SEJARAH PEMIKIRAN DAN PERADAAN ISLAM
MASA KHULAURROSYIDIN
Pendahuluan
Khulaurrosyidin bermakna
pengganti-pengganti yang cedikiawan, panggilan resmi bagi pejabat kekuasaan
tertinggi dalam dunia Islam ketika itu adalah Amirul mu’minin atau dalam
literatur barat menyebutnya dengan “Prince Of Believiers” sebagaimana yang
lebih populer dan lebih disenangi Umar ibnu khottob . Akan tetapi di dalam
kehidupan sehari-hari pada itu lebih populer dengan sebutan khalifah.Dalam
aspek imamat, bahwa chalip itu adalah pengganti kedudukannya sepeninggal
Rasululah SAW pimpinan kekuasaan duniawi dan ukhrowi, sedangkan dalam risalat,
tetap bahwa Rasulullah SAW tidak akan tergantikan, karena fungsi risalah itu
adalah rahmatan lil ‘alamin dan merupakan nabi terakhir atau penutup. {Yusuf Sou’yb: 10}.Semula Abu Bakar terpilih
dipanggil dengan khalifatulloh, tetapi ia amat keberatan dengan panggilan itu
dan mengubah nya menjadi khlifaturrasul. Semenjak itulah bermula lahir sebutan
khalifah yang dalam literur barat disebut Caliph.
BAB I
TERPILIHNYA ABU BAKAR ASSHIDDIQ [11-13
H/632-634 M].
Ketika Nabi Muhammmad SAW wafat pada
hari senin 12 Rabi’ul Awal tahun 11 Hijriah bertepatan dengan tanggal 9 Juni
632 masehi, beliau sendiri tidak menetapkan penggantinya maka ketika itu
timbullah permasalahan tentang pimpinan tertinggi yang meneruskan perjuangannya
{al imamat}.Terdapat perselisihan yang tajam sekali ketika itu antara kaum
anshor dan kaum muhajirin, Sa’ad bin Ubadah dan Hubab ibnu Munzir adalah salah
satu dari kaum anshor yang keras menentang masalah imamah, disebabkan karena
tokoh-tokoh tersebut adalah tokoh yang disegani kaumnya, sedangkan di fihak
muhajirin terdapat Umar bin Khottob, Abu Ubaidah ibnu Jarrah, Abu Bakar
Asshiddiq, namun Basyir bin Sa’ad dari kalangan Anshor tetap membela kaum
muhajirin. Abu Bakar ketika itu
mengajukan dua pilihan yaitu Umar bin Khottob dan Ubaidah Ibnu Jarroh, namun
ada saat itu Basyir bin Sa’ad tokoh utama di kalangan Anshor dan abu Ubaidah
justru membai’at Abu Bakar disusul oleh Umar kemudian berbondong-bondong
kalangan Anshor dan Muhajirin membai’atnya dan mengaraknya menuju masjid
nabawi.
Setelah selesai nabi saw di shalatkan dan dimakamkan,
menjelang shalat isya, kemudian Abu Bakar mengucapkan khotbah yang pertama dan
tercatat dalam sejarah :
“ Hai manusia
sekalian, aku diangkat mengepalai kamu, dan aku bukanlah yang terbaik diantara
kamu, jika aku berbuat kebaikan, maka dukunglah aku, jika aku membuat kejelekan
maka betulkanlah aku,kenaran itu suatu amanat dan kebohongan itu suatu khianat,
yang terlemah diantara kamu aku anggap terkuat sampai aku mengambil dan memulangkan
haknya, dan yang terkuat diantara kamu aku anggap terlemah sampai aku mengambil
hak si lemah dari tangannya, janganlah seorangpun diantara kamu meninggalkan
jihad, kaum yang meninggalkan jihad akan ditimpakan kehinaan oleh Allah,
patuhilah aku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya, bila aku mendurhakai
Allah dan Rasul-Nya tiada kewajiban bagimu untuk mematuhi aku, kini marilah
kita menunaikan shalat, semoga Allah merahmati kamu sekalian”.
Khotbah yang amat singkat itu begitu
mencerminkan garis dasar yang baru bagi sejarah umat manusia, betapa ketika itu
tiada seorang pemimpinpun baik dalam imperium Romawi ataupun khosru-khosru
dalam imperium Persi yang mencerminkan dinamika kerakyatan yang pada
kenyataanya ketika itu dalam semua kerajaan memiliki kekuasaan yang absolut dan
tirani.
Wafatnya Nabi Muhammad SAW dan naiknya
Abu Bakar menjadi khlifah yang pertama tidaklah serta merta Abu Bakar mempunyai
tugas yang ringan. Ketika Nabi SAW dalam
keadaaan sakit, pasukan yang sudah di persiapkan untuk di berangkatkan yang di
pimpin oleh Usamah bin Zaid masih berada sekitar tiga mil dari madinah dan
akhirnya memutuskan untuk kembali, setelah Abu Bakr naik menjadi khalifah maka
pasukan ini tetap diberangkatkan walaupun pasukan ini hanya bersifat punitive troop, yakni menuntut balas
atas perilaku raja Ghassani yaitu
bernama Jabala ibn Aiham yang membunuh utusan yang di kirim oleh Nabi SAW.Pemberangkatan
pasukan itu beroleh tantangan dari berbagai fihak mengingat bahwa:
-
Jika pasukan itu diberangkatkan, maka ibukota
Madinah akan kosong dan tidak ada kekuatan sama sekali
-
Pasukan itu terdiri dari berbagai tokoh-tokoh
tua dan terkemuka dikalangan sahabat Anshor dan Muhajirin yang di pimpin oleh
pemuda yang belum perpengalaman dalam medan pertempuran.
Namun pendirian Abu Bakar ra yang begitu
kukuh menjalankan keputusan Rasul SAW, menjadikan kaum Muhajirin dan Anshor
mematuhi dan melaksanakannya.Jika diteliti lebih jauh alasan pemberangkatan
pasukan itu mungkin dapat di simpulkan makna yang tersirat: pertama, kalangan
Anshor dan Muhajirin barulah masih terlibat sengketa yang sangat sengit dan
tajam dalam masalah imamah, kedua: wafatnya Nabi Muhammad SAW masih menyisakan
keharuan yang sangat luar biasa dan dalam di hati kaum muslimin. Jika saja Abu
Bakar tidak cepat bertindak dan melakukan suatu kegiatan, niscaya persengketaan
dan kesedihan dikalangan muslimin lambat laun akan muncul kembali. Kemestian
pemberangkatan pasukan itupun tidak dapat di simpulkan kemestian yang terus
berulang kali diucapkan Nabi SAW. Namun Abu Bakar RA adalah seorang negarawan
terbesar {The Great Stateman} dengan berbagai kebijakan yang selalu dijalankannya itu dalam kenyataan
sejarah di kemudian hari. Dan yang mengesankan adalah ketika Abu bakar menuntun
kuda panglima Usamah yang ketika itu baru berumur dua puluh tahun
mengantarkannya menuju Jurfa dan mengatakan: “Demi Allah jangan turun biarkan
kakiku ini dipenuhi debu di jalan Allah, setiap langkah pejuang {ghazi} beroleh
imbalan tujuh ratus kebaikan, meninggikan martabatnya dan menghapus tujuh ratus
kesalahan”. Dan setelah itu memohon kepada panglima yang memang menjadi
bawahannya agar Umar tidak berangkat dan tetap menemaninya dalam menjalankan
roda pemerintahan. Dan amanatnya kepada para pejuang itu berisikan:
“Jangan berkhianat,
jangan berbuat keterlaluan, jangan menganiaya, jangan menggantung, jangan
membunuh anak-anak, dan orangtua dan wanita, jangan merusak pohon-pohon dan
membakarnya dan jangan menebasnya ketika berbuah, biarkan masyarakat yang
melakukan kebaktian dalam rumah-rumah ibadahnya, jangan lupa menyebut nama
Allah ketika mencicipi beragam makanan, kini berangkatlah dengan nama Allah”.
Amanat Khalif Abu bakar ini sangat
kontras sekali dengan tatacara perang yang dilakukan imperium Roma maupun
imperium Parsi yang ketika itu sangat bengis dan kejam sekali yang berupa
penghancuran, pemusnahan, pembunuhan terhadap kaum wanita dan anak-anak, dan
pembunuhan massal disetiap wilayah yang di duduki. Para Ahli –ahli sejarah
kemudian menilai keberhasilan pasukan Islam ini yang sedemikian cepat ke utara,
timur dan barat itu berkat dari titik beratnya adalah pada sifat kemanusiaan
dan selanjutnya keluwesan kekuasaan Islamterhadap kelompok-kelompok non muslim.
Beberapa puluh abad berikutnyakemudian barulah dunia barat
sendiri menemukan prinsip-prinsip perang yang berkemanusiaan melalui salah
satunya adalah Deklarasi Paris tahun 1856.
PENUMPASAN PEMBERONTAKAN KAUM RIDDAT
Kembali ketika tersiar bahwa Nabi SAWsedang
sakit dan belum sampai wafatnya, maka muncullah kaum riddat {murtad} di
berbagai jazirah Arab. Diantaranya di lingkungan suku besar asad pada bagian
tengah Arabia seorang tokoh bernama Thulaihah
bin Khuwailid Al asadi {11 H/632 M}, bekas seorang dukun {tukang sihir}
sebelum masuk Islam, dan iapun maju di kalangan bangsanya mengaku menjadi nabi.
Ia banyak memperoleh pengikut terutama kaum bangsawan yang memang ajarannya
menghapuskan kewajiban zakat, menghapuskan kewajban sujud pada setiap shalat,
pengikutnya itupun meluas sampai suku besar Thai, Fezara dan suku-suku bagian
tengah. Ia menobatkan dirinya menjadi nabi dan mengunjungi Abu Bakr Ra di Madinah
Munawarah bersama pengiringnya yang ketika itu masih terjadi kekosongan pasukan
karena sedang berada di Syiria, dan minta diakui sebagai nabi dan diakui
ajaranya agar dapat hidup berdampingan secara damai, namun abu bakar ra dengan
tegas menolaknya. Terjadi perbincangan yang sangat serius diantara para shahabi
agar Abu Bakar bersikap lunak terhadap mereka, sebab yang di khawatirkan adalah
belum datangnya pasukan yang dipimpin Usamah dari medan pertempuran, Abu Bakar tetap pada pendiriannya dan akhirnya
Thulaihah keluar menuju perbatasan Madinah tanpa kesepakatan,sedangkan disana ia
telah mempersiapkan pasukannya. Rencana Abu Bakr menyergap secara tiba-tiba
mendapat reaksi dari kalangan shahabi yang mengkhawatirkan keselamatan khalifah
sendiri, disamping mengingatkan karena usianya yang telah lanjut namun akhirnya
kalangan shahabi itupun menyetujui penyerangan tersebut.
Malam itu jugapenyerangan dilakukan dengan pasukan yang di pimpin oleh Nukman bin
mukarran, Abdullah bin Muqarran dan Suwaid bin Muqarran sampai Abu Bakar
sendiri ikut dalam pasukan cadangan. Pasukan Tulaihah sendiri binasa dan
sisanya melarikan diri ke daerah Zul-Qisha.
Kemenangan ini pada hakekatnya kecil, tetapi mempunyai efek yang sangat
besarterhadap golongan riddat, yang selanjutnya menciptakan adem-pauze dalam
masyarakat Madinah.
Aswad
Al Insa{11 H/632 M} juga mendakwakan menjadi Nabi bersamaan waktunya dengan
peristiwa riddat yang dilakukan oleh Thulaihah,
sukunya mendiami wilayah Arabia bagian selatan kemudian menyerang kota Najran
sampai ke Sana’a daerah Yamanyang ketika itu dikuasai oleh fihak Islam yang di
pimpin seorang emir Syahar ibn Bazan.Aswad
ini adalah seorang yang berkulit hitam bekas seorang tukang tenung {black
magic} yang di takuti dan di kagumi oleh kaumMazhaj, tersebab dia mampu memperlihatkan hal-hal gaib dan tutur
bicaranya yang manis menarik perhatian setiap orang. Dia sering dipanggil dengan
nama Zul Khimar, yaitu yang
mengenakan cadar, karena mukanya ditutupi cadar mirip dengan seorang wanita.
Ajaranya membebaskan setiap orang dari kewajiban shalat dan zakat dan
mengizinkan perzinahan. Namun kekuasaanya hanya sekitar empat bulan saja, ia
dibunuh oleh bekas pengikutnya sendiri ketika sedang berpesta pora dengan para
gundiknya.
Kemudian Musailamah Al kazzab{ 11 H/ 632 M } dan istrinya Sajjah binti Al harits yang keduanya
mendakwakan menjadi nabi. Musailamah adalah tokoh cendikiawan dalam lingkungan
suku besar hanifah, ia mempunyai kekuatan pasukan sebanyak 40.000 orang guna
menandingi kekuatan Nabi besar Muhammad SAW.
Ia ikut dalam perutusan dalam rombongan suku besar Hanifah ke Madinah
setelah nabi SAW menaklukkan kota
Mekkah, sekembalinya ia dari Madinah ia
langsung mendakwakan dirinya menjadi nabi dan banyak memperoleh pengikut. Adapun
Sajjah binti Al harits bin Suwaidbin
Aqfan berasal dari jazirah belahan utara Irak dari suku Tighlab. Awalnya
Sajjah akan menyerang Musailamah di wilayah Yamamah, di sebabkan mereka dihadapkan oleh dua pasukan
Islam dari Madinah yang di pimpin oleh Ikrimah bin Hisyam dan pasukan cadangan
yang dipimpin oleh Syarahbil ibn Hasanah, maka keduanya mengikat perjanjian
damai dan keduanya melangsungkan perkawinan dengan ketentuan bagi hasil dari
wilayah Yamamah dan penggabungan kekuatan pasukan.Mengetahui besarnya pasukan
yang yang dipimpin oleh nabi palsu itu kemudian Abu Bakar mengirim pasukan
tambahan yang di pimpin oleh Khalid ibnu
Walid, pertempuran dahsyat pun terjadi di daerah yang di sebut wadi al aqraba, pasukan Islam terdesak
karena jumlahnya yang lebih sedikit di banding fihak lawan, maka diterapkanlah taktik
yang beliau lakukan dalam medan-medan pertempuransebelumnya sehingga menjadikan
kemenangan berada di fihak Islam, akhirnya Musailamah di bunuh oleh Wahsyi mawla Jabir ibnu Muth’im.
Allak Alhadhramy dan
Bahrain.
Satu kisah yang patut di cermati adalah
kisah Allak ibn Al Hadhrami yang diutus oleh Abu Bakar dalam menumpas kaum
Riddat di Bahrain yang dimulai oleh suku bani Bakri. Suatu malam Panglima Allak
Al Hadhramy dengan seluruh pasukannya berhenti pada gurun pasir yang bernama Al dahnak, terbentuk atas tujuh gunung
pasir yang berwarna merah, mendadak seluruh unta dan kendaraan mereka lari
karena diterjang topan dan badai, sedangkan mereka belum menurunkan perbekalan
dari kendaraan tersebut sehingga timbullah rasa lapar dan keputus asaan dari
pasukan tersebut. Setelah badai topa itu reda berkatalah panglima Allak: “Apakah kamu semuanya bukan muslim? Apakah
kamu semua tidak percaya kepada Allah? Kamu sekarang ini menunaikan tugas di
jalan Allah, membela di jalan Alah teguhkanlah iman mu kembali dan percayalah
akan kebesaran Allah”.
Sejarah mencatat setelah sembahyang
subuh dan Allak Al Hadhrami memanjatkan doanya, mendadak datanglah air melimpah
yang ketika itu dan di tempat itu berabad-abad lamanya sebagai lintasan kafilah
tidak terdapat air sedikitpun dan menjelang tengah hari, unta dan kendaraan
merekapun datang kembali.
Dan keajaiban lainnya ketika anggota
pasukan akan melintasi lautan menuju pulau Manamah {Bahrain}, bahwa mereka
berdoa dan menyerahkan diri kepada Allah hingga kaki-kaki unta dan kuda-kuda
mereka dapat menyebrangi lautan yang tenggelam hanya sebatas lutut-lututnya,
dan akhirnya merekapun dapat menaklukkan kaum Riddat di wilayah Bahrain. Bahkan
penyair dari bani Kais Afif Ibnu Munzir mengabadikannya dalam sebuah syairnya.
Laqit
bin malik Al Azadi juga mendakwakan menjadi rasul di wilayah Oman. Maka
Khalif Abu Bakar memerintahkan kepada pasukan Ikrimah dan Syarahbil untuk
berangkat ke daerah Oman menyusuri teluk parsi. Setelah menaklukkan Oman
pasukan tersebut bergerak ke Mahra daerah yang termasuk wilayah Oman timur dan
Hadramaut. Pasukan itu berolehbantuan dari wilayah-wilayah sekitar yang
menyerahkan diri dan membai’at khalif Abu Bakar kembali. Sedangkan Panglima
Khuzaifah tetap berada di Oman guna memulihkan keamanan dan ketertiban di
wilayah itu.
Kais
Ibnu Abi Yaguts adalah bekas panglima dari Aswad Al Insa yang terbunuh
ditangannya, maka setelah tewasnya Aswad iapun membelot agama dan melakukan
penindasan terhadap kaum al Abnak di wilayah Yaman. Namun ia dan Amru ibnu Ma’dakariba tertangkap oleh
pasukan Ikrimah dan Muhajir ibn Abi-Umayah, kemudian dikirim ke Madinah unutuk
dipertimbangkan sendiri oleh khalif Abu Bakar ra.
BAB
II
Jika di tilik dari sebab-sebab timbulnya nabi-nabi palsu
dan kaum riddat ini bermunculan, maka kita dapat telaah dari peristiwa
tersebut, pertama:
-
Peristiwa itu terjadi hampir bersamaan ketika
Nabi Muhammad SAW sedang dalam keadaan sakit hingga wafatnya, yang berarti
bahwa anggapan mereka pemimpin dan kaum muslimin pada waktu itu sedang dalam
keadaan lemah, sehingga mereka dapat memanfaatkan situasi yang menguntungkan
-
Kedua: iman yang di anut oleh sebagian besar
masyarakat Islam yang murtad yang notabene jauh dari jangkauan kekuasaan Islam
{pusat kota} ketika itu masih lemah
-
Ketiga: sifat Ta’ashubiah, yaitu menganggap
bahwa kaumnyalah yang lebih mulia, terbukti nabi-nabi palsu itu mendakwakannya
di sebagian besar sukunya dan menganggap sukunyalah yang paling mulia. Hal ini
dikuatkan dengan pernyataan Uyainah ibn Hishan dari suku beasr Ghatfan mengenai
Tulaihah Al Asadi dan berkata: “Seorang
nabi dari sekutu kita lebih baik dari pada seorang nabi dari suku Quraisy”.
-
Keempat: banyaknya ketika itu termasuk pada suku
quraisy sekalipun, terdapat pemeo bahwa orang-orang yang mempunyai kekuatan
magic lebih dihargai dan di takuti ketika itu, begitupun tukang-tukang sya’ir,
sehingga banyak yang terbujuk dengan kata-kata dan sya’ir-sya’ir yang menawan
hingga beroleh banyak pengikut.
-
Kelima: Nabi-nabi yang menda’wakan diri itu
senantiasa memberikan ajaran yang menguntungkan para bangsawan dan orang-orang
kaya, semisal tidak perlu mengeluarkan zakat, ataupun di senangi oleh
masyarakat awwam semisal meninggalkan shalat, dan terlebih lagi yang mengikuti
syahwat seperti menghalalkan perzinahan.
Adapun jika kita telaah kembali mengapa
khalif Abu Bakr menghukum kaum murtad itu dengan hukuman yang sangat berat
bahkan dengan muharabah/ pembunuhan dan pembasmian. Pembelaan atas alasan-alasan
ini di jawab oleh Syeikh Yusuf Qardawi dalam bukunya sistem masyarakat Islam
dalam Alqur’an dan sunnah. Pertama: dalil yang mengatakan bahwa Allah
berfirman: “katakanlah: “taatilah Allah
dan taatilah Rasul itu”. {Annur: 54}. “barangsiapa
yang taat kepada Rasul, maka ia taat kepada Allah”. {An Nisa : 80}. Kedua:
adanya Ijma’ ulama dan kesepakatan fuqahaul ummah untuk membunuh orang murtad
tersebut. Ketiga: sesungguhnya diantara ulama salaf ayat peperangan dalam surat
Al Maidah ayat 33 di tujukan untuk kaum yang murtad, yaitu Allah berfirman: “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang
yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah
dibunuh dan di salib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal
balik, atau dibuang dari negeri {tempat kediamannya}. Yang demikian itu sebagai
suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akherat mereka beroleh siksaan
yang besar” {Al Maidah : 33}. {Dr. Yusuf Qardhawi : 46}.
Dalam Asbabun Nuzul diterangkan
berkenaan dengan ayat ini bahwa Abdul malik bin Marwan menulis suratyang berisi
pertanyaan kepada Anas bin Malik, maka
di jawablah bahwa ayat ini berkenaan dengan suku Urainah yang murtad dari agama
Islam yang membunuh penggembala unta dan membawa lari untanya.
BAB III
Menghadapi Imperium Parsi dan Romawi
Disamping dalam khilafat Abu Bakar
membasmi kaum riddat, kebijakan yang dipandang efektif sekali adalah
kemampuannya memalingkan suku-suku arab yang ketika itu masih carut marut dengan sengketa dan
pertumpahan darah serta kesedihan yang masih dirasakan disebabkan oleh wafatnya
Nabi Muhammad SAW, kepada tujuan yang besar dan penuh kesungguhan yaitu
menghadapi imperium Parsi dan Romawi.
Adalah panglima Khalid bin Walid yang diperintahkan menuju keutara ke lembah
Mesopotamia. Dapat dibayangkan fatalnya jika seluruh kekuatan ketika itu tumpah
ruah menghadapi kekuatan besar yang sudah berabad-abad berpengalaman dalam
perang dan menguasai belahan dunia serta menguasai senjata-senjata yang
dipandang modern ketika itu. Namun khalif Abu Bakar yakin dengan sabda Nabi SAW
yang tatkala mengutus ke Ctesipon pada tahun 8 H, kemudian surat itu di
koyak-koyak oleh Khosru Parviz, maka Nabi SAW bersabda: “Kerajaannya akan
dikoyak-koyak di tanganmu”. Itulah Abu Bakar dan ingat ketika peristiwa isra
mi’rajpun beliau langsung mempercayainya, bahkan jika lebih dari itu.
Awal mula menuju lembah Mesopotamia itu
adalah ketika panglima Mutsanna ibn Haritsa As Syaibani, seorang panglima muda
yang ikut dalam pasukan Allak ibn Hadrami yang berada di Bahrain memohon izin
untuk meneruskan ke arah utara menyusuri pesisir teluk Parsi dan permohonannya
itu di kabulkan, ia dan pasukannya berhasil menundukkan bandar Al Qatif bersama 8000 pasukannya dan
ketika sampai di wilayah Quwait, ia mendapat perlawanan sengit sehingga
pasukannya terhenti dan meminta bantuan kepada khalif Abu Bakar ra. Setelah
menerima laporan dari Panglima Mutsanna, maka terbesit niat khalifah untuk
memalingkan suku-suku Arab yang carut-marut itu untuk bergabung bersama-sama menuju
tujuan yang besar. Selain mengirimkan Panglima Khalid ibn Walid yang langsung
berangkat dari Yamamah berkekuatan sekitar 10.000 tenaga tempur, khalif Abu
Bakar juga mengirimkan pasukan yang dipimpin oleh panglima Iyyadh menuju kerajaan Hira yang menjadi bagian dari kerajaan Parsi
dan ketika bergabung sehingga menjadi 18.000 pasukan.
Perangpun berkecamuk dan panglima Khalid
terus mencapai kemenangan demi kemenangan, perang Zat us Salasil yaitu bermakna
untaian rantai, karena tawanan perang
diikat dengan rantai. Pertempuran di
Tsini, pertempuran di Waljah,
pertempuran di Allais, sampai menduduki kota Hira, menundukkan kota Anbar,menduduki benteng Ain tamar, pertempuran di AlFiradh, sampai kegemilangan Khalid
itu di lukiskan Abu Bakar dalam kalimat yang berbunyi: Ajazat An nisa An yalidna
mitsla Khalid:“tiada mampu
wanita-wanita lainnya akan melahirkan putra serupa Khalid”.
Suatu kisah danHikmah dari peperangan
tersebut ternyata ketika banyak tawanan perang dari fihak non muslim yang
melahirkan pejuang-pejuang Islam ataupun putra-putra pejuang Islam di kemudian
hari, diantaranya ketika pertempuran di Tsini {wilayah Basrah}, salah satu
tawanan perang dari tokoh agama Nasrani yang merupakan ayah dari Hasan Al Basri
salah satu ulama terbesar dalam abad ke 2 hijriah. Kemudian setelah pendudukan
Ain Tamar ada Abu Zayad calon pendeta
Nasrani yang kemudian menjadi pejuang Islam serta Nushoir yang adalah bapak
dari Musa ibn Nushair di kemudian
hari menaklukkan kerajaan Visigoth di
semenanjung Liberia {spanyol dan Potugal} sampai pegunungan Pryrenees tahun 93 H/711 M.
Kemenangan yang gilang gemilang di
lembah Mesopotamia itu telah
membangkitkan semangat dan bertambahnya keyakinan di kalangan muslimin ketika
itu, sehingga banyak para sukarelawan yang datang dari semenanjung Arabia untuk
bergabung. Jika ditilik dari kacamata sejarah, bahwa kemenangan tersebut salah
satunya adalah karena kepatuhan umat Islam terhadap amanat perang yang di
berikan Abu Bakar As Shiddiq, kemudian adalah dari pidato panglima-panglima
Islam sendiri sebagai pemicu semangat seperti khalid ibn Walid, Abu Ubaidah ibn
Jarrah, Kika ibn Amru Attamimi, Allak
ibn Al Hadramy dan lain-lain. selain dari faktor-faktor sengketa intern
kalangan Persi sendiri, seperti masa-masa kemelut dari dynasti Archaemenids sampai dinasty Sassanids
yang terakhir di pimpin oleh panglima besar Rustam dan mengangkat Khosru Yezdegrid III{632-651 M}. namun
jika kita lihat dalam kenyataanya ketika itu di masa Nabi Muhammad Saw masih
hidup dan tinggal di Mekkah, kemenangan di dominasi Persi atas Romawi selama
enam tahun berturut-turut sehingga menjadi bahan ejekan dan cemoohan kaum
Quraisy di kota Mekkah, kemudian turunlah surat Arrum ayat 1-5 sebagai penghibur
hati Nabi saw dan kaum muslimin yang menyatakan bahwa fihak Roma akan menang
kembali dalam waktu singkat, hal itu terbukti ketika Nabi SAW hijrah ke Madinah
imperium Roma berhasil merebut kembali wilayah belahan Timur {Asia kecil}.
Menghadapi pasukan Romawi yang
berkekuataan 240.000 tenaga tempur dengan disertai peralatan-peralatan perang
yang berat dan lengkap, di fihak Islam hanya mempunyai 39.000 tenaga tempur dan
itupun di dapat setelah menaklukan wilayah-wilayah dalam perjalanannya menuju
Yarmuk serta suku-suku Arab yang mengangkat bai’at kembali kepada khalif Abu
Bakar akan tetapi sebagian besar terdiri dari pasukan berkuda dan unta dan
membawa peralatan ringan seperti khanjar/ pedang bengkok yang terkenal tajam
dan panah. Dan semua pasukan itu di bawah komando Khalid ibn Walid.
Dalam hal ini sebagai pertanyaan yang singkat
mengapa Yarmuk ditetapkan sebagai pemusatan pertahanan dan arena pertempuran,
karena Yarmuk telah di kenali betul oleh pemuka-pemuka quraisy yang pada waktu
sebelum kedatangan Islam telah banyak kafilah-kafilah dagang dari kota Mekkah
berpergian pada musim panas pergi ke belahan utara{ Syam,Mesir, Irak} dan pada
musim dingin kebelahan utara {Yaman dan Habsyi}. Hal ini juga yang di abadikan
pada surat Quraisy dalam Al qur’an. Dan
peristiwa pertemuan dua pasukan di Yarmuk inilah khalif Abu Bakar Asshiddiq
wafat bertepatan pada tanggal 23 jumadil Akhir tahun 13 H / bulan Agustus 634 M
dalam usia 63 tahun.
PENUTUP
Masa pemerintahan Abu Bakar hanya 2
tahun 3 bulan dan 13 hari, namun demikian besar jasanya dalam membangun dan
membuka peradaban Islam. Beliau juga adalahorang yang pertama kali mengumpulkan
naskah-naskah Alqur’an yang berupa catatan-catatan dan lembaran-lembaran
perkamen dan dari pelepah-pelepah kurma di simpan di kediaman Hafshah puteri
Umar ra, sebab beliau khawatir akan hilangnya mashaf itu karena banyaknya para
huffadz {penghafal Alqur’an} yang gugur dalam medan pertempuran.Beliau juga
yang mula-mula mengelola dan mengurus perbendaharaan negara yang di sebut Baitul Mal, namun kehidupan sederhana
yang beliau jalani dalam masa 2 tahun 3 bulan masa pemerintahannya tersebut
beliau hanya mengeluarkan 8000 dirham bagi keperluan keluarganya.
Nama asli dari Abu Bakar sendiri adalah
Abdullah nama ayahnya Utsman bin ‘Amir yang bergelar Abu Kuhafah, silsilah
keturunannya bertemu dengan Nabi saw pada Murra bin Ka’ab dari bani Taim, yaitu
Abu Bakar bin Utsman bin amir bin Umar
bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murra bin Ka’ab. Gelar Asshiddiq sendiri
di dapat ketika ia membenarkan dengan yakin dan pasti peristiwa Isra dan mi’rajnya
nabi saw.Sebelum kedatangan Islam beliau menikah dengan Qatilah binti Sa’ad,
mempunyai dua orang anak yaitu Abdullah
bin Abi Bakr dan Asma’. Setelah isterinya pertamanya wafat, beliau menikah
lagi dengan Ummu Ruman mempunyai satu orang putera dan satu orang puteri yang
bernama Abdurrahman dan Aisyah ra. Setelah isterinya wafat, ia menikah lagi
dengan janda dari Ja’far bin Abi Tholib
yang gugur dalam perng Khaibar, bernama Asma
binti ‘Amis dan mempunyai seorang putera bernama Muhammad bin Abu Bakr. Abi
Bakr pernah pula mengawini Habibah binti
Zaid mempunyai seorang puteri bernama Ummu Kultsum. Namun perkawinan itu
tidak berlangsung lama dan cerai dan Habibah itu kemudian di kawin oleh Thulhah bin Ubaidillah. Sedangkan Asma
binti ‘Amis sepeninggal Abi Bakr di kawin oleh Ali bin Abi Tholib setelah wafatnya Fathimah Azzahra ra.
Khilafat Umar Bin Khattab [13-23 H/634-644 M].
Khalif Umar bin Khattab
adalahsatu-satunya khalifah yang terpilih atas penunjukkan langsung oleh
sahabat Abu Bakar yang terlebih dahulu meminta para shahabat-shahabat
Rasulullah saw, diantaranya Abdurrahman bin Auf, Tulhah ibn Ubaidillah, dan
ditulis amanatnya oleh Utsman bin ‘Affan ketika khalif Abu Bakar tengah
terbaring dalam keadaan sakit dan amanat itu berbunyi: “adapun kemudian aku menunjuk Umar bin khattab untuk menggantikanku, dan
hal itu untuk kebajikan semuanya”. Tidak ada pertentangan dalam masalah ini
dan mereka semua menjawab :”sami’na wa
atho’na, kami dengar dan kami patuhi”.
Kepribadian
Umar bin Khattab adalah ketegasannya dalam menjalankan syari’at Islam, ia tidak
dapat membiarkan ketidak adilan dan tidak dapat menyaksikan untuk membiarkan
ketentuan agama di langgar namun ia memiliki kehidupan yang sederhana sekali.
Dan ketika itu pada saat baru saja khalifah Abu Bakar menghembuskan nafasnya
yang terakhir ia memerintahkan Hisyam ibn
Walid untuk mencambukUmmu Farwat
binti Abi kuhafah, saudara Abi Bakr sendiri, karena meratapi kematian Abu
Bakr.
Pada
saat-saat awal Umar masuk Islam, ketika ia akan berhijrahtiada seorangpun yang
berani berterus terang kecuali Umar ibn
Khattab, setelah ia tawaf di ka’bah dan shalat dua raka’at, kemudian maju dengan
membawa pedang dan busur panah kepada pembesar-pembesar Quraisy seraya memegang
dagu mereka satu persatu, lalu berkata: “ Barang siapa yang ingin ibunya
meratapi puteranya, dan sang anak menjadi yatim, dan seorang isteri menjadi
janda, maka susullah saya ke lembah sana.Pada saat itu tidak ada seorangpun
yang berani menyusulnya. Dan iapun berangkat dengan aman.
Awal
pemerintahannya, Umar memecat Khalid ibn Walid sebagai panglima kepada Abu
Ubaidah Ibn Jarrah yang ketika itu sedang menghadapi pasukan besar Roma di Yarmuk, namun pemecatan itu di
rahasiakan oleh berbagai panglima agar semangat juang tetap tejaga di kalangan
pasukan.Khalif Umar juga merahasiakan wafatnya Abu Bakar guna menghindari
lemahnya pasukan kaum muslimin waktu itu,
Alasan pemecatan itu karena, pertama: Khalif
Umar khawatir dengan perjuangan yang di lakukan Khalid itu berujung pada
pengkultusan individu secara berlebihan sebab berbagai penaklukan yang
dipimpinnya dengan kelihayan dan strateginya selalu berhasil dalam setiap
perjuangannya, sehingga Khalid di juluki oleh Rasulullah saw dengan Saefulloh atau pedang Allah. Kedua:
Panglima Khalid adalah panglima yang dianggap terlalu bernafsu dalam medan
pertempuran sehingga tidak menimang nyawanya sendiri, namun semangat Khalid
untuk bertempur tidaklah susut, bahkan ia lebih bersemangat lagi, ketika pertempuran
usai dan kemenangan berada di fihak Islam sehingga terkuaklah rahasia pemecatan
tersebut, orang-orang menanyakannya mengapa ia begitu, iapun menjawab: “aku berjihad bukan karena Umar tapi karena
Allah”.
Pertempuran
itu Yarmuk itu sangat dahsyat dan dalam literatur barat menyebutnya dengan
penyembelihan besar-besaran terhadap pasukan Roma disebabkan jumlah korban yang
teramat besar dari fihak Romawi ketika itu dan kaum muslimin pada akhirnya
memperoleh harta rampasan perang yang tidak terkirakan jumlahnya. Kemenangan di
Yarmuk itu sangat penting artinya sebab merupakankunci kemenangan yang terus
menerus dalam pertempuran berikutnya di
belahan Siria dan Palestina. Dan setelah kemenangan tersebut pasukan Islam
bergerak kedaerah Damaskus serta merebutnya setelah pengepungan selama lebih
dua bulan lamanya dari tangan King Jabala ibn Aiham Vi.
BAB I
Menguasai Syiria dan Palestina
Penguasaan Damaskus yang bertepatan pada
tahun 14 H /635 M, pada hakikatnya adalah melegakan tokoh-tokoh gereja Siryani
yang pada waktu itu berada dalam tekanan dan penderitaan gereja kaum Grik yang
menganut aliran Melchites[ keyakinan yang berasal dari Paus Melchiades di
Roma/311-314 M yang menyakini bahwa yesus itu punya dua zat, yaitu zat insaniat
dan zat ilahiat] di bawah kekuasaan Romawi Timur. Dari gereja Siryani
inilah pada masa kemudian banyak jasa besar yang dihasilkan terutama dalam
penyalinan naskah-naskah Grik tuayang tumbuh dalam perkembangan dan pemikiran
pada peradaban Islam selain itu bangsa Siryani juga bahu membahu dengan
bangsa-bangsa Arablainnya dalam menguasai daerah di belahan Romawi Timur.
Damaskus
ketika itu adalah bagian dari imperium Roma dengan rajanya yang bernama King Jabala
VI, atau Jabala Ibn Aiham, ia dari suku Ghassani yang ketika awal mulanya
suku-suku Ghassani ini mendiami wilayah Yaman di selatan, namun peristiwa
jebolnya bendungan raksasa Ma’rib menyebabkan pengungsian besar-besaran suku-suku Arab
termasuk suku Ghassani ini ke wilayah utara {yaitu Syiria dan Palestina yang di
kenal dengan sebutan Syam} pada abad satu masehi. Sebelum ibukota Damaskus
didirikan, wilayah Haurankemudian Balka
dan kemudian berganti Jillak merupakan
ibukota Syiria dan Palestina. Bangsa –bangsa Arab umumnya ketika itu menganut
agama Nasrani beraliran Siryani dan di kenal dengan sebutan gereja Siryani.
Raja yang pertama memerintah di Damaskus
adalah King Tsalaba tahun 300 M
dibawah kaisar Diocletianus {284-305
M} yang melakukan penyiksaan terhadap orang-orang Yahudi dan Nasrani di seluruh
imperium Roma pada masa itu. Tetapi kemudian setelah berkuasanya Kaisar Constantine the Great {306-337 M}
yang menganut agama Nasrani sekaligus
pembangun ibu kota Konstatinopel itu mulai di umumkan bahwa Nasrani sebagai
agama resmi di wilayah Romawi.
Berita kemenangan pasukan Islam di
datarantinggi Syiria dan dataran tinggi Palestina terdengar pula di wilayah
pesisir Levantine betapa keluwesan
dan sikap toleran yang di perlihatkan pada wilayah kekuasaan Islam terlebih
lagi jaminan kebebasan menjalankan keyakinannya sendiri serta jaminan hak milik
dan nyawa dipandang sebagai rasa simpatik dan sangat menyentuh penduduk sekitar
bandar-bandar wilayah Levantine,yang merupakan bandar yang makmur ketika itu.
Dan hasilnya sangat cepat masyarakat yang berbondong-bondong dan memeluk agama
Islam. Wilayah Levantine ini sangat penting dan strategis untuk menguasai dan
menangkal serangan Romawi dari laut. Terhadap berbagai kota yang di duduki,
pasukan Islam hanya mengajukan salah satu tuntutan dari tiga opsi yang
ditawarkan. Pertama: memeluk Agama Islam dan kewajiban membayar zakat, kedua:
menyatakan tunduk pada kekuasaan Islam dan dikenakan kewajiban jizyah yakni
sejenis pajak yang jauh lebih ringan dari beban pajak yang di pungut oleh fihak
Romawi, ketiga: adalah pilihan terakhir jika tuntutan itu tidak di penuhi,
yaitu perang dan menanggung segala yang diakibatkannya.
Setelah menundukkan Levantine dan
sekitarnya pasukan Islam bergerak ke Emesia
atau yang di kenal dengan Homs,
wilayah itu adalah merupakan wilayah yang terluas di Syiria dan merupakan titik
pertahanan yang sangat penting agar tidak diserang oleh pasukan Romawi dari
arah belakang. Pasukan Islam yang masih di pimpin oleh panglima besar Abu
Ubaidah ibn Jarrah dan Khalid tersebut merebut Antiokia kota yang terbesar dan dan terpenting di Syiria. Kota ini
juga adalah kota yang di bangun kaisar Konstantin the Great dan menjadi ibu
kota Romawi Timur sebelum akhirnya di pindahkan ke Konstantinopel. Di kota ini
terdapat benteng yang terkenal tangguh dan kukuh yaitu benteng Allepo. Penyerbuan kota ini juga sangat
penting artinya bagi penguasaan Romawi Timur, sebab dengan jatuhnya benteng
ini, maka runtuhlah kekuasaan Romawi Timur di wilayah Syiria.
Sejarah Antiokia sendiri tidak terlepas dari Alexander The Great {356-323
SM} dari Makedonia yang menaklukkannya dan mendudukinya, setelah itu dua
setengah abad lamanya di kuasai oleh dinasti Seleucids {305-67 SM}. Dan sewaktu di rebut oleh panglima Pompey {100-44 SM], maka
Antokia adalah tempat kedudukan penguasa-penguasa Romawi di belahan timur. Di
kota itu pula umat kristen menganggap penting akan sejarah antiokia dikarenakan
diutusnya Rasul Barnabas oleh kedua
belas murid Yesus yang menjalankan misinya bersama Saul, tokoh yang beriman kepada Yesus dan konon tidak pernah
bertemu dengan Yesus dan tokoh tersebut di panggil dengan Rasul Paulus. Kedua orang ini menjalankan misinya yang senantiasa
menyatakan bahwa Yesus itu Christos,
yang bermakna Almasih. Dari kota
itulah masyarakat pengikutnya dipanggil dengan Christians {orang-orang kristen}, sedangkan di Palestina pada masa
sebelumnya pengikut-pengikut Yesus itu oleh orang-orang Yahudi dipanggil dengan
Nazarenes [pengikut-pengikut orang
Nazareth/ Yesus}. Dan dari situlah awal mula panggilan nama Nasrani, yang terjadi pada abad pertama
Masehi.
Selain penundukkan kerajaan Romawi di
masa umar terjadi pula peperangan yang di dilakukan terhadap kerajaan Persi,
hal ini disebabkan karena penyerangan balasan yang di lakukan Persi terhadap
wilayah-wilayah yang telah di duduki kaum muslimin. Pasukan balasan ini
dipimpin oleh panglima Rustam yang di kenal dengan hereditary of Khorasan {panglima warisan dari Khurasan} atau
sebutan lain adalah Crown General
{panglima bermahkota} berasal dari daerah khurasan {Iran}. Ia termasuk turunan
raja-raja Sassanids generasi terakhir putera Ferrukhzad yang terus dilanda
kemelut dan pertumpahan darah. Ia diperintahkan oleh Khosru Yezdegrid III untuk
mengambil alih kerajaan Hira yang ketika di masa Abu Bakar di rebut oleh
panglima Mutsanna ibn Haritsa Assyaibani.
Pembukaan Yerusalem
Sejarah
Yerusalem sendiri adalah tidak terlepas dari perebutan para imperium dan
dinasti-dinasti Roma dan Persi yang silih berganti menguasainya. tempat
bersejarah tiga agama yaitu kristen, Islam dan Yahudi. Jika kita melihat
sejarah yang telah terjadi , di tempat itu terdapat kuil Sulaiman {Solomon’s
Temple}yang dalam Alkitab {Holy Bible}disebut bait Allah pada dataran bukit
zion yang di hancurkan oleh Nebuchadnezar{605-561
SM] dari Babilonia atas penaklukannya terhadap King Of Judea {933-586 SM} di tahun 586 SM. Bait Allah tersebut di
bangun kembali pada masa Nabi Nehemia dan Nabi Ezra atas bantuan Cyrus the Great {550-530 SM] dari
dinasti Archaemenids /imperium Persi {600-330 SM} setelah penaklukannya atas Babilonia dan Palestina. Pada masa Maccabeus {168-63 SM} tahun 63 SM Yerusalem
di taklukan oleh oleh herod the Great{37-4
SM} yang merupakan raja yahudi atas pengangkatan imperium Romawi, Bait ullah
itu dimegahkan kembali. Namun pada tahun 70 Masehi, terjadilah pemberontakan
yang di lakukan oleh bangsa Yahudi, dan ketika itu, panglima Titus {65-75 M}
berhasil merebut dan menduduki Yerusalem dan iapun menghancurkan dan
mendatarkan bait Allah yang terkenal megah dan agung itu, sejak itulah bait
Allah yang terletak di dataran bukit Zion menjadi lapangan terbuka sampai saat
ini. Selanjutnya iapun mengusir bangsa Yahudi dari wilayah Palestina, dan
terjadilah apa yang disebut Great
Diaspora [menyebar tanpa tanah air} dalam sejarah bangsa Yahudi.Ketika
Kaisar Constantine the Great {306-337
M} menguasai Yerusalem {kaisar pertama dari Romawi yang memeluk agama Nasrani},
maka di bangunlah sebuah gereja yang terpandang suci bagi umat kristen. Empat
abad kemudian Khosru Parvis {589-628}
dari Persia merebut Yerusalem dari tangan romawi dan menghancurkan gereja yang
di bangun Constantine, kemudian berganti pada masa Heraklius {610-641 M} yang menguasai dan mengalahkan Persi hingga
ke pinggirsungai Tigris, maka iapun membangun kembali gereja itu dengan yang
lebih megah disampingmakam suci bagi umat kristen.
Pada dataran tinggi lapangan terbuka itu
terdapat batu karang {the Rock} yang konon ketika kuil Sulaiman masih berdiri
berada pada ruangan paling suci {Holy Of Holies}, disitulah Nabi Ya’kub pertama
kali menerima wahyu, kemudian beberapa abad kemudian Nabi Muhammad saw
mengerjakan shalat dua raka’at sewaktu berlangsungnya peristiwa isra dan
mi’raj.
Perjalanan menuju pembebasan kota suci
Yerusalem di Palestina tidaklah begitu mudah di capai. Panglima Amru bin Ash dan panglima Syarahbil bin
Hasanah adalah dua panglima yang di tugaskan untuk membuka dan menguasai
Yerusalem. Sebelumnya pasukan itu harus menaklukkan beberapa kota, yang ketika
itu jumlahnya sangat kecil berjumlah 9000 orang karena pasukan itu telah di
bagi-bagi dan sebagian untuk mempertahankan wilayah-wilayah yang telah di
kuasai Islam. Tercatat pertempuran pecah di beberapa tempat: Afulla, Ain Harod,
Jenin, Arruba dan Burqa. Pasukan Islam ketika itu harus berhadapan dengan
pasukan yang di kirim oleh Heraklius, yaitu panglima Artavon yang merupakan
putera dari Heraklius sendiri dan bertahan di Caesrea, Palestina. Pasukan itu
berjumlah 70.000 orang.
Pasukan Islam di bantu oleh pasukan Yazid ibn
Abi Sofyan yang telah berhasil merebut Haifadi pesisir lalu melintasi
pegunungan karmil {Mount Carmel}, lalu bergabung di wilayah Galilia dan
bergerak menuju Samaria lalu mengepung benteng Agnadine yang terkenal kukuh, terletak antara Ramla dan kota suci
Yerusalem tahun 637 M dan berhasil menguasainya dengan susahpayah karena pada
waktu itu juga bertepatan dengan musim dingin. Sebelum pengepungan dan penguasaan
benteng tersebut, ada dua kota yang di pandang punya arti sejarah antara
kristen dan yahudi serta Islam yaitu kota Nazareth
yang merupakan kediaman nabi Isa sebelum menjalankan misinya, dan kota Hebron yang merupakan tempat kediaman
nabi Ibrahim, Ishak dan Ya’kub.
Syiria utara yang sudah di kuasai oleh
pasukan Islam di bawah komando Abu Ubaidah dan Khalid ibn Walid diperintahkan
oleh Umar ra agar bergabung memperkuat pasukan Amru ibn Ash. Gabungan pasukan
itu menyebabkan membuat pasukan Heraklius putus asa akhirnya menyingkir menuju
konstantinople dan menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada para pembesar
di Yerusalem. Akhirnya Uskup Agung Sophronius bersedia menyerahkan kota suci
Yerusalem dengan syarat-syarat yang di ajukan. Pertama : adanya gencatan
senjata, kedua: kota suci Yerusalem hanya akan di serahkan oleh penguasa
tertinggi fihak Islam {dalam hal ini harus di lakukan oleh Umar sendiri},
ketiga: sisa pasukan Roma di izinkanberangkat dengan damai menuju Mesir.
Setelah fihak-fihak Islam berunding,
maka akhirnya umar sendiri yang bersedia berangkat menuju Yerusalem. Awalnya di
kalangan Shahabi berkeberatan tentang keharusan amirul mu’minin untuk berangkat
bagi penyerahan kota suci tersebut, pertama di khawatirkan timbul akibat-akibat
yang tak terduga, kedua khawatir khalif Umar memindahan ibukota Madinah ke kota
Yerusalem. Namun sahabat Ali ibn Abi Thalib mendukung pendapat Umar setelah
Umar menjelaskan tidak akan memindahkan ibu kota Madinah ke Yerusalem. Umarpun
bertolak ke Yerusalem hanya dengan mawlanya yang sudah di merdekakan setelah
menolak iringan dari beberapa Shahabat, dengan hanya membawa seekor unta merah,
sekantung gandum, sekantung kurma, sebuah piring kayu dan sekantong air dan
wadah kulit serta sebuah tikar sembahyang.
Betapa sejarah mencatat dengan amat
mengesankan begitu sederhananya seorang pemimpin yang tertinggi dari sebuah
pemerintahan yang sangat luas menguasai sebagian besar wilayah Romawi dan Persi
dimana dua kerajaan tersebut telah memiliki peradaban dan pengalaman yang
sangat lama. Namun Umar menyaksikan para panglimanya yang notabene menjadi
bawahannya memakai pakaian yang mewah dan kuda-kuda yang bagus serta beragam
sutera. Ia lalu menggenggam pasir dan melemparkannya kepada petinggi-petinggi
pasukan Islam tersebut tersebab perubahan sikap hidup mereka. Abu Ubaidahpun
menjelaskan tentang gengsi pasukan Islam guna mengimbangi martabat di kalangan
bangsa-bangsa Romawi.
Setelah penyerahan secara damai dan aman
itu lalu Umar mengunjungidataran bukit Zion dan pada batu karang yang dianggap
suci itu Umar membangun masjid di sebelah gereja yang di sucikan umat kristiani
dan sampai saat ini di kenal dengan masjid
Umar yang kemudian hari di sempurnakan dengan megah bangunannya oleh Khalif Abdul Malik {65 H-86 H/685-705 M}
dari daulah Umayyah yang di kenal dengan bangunan
cembung {Dome Of Rock}.
Sekembalinya Umar dari Yerusalem, tahun
368 Masehi, pasukan Roma kembali melancaran serangan dari arah laut menuju
pelabuhan Tripoli dan Tyrus yang terdiri dari 40 buah kapal berasal dari
semenanjung Grik, namun kapal-kapal itu dapat dikuasai fihak Muslim di bawah
komando Muawiyyah ibn Abi Sufyan. Dari Asia kecil, Heraklius menggerakan
pasukannya dengan tujuan mengambil kembali wilayah Syiria dan Palestina dan perlawanan
itu dapat di patahkan oleh Khalid ibn Walid yang ketika itu masih berkedudukan
di Homs. Bahkan agresi yang dilancarkan fihak Roma tersebut menyebabkan fihak
Roma lebih banyak lagi kehilangan wilayahnya di Asia Kecil, seperti wilayah
Kilikia dan bandar Tarsus, Cappadocia dan berbagai benteng yaitu Harran, Eddesa
dan Amida {Diar-Bekr}.
Penaklukkan Mesir
Pada
tahun 18 H/639 M pasukan Islam yang hanya berkekuatan 3000 orang di bawah
pimpinan Panglima Amru Ibn Ash maju ke wilayah Mesir dan di penghujung tahun 21
H/641 M kekuasaan Roma terusir seluruhnya, pada tahun itulah Kaisar Heraklius
meninggal dengan duka cita yang mendalam karena hanya menikmati kemenangan
sesaat setelah penaklukannya dengan susah payah atas imperium Persi.
Mengapa
pasukan Islam begitu mudah menaklukkan Mesir? Pertanyaan yang mungkin di jawab
dalam hal ini adalah: secara histori bangsa-bangsa kopti atau penduduk asli
Mesir adalah bangsa yang tertindas oleh imperium-imperium yang menguasainya,
baik itu bangsa Roma ataupun Persi. Banyaknya penindasan dan pemaksaan serta
pungutan pajak yang terlalu tinggi, menyebabkan resist {penolakan} dan tidak
bersimpati terhadap mereka. ketika Islam
datang, apa yang di sebut dengan kebebasan rohani dan sikap toleransi Islam di
Syiria dan Palestina yang tidak di kenal dari bangsa-bangsa sebelumnya
merupakan hal yang di nanti-nantikan dan di dambakan oleh bangsa kopti
tersebut. Terbukti secara diam-diam jema’at-jema’at dari dari aliran Jacobite [aliran yang di kembangkan oleh uskup Jacob Baraday
wafat thn 578 M, yang meyakini satu zat/Monophysite, ajarannya meyakini bahwa
yesus itu hanya mempunyai satu zat, yaitu zat ilahiyat] mengundang panglima
Amru bin Ash untuk datang ke tanah Mesir. Bahkan pada masa-masa sebelumnya,
ketika Nabi saw masih hidup pernah mengirimkan utusan pada tahun 6 h/628 M di
bawah pimpinan Hatib bin Abi balta yang di sambut dengan baik oleh raja Mukaukis yang walaupun ia tidak masuk
Islam akan tetapi ia mengirimkan dua sahaya yang jelita Maria Al qibthiyyah dan Sirin
Al qibthiyyah.
Penduduk pribumi amat merindukan
kebinasaan kaum penganiaya tersebut mereka itu tidak tanggung-tanggung dalam
kesungguhannya memberikan bantuan kepada Panglima Amru bin Ash, baik materil
maupun kemiliteran seperti membantu dalam penyebrangan-penyebrangan pada
cabang- anak sungai nil dan membantu bersama –samapasukan Islam untuk
menumbangkan imperium Romawi.
Penderitaan-penderitaan yang dialami
oleh jema’at-jema’at kopti {copitc Chuch} ketika di kuasai oleh imperium Roma
yang menganut paham paganism [kepercayaan
terhadap dewa-dewa] seperti Caligula,
Claudius, Nero, Titus, Domitianus, Trajanus, Hadrianus, sampai Deolectianus yang menganggap dirinya
adalah titisan dewata [son of God] dan melakukan pembasmian terhadap bangsa
kopti yang tidak mau mengakui bahwa dirinya adalah titisan dewata sampai pada
kaisar Constantinethe Great[306-337
M] yang memeluk agama Nasrani sama bengis dan kejamnya. Bahkan sampai ajaran
uskup agung Patriarch Arius [335 M]
di ibu kota Konstaninopel yang ajarannya berasal dari Paul Samosata [Antiokia] satu-satunya
ajaran yang meyakini bahwa Isa Al masih itu merupakan manusia biasa dan bunda Maria tidak layak di panggil sebagai
Tuhan [mother of God] dan kelompok ini dipanggil denganearly Christians[kristen yang mula-mula] merupakan kelompok kecil
dalam lingkungan orang-orang Yahudi
palestina itu akhirnya musnah seiring dengan pembasmian orang-orang
Yahudi di palestina.Kaisar Costantine sendiri pada akhirnya mengakui ajaran Arius ini, namun ketika kaisar
Julianus naik tahta[361-363 M] ia
menghidupkan kembali ajaran Paganism dan
melakukan tekanan dan penindasan pada
agama nasrani dan Yahudi di Mesir. Setelah dikuasai oleh Theodosius[379-395 M] ia menganut ajaran kristen dan mengumumkan
ajaran kristen pada masa pemerintahannya
sampai pada masa Kaisar Justianus
[518-527 M] melakukan pembantaian besar-besaran dan pengejaran serta merampas
hak milik bangsa kopti yang berkelanjutan. Pada saat tanah Egypt [Mesir] di
rebut oleh Persi yang di pimpin oleh panglima Shaharbraz tahun 616 M, bangsa kopti berdiri dibelakang Persi dan memberikan
bantuannya, maka dikukuhkanlah kedudukan Mukaukis
sebagai penguasa setempat. Namun hal itu tidak berlangsung lama, Kaisar Heraklius [610-641 M], merebutnya
kembali dan melakukan pengejaran terhadap pengikut jacobite itu. Hal inilah
yang menyebabkan secara diam-diam bangsa kopti meminta bantuan kepada fihak
Islam [Amru ibn Ash] di Yerusalem.
PENUTUP
Masa
umar adalah masa penaklukkan dua kerajaan besar sekaligus
dalam waktu yang hampir bersamaan yaitu keajaan Rommawi Timur dan kerajaan
Persi
Masa
pemerintahan Umar berlangsung selama 10 tahun 6 bulan13 H/634 M – 23 H/ 644 M
yang wafat karena dibunuh oleh Firuz,
dengan menggunakan pisau yang telah di bubuhi racun, yang di kenal dengan Abu Lu’lu seorang hamba tawanan di
Nawahind dan di merdekakan oleh Mughirah bin Syu’bah sebab itu ia dipanggil
dengan mawla Mughirah bin Syu’ba dan
tragedi itu merupakan pembunuhan politik pertama dalam Islam. Keterangan atas
sebab-sebab pembunuhan itu belum begitu jelas terangkat dalam literatur sejarah
Islam, ada yang mengatakan bahwa Abu
Lu’lu itu terganggu jiwanya/ miring otaknya, hal ini di bantah dengan bukti
bahwa ia mempersiapkan segala sesuatunya berupa pisau yang bermata tajam depan
dan belakang dan membubuhinya dengan racun serta waktu yang ia persiapkan
begitu tepat yaitu ketika semua orang melakukan shalat berjama’ah. Keterangan
lain, menyatakan bahwa ia tidak setuju dengan upah yang di berikan tuannya
yaitu Mughirah ibn Syu’bah lantas ia mengadukannya kepada khalif Umar ibn
Khattab dan umar tidak memenuhi tuntutannya,yang setelah di selidiki ternyata
pengaduannya itu tidak benar, maka ini tidak masuk akal karena penolakan
pengaduan tersebut di anggap terlalu kecil dalam upayanya membunuh pemimpin
tertinggi di dunia Islam masa itu, apalagi Abu Lu’lu dikenal dengan tukang
pandai yang mahir yang jelas ia akan mempertimbangkan sesuatu yang teliti di
setiap kerjanya. Keterangan lainnya
mengatakan bahwa ia adalah seorang Zimmi,
yaitu seseorang yang belum Islam tetapi mengakui kekuasaan Islam, kenyataanya
bahwa ia adalah sahaya dari Mughirah yang dapat mewarisi secara timbal balik
jika tuannya itu tidak mempunyai keturunan. Keterangan lain bahwa ada komplotan
rahasia dalam pembunuhan Umar yang didalangi oleh bekas tawanan Persia seperti
Homuzan dan Jafina, ternyata di kalangan shahabi ketika itu diterima dengan
baik dan tidak reaksi apapun dari penduduk Madinah dan seterusnya para bekas
tawanan Persia menjadi muslim yang baik.
Hal
yang mendekati kebenaran dan logis adalah perasaan syu’ubiyat/ cauvinic nationalism yang terlampau mengakar di hati
sanubari Abu Lu’lu. Nama Firuz
bukanlah orang dari kalangan bawah akan tetapi merupakan petinggi dan kalangan
elitbangsa Persi sendiri yang menganggap bangsanya adalah bangsa yang mempunyai
sejarah dan peradaban yang tinggi dan ketika ia melihat kenyataanya di
tundukkan oleh bangsa yang baru dan belum memiliki peradaban seperti Persi
ataupun Romawi sampai ketika ia menyaksikan kemudian bangsa Arab penguasai
sepenuhnya imperium Persi hal itu sangat menyayat-nyayat hatinya, walaupun ia sudah
menjadi seorang muslim hal itu belum berurat dan berakar dalam jiwanya.
Pada masa pemerintahannya itulah ia
menyelenggarakan shalat tarawih berjama’ah, membentuk al Dawawin, yaitu lembaga berbagai departemen. Satu departemen
mempunyai diwan sendiri yang di pimpin oleh seorang al katib {sekretaris yang bertugas mengurus surat-menyurat. Baitul
Mal mempunyai pejabat sendiri yang disebut
Al hajib yaitu pejabat
perbendaharaan. Umar menggariskan pula pendapatan tetap {arrawatib} bagi para pejabat, di samping itu juga ada tunjangan {al ‘ithak} dan membuat Anggaran
penerimaan dan anggaran pengeluaran {budget}.
Umar juga mengatur cara pengeluaran dari peneriman al jizyah dan alkharaj.
Begitupun terhadap dirinya sendiri dengan pengaturan yang begitu ketat sesuai
dengan sikap hidupnya yang sederhana sehingga sering ia melakukan pinjaman dari
Baitul Mal yang nanti dipotong dari pendapatan tetapnya.
Sumber pustaka:
-
Alqur’anul
Karim dan terjemahannya, Depag RI, Syamil Cipta Media, Jakarta.
-
Dr. Yusuf Qardhawi, sistim masyarakat Islam dalam Alqur’an dan Sunnah, Citra Islami
Press, Solo.
-
Josoef Sou’yb, Daulat Khulafaur Rosyidin.Bulan Bintang, Jakarta.
-
KH. Qamaruddin
Saleh, HAA Dahlan, Prof. Dr. M.D Dahlan, Asbabun Nuzul, C.V Diponegoro, Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar