
Karakteristik pendidik dalam mengupayakan terealisasinya pengamalan
Al-Qur’an, serta melatih dengan keindahan dan kefasihan bahasanya, mendidik
hati manusia agar dapat berbicara baik dan menggunakan gaya bahasa yang terang,
sehingga maksud dan tujuan itu dapat diketahui dengan jelas. Seperti firman
Allah Ta'ala berikut ini dalam Q.S al-Ankabut: 49
Artinta : “sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat
yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. dan tidak ada yang
mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim”.
Dalam proses pendidikan secara tersirat yang merupakan suatu konsep
utama didalam pendidikan bahwa tugas pendidik yaitu pertama membimbing si
terdidik, dimana ia harus mampu membimbing dan mengembangkan keberhasilan
peserta didik baik dalam segi fisik, akal, keberagamaan, akhlak, rohani
(kejiwaan), seni dan sosial. Manusia tidak ada yang sempurna, karena hal itu
bisa kita jadikan sebagai penunjang, pelengkap bagi kehidupan kelak dimasa
depan. Yang kedua menciptakan situasi untuk pendidikan, dalam hal ini proses
pendidikan tergantung kepada yang menentukan visi dan misi baik secara lembaga
atau si pendidik, sehingga dapat menentukan rancangan secara berencana,
sistematis, dan tersusun jelas, karena hal itu dapat berlangsung sesuai harapan
dan kenyataan jika didukung oleh peran serta keluarga, sekolah dan masyarakat.
Maka kita selaku manusia yang diberi kelebihan akal pikiran,
hendaknya mampu untuk dapat mengembangkan potensi diri baik yang bersifat
afektif, kognitif maupun psikomotorik. Banyak para tokoh meneliti serta
mengkaji segala persoalan serta menelusuri sehingga mereka mampu berpendapat
dan menghasilkan sebuah teori, sebagai wujud nyata hasil dari kajiannya. Dalam
kajian ini penulis berusaha menelusuri tentang tugas pendidik. Tugas mereka
pertama-tama mengkaji dan mengajar ilmu sesuai dengan Firman Allah.
Al-Qur’an turun sedikit demi sedikit, selama sekitar 22 tahun lebih.
Penyusunan urutan surah-surahnya terdiri dari 114 surat. Ayat-ayatnya
berinteraksi dengan budaya dan perkembangan masyarakat yang dijumpainya.
Kendati demikian, nilai-nilai yang diamanatkannya dapat diterapkan pada setiap
situasi dan kondisi. Diantaranya Q.S. Ali Imran 79
Artinya : “Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah
berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada
manusia: “hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembah bagiku, bukan penyembah
penyembah bagi Allah. “Akan tetapi dia berkata: Hendaklah kamu menjadi
orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan alkitab dan disebabkan
karena kamu tetap mempelajarinya”.
Menurut Ramayulis (2001: 2) di dalam mujam (kamus) kebahasaan kata
atau lapal ini ربنى memiliki tiga akar kebahasaan diantaranya
pertama raba-yarbu yang memiliki arti bertambah, berkembang. Kedua rabiya-yarba
yang memiliki arti tumbuh dan menjadi besar, ketiga rabba-yarubbu yang
memiliki arti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, dan memelihara.
Kata rabbaniyyina bentuk mufradatnya rabbaniyun yang dinisbatkan kepada
rabbun sebab dia mengetahui dengannya yang menekuni terhadap ketaatan.
Dalam konteks lain M. Quraish Shihab (2000: 125) mengartikan kalimat
rabbani terambil dari kata rab yang memiliki aneka makna antara
lain pendidik dan pelindung. Para pemuka Yahudi dan Nasrani yang dianugerahi
kitab, hikmah, dimana kenabian menganjurkan semua orang menjadi rabbani,
sebagai penyampai apa yang mereka dapatkan. Maka hal inilah salah satu yang
melatar belakangi dari makna pendidik. Berdasarkan hal itu penulis merasa
tertarik untuk lebih mendalami pendapat M. Quraish Shihab meneliti Q.S. Al
Imran ayat 79. Maka untuk menindak-lanjutinya penulis akan mengadakan
penelitian dengan judul “Tugas Pendidik menurut M. Quraish Shihab.”
B. Perumusan Masalahan
Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
1.
Bagaimana Tinjauan Teoritis
tentang tugas Pendidik?
2.
Bagaimana penafsiran M. Quraish
Shihab terhadap Surat ali Imran ayat 79 dalam Tafsir Al-Misbah?
3.
Bagaimana Analisis Tugas
Pendidik menurut M. Quraish Shihab?
C. Tujuan Penelitian
Setiap pekerjaan tentu ada maksud
dan tujuan yang akan dicapai, maka pada kali ini penulis pada karya tulis
ilmiah ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
- Untuk mendeskripsikan tinjauan teoritis tentang tugas pendidik
- Untuk mendeskripsikan penafsiran M. Quraish Shihab terhadap Surat Ali Imran ayat 79 dalam Tafsir Al-Misbah.
- Untuk mendeskripsikan analisis Tugas Pendidik menurut M. Quraish Shihab.
D. Kerangka Pemikiran
Tafsir al-Qur’an adalah penjelasan tentang maksud firman-firman
Allah sesuai kemampuan manusia. Kecenderungan manusia berbeda-beda sehingga apa
yang dihadapkan terhadap pesan Ilahi akan mengalami suatu tingkatan perbedaan
yang akan diperoleh oleh seseorang sesuai dengan kemampuannya.
M. Quraih Shihab (2000:125) mengungkapkan bahwa yang berkaitan
dengan pendidik dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 79 yaitu rabbani memiliki
makna diantaranya sebagai pendidik dan pelindung. Dalam hal ini, M. Quraish
Shihab menyatakan (1999: 273) bahwa teori tenaga kependidikan yaitu kita semua,
bukan hanya guru dan dosen, karena kita semua berfungsi sebagai pendidik. Dalam
hal ini, yang bersangkutan dengan segala atau semua aktivitas, gerak dan
langkah, niat dan ucapan, kesemuanya sejalan dengan nilai-nilai yang dipesankan
oleh Allah swt. Yang Maha Pemelihara dan Pendidik itu.
Dalam perspektif Al-Qur’an pendidik sering disebut murabbi,
muallim, dan mu’addib. Menurut Ramayulis murabbi orientasinya
lebih mengarah pada pemeliharaan, baik bersifat jasmani dan rohani, mualim lebih
membicarakan aktivitas yang lebih terfokus pada pemberian atau pemindahan ilmu
pengetahuan dari yang tahu kepada yang tidak tahu, sedangkan mu’adib
lebih luas dan relevan dengan konsep pendidikan Islam.
Pendidik merupakan orang-orang yang bertanggung jawab didalam
perkembangan anak sehingga ia dapat diarahkan kepada sesuatu yang diharapkan.
Kata rabbani menyatakan bahwa pada diri setiap orang memiliki
kesempurnaan serta dapat memperdalam ilmu dan ketakwaan. Pendidik tidak akan
dapat memberikan pendidikan yang baik, bila ia sendiri tidak memperhatikan
dirinya sendiri.
Didalam proses pendidikan, pendidik hendaklah menanamkan nilai-nilai
yang terkandung pada berbagai pengetahuan yang disertai dengan contoh serta
suri tauladan dari sikap dan tingkah laku gurunya. Disamping membuat teladan,
kita juga dapat menanamkan kemuliaan dan perasaan terhormat kedalam jiwa anak,
bahkan kesungguhan untuk mencapainya. Diantara syarat paedagogis diantaranya
adalah peneguhan hati dan pengokohan.
Menurut al-Aziz dalam buku Ramayulis (2002: 85) bahwa pendidik
adalah orang yang bertanggung jawab di dalam mengintemalisasikan nilai-nilai
relegius yang berupaya menciptakan individu yang memiliki pola pikir ilmiah dan
pribadi yang sempuma. Islam merupakan system rabbani yang paripurna dan
memperhatikan fitrah manusia, Allah menurunkannya untuk membentuk kepribadian.
Menurut H.M Umar dan Sartono tugas pokoknya pendidik adalah mendidik
dan mengajarkan pengetahuan agama dan menginternalisasikan serta
mentransformasikan nilai-nilai agama ke dalam pribadi anak didik, yang tekanan
utamanya adalah mengubah sikap dan mental anak kearah beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mampu mengamalkan ajaran agama, maka secara built
in guru adalah pembimbing atau counselor hidup keagamaan anak didik.
Dalam proses pembelajaran pendidik
diharapkan mampu menguasai dengan seksama. Al-Qur’an mempunyai banyak metode
dan ciri khas tersendiri didalam mendidik seseorang supaya beriman kepada
ke-Esaan Allah dan hari akhir. Al-Qur’an memberikan keterangan secara memuaskan
dan rasional. Dengan demikian, al-Qur’an mendidik akal dan emosi sejalan dengan
fitrah yang sederhana sehingga tidak membebani di samping itu langsung mengetuk
pintu akal dan hati secara serempak. Al Qur’an sendiri, mulai diturunkan dengan
ayat-ayat pendidikan.
Tujuan terpenting Al-Qur’an adalah mendidik manusia dengan metode
memantulkan, mengajak, menelaah, membaca, belajar dan observasi ilmiah tentang
penciptaan manusia, sejak manusia terbentuk segumpal darah beku didalam rahim
ibunya.
Maka oleh karena itu Allah Swt mengutus Rosulullah agar menjadi
teladan bagi seluruh manusia dalam merealisasikan system pendidikan Islam
tersebut: Aisyah r.a pernah ditanya tentang akhlak Rosulullah Saw. la menjawab,
bahwa akhlak beliau adalah al Qur’an (Muhamad Qutb, Minhajut Tarbiyatil
Islamiyyah). Rosulullah benar-benar merupakan interpretasi praktis yang
manusiawi dalam menghidupkan hakikat, ajaran, adab dan tasyri al-Qur’an, yang
melandasi perbuatan pendidikan Islam serta penerapan metode pendidikan Qur’ani
yang terdapat dalam ajaran tersebut.
Manna Khalil al-Qattan (2001: 374) mengungkapkan bahwa kemukjizatan
al-Qur’an bagi bangsa-bangsa lain tetap berlaku disepanjang jaman dan akan
selalu ada dalam posisi tantangan yang tegar. Ia mukjizat dengan segala ilmu
dan pengetahuan yang sebagian besar hakikatnya yang gaib telah diakui daan
dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern. la adalah mukjizat dalam tasyri dan pemeliharaannya
terhadap hak-hak asasi manusia serta dalam pembentukkan masyarakat teladan di
tangannya dunia akan bahagia.
Maka dapat disimpulkan dari keterangan tersebut bahwa al-Qur’an itu
mukjizat, karena ia datang dengan lapadz-lapadz yang paling fasih, dalam
susunan yang paling indah dan mengandung makna-makna yang paling valid, sahih.
Di dalam hal ini, Mufasir dituntut untuk menjelaskan nilai-nilai
yang diamanatkan sejalan dengan perkembangan masyarakatnya, sehingga al-Qur’an
dapat benar-benar berfungsi sebagai petunjuk, pemisah antara hak dan batil,
serta jalan keluar bagi setiap problema kehidupan yang dihadapi.
E. Langkah-langkah Penelitian
1.
Metode Penelitian
Dalam
metode ini digunakan juga metode riset deskriptif yang bersifat eksploratif
bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena. Dalam hal ini
peneliti hanya ingin mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan keadaan
sesuatu. (Suharsimi Arikunto, 1998:245) Dan diharapkan dapat menggambarkan
keadaan dan menganalisa penafsiran para mufasir tentang tugas pendidik.
2.
Penentuan Sumber Data
Sumber Data yang dianggap membantu dalam
penelitian ini adalah sumber data tertulis. Data tertulis ini dapat berupa
naskah primer atau sekunder, yang kemudian dalam penelitian menjadi sumber data
tertulis baik data primer atau sekunder. Naskah primer atau data primer adalah
naskah yang memuat karangan asli dari seseorang (Jujun Surisumantri dalam
Mastuhu, 1998:44).
Sedangkan
naskah sekunder adalah naskah yang memuat gagasan seseorang yang diterbitkan
orang lain atau hal ini adalah naskah yang isinya mendukung subjek penelitian.
Sumber data yang diperlukan oleh peneliti diperoleh diantaranya dari
a.
Sumber data primer yaitu
al-Qur’an disertai tafsir al-Mishbah karya M.Quraish Shihab surat
Al-Imran ayat 79.
b.
Sumber data sekunder terdiri
dari
1)
Ilmu Pendidikan Islam Karya Ramayulis.
2)
Ilmu Pendidikan Islam Karya Zakiah Darajat.
3)
Ilmu Pendidikan Islam Karya Nur Uhbiyati
Serta bahan pustaka yaitu buku, makalah,
majalah, surat kabar, dokumen resmi, catatan harian dan bacaan lain yang
berkaitan dengan tugas pendidik. Menurut Lofland dan Lofland (1984:47) sumber
data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata tindakan selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data dilakukan
sumber kata, tindakan dan tertulis.
- Penentuan Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ada dua,
diantaranya data kualitatif dan kuantitatif. Maka peneliti menggunakan variable
atau jenis data sebagai gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian
(Suharsimi Arikunto, 1998: 111). Jenis data yang digunakan kualitatif, di mana
data yang menerangkan kwalitas suatu objek, sedang data yang berbentuk bilangan
disebut data kuantitatif (Sudjana, 1989:4). Berkaitan dengan hal itu pada
bagian ini jenis data dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data
tertulis, foto dan statistic (Lexy.Moleong, 2004:l 12).
Untuk mempermudah mengidentifikasi sumber
data maka penulis mengklasifikasikan diantaranya sumber data yang menyajikan
tampilan berupa sumber data tertulis yaitu Al Qur’an surat Ali Imran ayat 79.
- Pengumpulan Data
Data dengan menggunakan penelaahan
terhadap beberapa uraian tafsir. Dalam penelitian normative yang bersumber pada
bahan bacaan dilakukan dengan cara penelaahan naskah, terutama studi
komperatif. Penulis menggunakan teknik penelitian pustaka (book survey)
dengan cara meneliti penafsiran sebagai proses agar dapat dijadikan rujukan.
- Analisis dan Penafsiran Data
Pembahasan analisis data meliputi
penafsiran data. Menurut Lexy Moleong (2004:190) penafsiran data adalah
mencapai data substantive. Sehubungan dengan uraian tentang proses analisis dan
penafsiran data selanjutnya mempersoalkan pokok-pokok sebagai berikut:
pemrosesan satuan (Unityzing), kategorisasi termasuk pemeriksaan keabsahan data
kemudian diakhiri penafsiran data. Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan
langkah langkah sebagai berikut
- Meninjau data secara teoritis tentang tugas pendidik.
- Mengkategorikan data dengan pengelompokan dalam pikiran tertentu dari kandungan surat al-Imran yang di kemukakan.
- Menyeleksi data yang cocok dengan objek penelitian.
- Mengklasifikasikan data yang didapat dari hasil penyeleksian.
- Menafsirkan data yang telah diklasifikasikan, yaitu dengan cara menghubungkan kepada kerangka pemikiran, dengan mencari data asimetris.
- Menarik kesimpulan keseluruh bahasan yang dikembangkan
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Nashih Ulwan
1992 Kaidah Kaidah Dasar.
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Abdurahman An Nahlawi
1992 Prinsip Prinsip dan
Metode Pendidikan Islam. Diponegoro, Bandung.
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati
2000 Ilmu Pendidikan.
Rineka Cipta, Jakarta.
Ahmad Tafsir
2001 Ilmu Pendidikan
dalam Perspektif Islam. Remaja Rosdakarya, Bandung.
___________
1995 Metodologi
Pengajaran Agama Islam. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Ahmad Zayadi
2004 Manusia dan
Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur'an. PSPM, Bandung.
Al Liyy
2002 Al-Qur'an dan
Terjemahan. Diponegoro, Bandung.
Cik Hasan Bisri
2002 Penuntun Penyusun
Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hasan Langgulung
2001 Asas-Asas Pendidikan
Islam. Al-Husna Zikra, Jakarta.
Lexy. J. Moleong
2001 Metodologi
Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Manna Khalil al Qattan
2002 Studi Ilmu-Ilmu
Qur'an. Litera antar Nusa, Jakarta.
M. Ngalim Purwanto
2000 Ilmu Pendidikan
Teoretis dan Praktis. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Muhamad Ali
2002 Guru Dalam Proses
Belajar Mengajar. Sinar Baru Algensindo, Bandung.
Muhamad Quraish Shihab
1993 Membumikan Al-Qur'an.
Mizan, Bandung.
___________
1994 Lentera Hati.
Mizan, Bandung.
___________
1995 Mukjizat Al-Qur'an.
Mizan, Bandung.
___________
1996 Menyingkap Tabir
Ilahi. Lentera Hati, Jakarta.
___________
2000 Tafsir Al-Misbah
volume 2. Lentera Hati, Jakarta.
___________
1997 Tafsir Al-Qur'an
Al-Karim (Tafsir atas Surat-Surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu).
Pustaka Hidayah, Bandung
Zakiah Darajat
1996 Ilmu Pendidikan
Islam. Bumi Aksara, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar