JIN DALAM PERSPEKTIF
AL-QUR’AN DAN HADITS
Bagian Pertama
A. PENDAHULUAN
Allah menciptakan makhluk
yang esensial hanya 3 macam yakni manusia, jin dan malaikat. Sebagaimana
disebutkan dalam sebuah hadits bersumber dari Muhammad ibn Rafi’ dari Abd
Razak.
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : خلقت الملائكة من نور و خلق الجان من مارج من نار و خلق آدم مما و صف لكم( رواه مسلم عن محمد بن رافع عن عبد الرزاق)
Artinya: "Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Malaikat diciptakan dari cahaya,
jin diciptakan dari api yang menyala, dan Adam diciptakan dari apa yang kalian
sifati (tanah)" (HR. Muslim).
Namun dalam fenomena
kehidupan, seolah-oleh ada dua “pemain” tambahan dalam catur kehidupan dunia
ini yakni setan dan Iblis. Sehingga seolah-olah mahluk yang
esensial itu ada 5 yaitu; manusia, jin, malaikat, setan dan iblis. Jadi
siapakah dua “pemain “ tambahan itu ? apakah memang mereka mahluk esensial lain
selain yang tiga yang Allah ciptakan?. Sekali-kali tidak, mereka adalah “oknum”
dari manusia dan jin, sebagaimana disebutkan dalam surat Al-An’am 6:12 dan
Al-Kahfi 18 :50
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نِبِيٍّ عَدُوّاً شَيَاطِينَ الإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوراً وَلَوْ شَاء رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ
Dan demikianlah Kami
jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis)
manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada
sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu
(manusia). Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka
tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (QS: Al-An’am 6:112)
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاء مِن دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلاً
Dan (ingatlah) ketika
Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam",
maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka
ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan
turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah
musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang
dzalim. (QS:Al-Kahfi 18:50)
Jadi istilah setan atau
iblis dalam tulisan ini konotasinya adalah sekelompok jin atau kalau dengan
istilah lain kelompok jin kafir. Ayat-ayat diatas, merupakan dasar
teologis dan filosofis perlunya manusia (muslim) “menjelajah” (mentadaburi)
alam jin dan alam malaikat, atau dalam istilah lain perlunya seorang muslim
untuk “berhubungan” dengan jin terlebih berhubungan dengan malaikat sebagaimana
seorang muslim berhubungan dengan sesamanya. Bukti lain bahwa seorang muslim perlu
menjelajah kedalam kedua dunia tersebut, ketiga mahluk esensial itu dijadikan
sebagai nama surat dalam al-Qur’an yakni al-insan (manusia) surat ke 76,
surat al-Jin (jin) surat ke 72 dan Al-Mursalat (malaikat-malaikat
yang diutus) surat ke 77.
“Menjelajah” atau
“berhubungan” yang dimaksud tentunya bukan berarti seorang muslim masuk kedalam
alam mereka, namun perlu memahami karakter dan lingkungan mereka yang nota
benenya adalah dunia gaib (kasat mata). Berhubungan dengan dunia jin pada
dasarnya disebabkan jin (setan/Iblis) adalah musuh besar mereka yang melakukan
tipu daya kepada manusia, sedangkan berhubungan dengan dunia malaikat karena
sebagian malaikat (rahmat) menjadi teman dekat manusia sebagaimana salah
satunya disebutkan dalam riwayat imam Muslim.
وَمَا اجْتَمَعَ قوم في بيت من بيوتِ اللهِ يَتْلُونَ كتابَ اللهِ تعالى ، ويتَدَارَسُونَهُ بينهم إِلا نَزَلَتْ عليهم السكينةُ ، وَغَشيَتهم الرحمةُ ، وحَفَّتهمُ الملائكةُ ، وذَكَرهُمُ اللهُ فيمن عِندَهُ ،. أخرجه مسلم ، والترمذي.
"Tidak ada
sekelompok orang yang berkumpul di rumah Allah, mereka membaca dan mengkaji
serta mempelajari kandungan al-Qur'an, kecuali mereka akan diberikan
ketenangan, mereka akan dicurahkan rahmat dan kasih sayang serta mereka akan
dikelilingi oleh malaikat juga Allah akan mengingat (memberikan kasih sayang)
kepada orang yang disebut dan dimilikinya", (HR. Muslim).
Pembahasan mengenai alam
jin merupakan bahasan yang harus hati-hati karena terkadang lebih banyak tahayul
dan khurafatnya ketimbang informasi yang sebenarnya. Terlebih
apabila bahasan ini didasarkan kepada hadits-hadits yang tidak jelas
validitasnya. Maka tidak heran kalau disebagian kalangan menganggap bahwa
membicarakan dunia jin adalah perkara yang terlarang atau disebut perkara syirik.
Tentu saja pendapat ini menurut hemat penulis tidak sejalan dengan semangat
al-Qur’an, yakni senantiasa mentadaburi apa yang terdapat dalam al-Qur’an ,
fenomena jin sangat jelas dalam al-Qur’an selain dari surat Jin itu
sendiri,sehingga orang yang tidak mentadaburi Al-Qur’an (dunia jin) dikatakan
manusia yang tidak berakal.
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an
ataukah hati mereka terkunci? (QS:Muhammad 47:24)
Karena pembahasan ini
termasuk pembahasan yang khathir, maka dengan bismillah, penulis
mencoba mengetengahkannya. Tentu, semua informasi sengaja diketengahkan dengan
berdasar kepada hadits-hadits yang shahih meski untuk hal yang ringan,
dikutipkan juga hadits dlaifnya, hanya tidak banyak.
Karena persoalan ini
sangat pelik dan dharuri untuk membahasnya secara gamblang dengan
tentunya berpedoman kepada al-Qur'an dan Hadits yang shahih. Dengan tulisan ini
diharapkan, dapat meluruskan pemahaman keliru selama ini tentang jin. Misalnya,
pemahaman bahwa jin dapat dilihat bentuk aslinya atau ketakutan yang berlebihan
terhadap jin. Pada pembahasan nanti akan nampak, bahwa tidak ada alasan manusia
harus takut berlebihan kepada jin, karena jin juga jauh lebih takut oleh
manusia. Manusia harus takut hanyalah oleh Allah. Di samping itu,dengan tulisan
ini juga diharapkan, para pembaca akan lebih bersemangat dan sungguh- sungguh
melaksanakan ibadahnya, karena ternyata ibadahnya itulah yang membentengi dari
gangguan jin jahat. Juga agar pembaca mengetahui apa saja perbuatan dan tujuan
serta target setan, apa kelemahan dan apa senjata yang harus dipersiapkan dalam
menghadapinya. Di atas semua itu, tulisan ini diharapkan dapat mempertebal
keimanan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menciptakan
jin, bahkan yang menjaga orang-orang mukmin dari gangguan jin jahat (setan).
Dalam tulisan ini apabila
ada istilah setan (syaitan) maka yang dimaksud adalah jin kafir atau
jahat.
Berikut kajian
deskriptifnya.
B. PENGERTIAN JIN, SYAITAN DAN IBLIS
Alam jin adalah alam yang
berdiri sendiri, ia terpisah dan berbeda dengan alam manusia namun keduanya
hidup dalam dunia yang sama, kadang tinggal dalam rumah yang dibangun atau di
diami manusia. Keduanya pun mempunyai kesamaan yakni berkewajiban untuk beribadah
kepada Allah: "Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanyalah
untuk beribadah kepadaKu" (QS. Adz-Dzariyat 51:56).
Menurut Ibnu Aqil
sebagaimana dikutip asy-Syibli dalam bukunya Akam al-Marjan fi Ahkam al-
Jann, mengatakan bahwa makhluk ini disebut dengan jin karena secara
bahasa jin artinya yang tersembunyi, terhalang, tertutup. Disebut
jin, karena makhluk ini terhalang (tidak dapat dilihat) dengan kasat mata
manusia. Oleh karena itu, bayi yang masih berada di dalam perut ibu, disebut janin
(kata janin dan jin memiliki kata dasar yang sama yakni jann)
karena ia tidak dapat dilihat dengan mata. Demikian juga orang gila dalam
bahasa Arab disebut dengan majnun (dari kata jann juga) karena
akal sehatnya sudah tertutup dan terhalang.
Sedangkan kata syaithan,
dalam bahasa Arab berasal dari kata syathona yang berarti ba'uda (jauh,
yakni yang selalu menjauhkan manusia dari kebenaran). Kemudian kata syaithan
ini digunakan untuk setiap mahluk berakal yang durhaka dan membangkang (kullu
'aat wa mutamarrid). Pada awalnya istilah setan (syaitan) ini diberikan
kepada salah satu golongan jin (Iblis) yang beribadah kepada Allah dan tinggal
bersama dengan malaikat di dalam surga. Akan tetapi ketika mereka menolak untuk
sujud kepada Adam karena membangkang kepada perintah Allah, maka diusirnya dari
surga dan sejak itu ia menjadi makhluk yang terkutuk sampai hari kiamat kelak.
Tidak semua jin adalah
Setan (syaitan). Karena, jin juga ada yang shaleh, ada yang mukmin. Jadi setan
hanyalah ditujukkan untuk jin yang membangkang (kafir, munafik, musyrik dst).
Demikian juga tidak semua setan adalah jin. Karena dalam surat an-Nas ditegaskan,
bahwa setan juga ada dari golongan manusia. Setiap manusia yang membangkang,
durhaka dan selalu menjauhkan manusia lainnya dari petunjuk Allah, mereka
dinamakan syaithan.
وَأَنَّا مِنَّا الصَّالِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذَلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَداً
Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang
shaleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami
menempuh jalan yang berbeda-beda.(al-Jin 72:11)
Dilihat dari struktur
kalimat, atau dalam tinjauan kaidah sharfiyah, setan (syaitan) merupakan
bentuk kalimat isim ‘alam (nama sesuatu) dia adalah laqab (gelar)
yang diberikan Allah kepada setiap mahluk yang berakal (jin dan manusia) yang
membangkang terhadap perintah Allah. Oleh karenanya penyebutan syaitan (setan)
dapat dikenakan kepada jin dan manusia sebagaimana tersurat dalam ayat-ayat
diatas.
Merujuk kepada kisah Adam
dan Iblis dari ayat 12-20 surat al-‘Araf, gelar setan diberikan Allah untuk
pertama kalinya kepada Iblis tatkala dia menyatakan alasan penolakan untuk
sujud kepada Adam. Dan pada surat Thaha 20:117 , Allah memberi peringatan
kepada Adam bahwa mahluk yang terkutuk itu akan menjadi musuh Adam dan
Istrinya. Dan pada surat Yasin 36:60 , Allah menegaskan kembali gelar setan
diberikan kepada musuh Adam tersebut dan dijadikan peringatan bagi anak cucu
Adam. Berikut runtut ayat-ayat dimaksud yang artinya;
1. Allah berfirman:
"Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku
menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau
ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga
itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka ke
luarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina". Iblis
menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan".
Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi
tangguh." Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya
tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau
yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari
belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan
mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). Allah berfirman:
"Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir.
Sesungguhnya barang siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan
mengisi neraka Jahanam dengan kamu semuanya". (Dan Allah
berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan istrimu di surga serta
makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan
janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk
orang-orang yang dzalim". Maka syaitan membisikkan pikiran jahat
kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka
yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dari
mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau
tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)". (Al-‘Araf 7:12-20)
2. Maka kami berkata:
"Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu,
maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang
menyebabkan kamu menjadi celaka.(Thaha 20:117)
3. Bukankah Aku telah
memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan?
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu", (Yasin 36:
60)
Adapun Iblis terambil
dari kata al-balas yang berarti orang yang tidak mempunyai kebaikan
sedikitpun (man la khaira 'indah), atau terambil dari kata ablasa yang
berarti putus asa dan bingung (yaisa wa tahayyara). Disebut iblis (putus
asa) karena mereka merasa putus asa dengan rahmat Allah, juga disebut iblis
lantaran mereka tidak pernah berbuat kebaikan sedikitpun. Menurut satu riwayat,
dahulunya iblis ini bernama Naail, akan tetapi sejak ia membangkang dan
menolak perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam, ia dirubah nama menjadi syaithan.
C. KEADAAN DAN SIFAT-SIFAT JIN
Nama dan Jenis Jin
Ibnu Abdil Bar sebagaimana dikutip oleh Imam
asy-Syibli dalam bukunya, Akamul Marjan fi
Ahkamil Jan, menuturkan bahwa jin
menurut ahli kalam dan bahasa Arab, mempunyai beberapa tingkatan:
1.
Apabila dimaksudkan jin secara umum, namanya jinny.
2. Jin yang suka tinggal bersama manusia disebut dengan Aamir
dan bentuk jamak (pluralnya) adalah 'Ammar.
3. Jin yang seringkali menampakkan wujudnya atau
mengganggu anak-anak kecil disebut dengan Arwah
4. Jin yang selalu berbuat jahat dan seringkali muncul
menjelma dalam berbagai bentuknya adalah Syaithan.
5. Apabila jin tersebut disamping berbuat jahat,
menjelma, juga berbuat hal lain yang lebih berat dari itu, seperti membunuh dan
lainnya disebut dengan Marid
6. Jin yang lebih jahat dari Marid dan memiliki
kemampuan dan kekuatan yang lebih dahsyat lagi disebut dengan Ifrit, bentul
jamaknya (pluralnya) Afariit.
7. Sedangkan Iblis adalah nenek moyangnya jin
kafir (syaithan). Menurut Abul Mutsanna dan Ibnu Abbas, pada awalnya, Iblis ini
bernama Naail. Ketika mereka membangkang perintah Allah, Allah kemudian
melaknatnya, dan diganti nama dengan Syaithan. Iblis ini mempunyai nama kunyah
(samaran) Abu Kadus (Bapak Penimbun, maksudnya menimbun manusia agar
selalu dalam perbuatan dosa).
8. Selain nama-nama di atas, nama-nama syaithan (jin
kafir) lainnya adalah Hubab, Syihab, Ajda' dan Asyhab,
hal ini sebagaimana dikatakan dalam hadits-hadits berikut ini, namun umumnya
hadits- haditsnya lemah (dhaif):
أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال لعبد الله بن أبي بن سلول وكان اسمه حباب فقال أنت عبد الله فإن حبابا اسم شيطان
Artinya: "Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata kepada Abdullah bin Abdullah bin Ubay bin
Salul yang namanya dahulu adalah Hubab: "Nama kamu sekarang adalah
Abdullah karena Hubab itu adalah nama setan" (HR. Ibn Sa'ad dan haditsnya
Gharib).
عن مسروق قال : لقيت عمر بن الخطاب فقال : ما اسمك ؟ فقلت : مسروق بن الأجدع فقال : سمعت رسول الله يقول : « الأجدع شيطان »
Artinya: "Masruq
pernah bertutur bahwasannya ia pernah bertemu dengan Umar bin Khatab, lalu Umar
bertanya: "Siapa nama kamu?" saya menjawab: "Masruq bin
al-Ajda'" Umar lalu berkata kembali: "Sesungguhnya saya pernah
mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Al-Ajda' itu
adalah nama setan" (HR. Ibn Abi Syaibah).
عن عائشة قالت : سمع النبي صلى الله عليه و سلم رجلا يقال له شهاب قال : بل أنت هشام أن شهاب اسم شيطان
Artinya: "Dari
Aisyah berkata: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mendengar
seorang laki-laki yang bernama Syihab. Rasulullah lalu berkata kepadanya:
"Nama kamu sekarang adalah Hisyam, karena Syihab itu adalah nama
setan" (HR. Baihaqi).
عَن مُجَاهِدٍ ، قَالَ : عَطَسَ رَجُلٌ عِنْدَ ابْنِ عُمَرَ فَقَالَ : أَشْهَبُ ، قَالَ ابْنُ عُمَرَ : أَشْهَبُ اسْمُ شَيْطَانٍ ، وَضَعَهُ إبْلِيسُ بَيْنَ الْعَطْسَةِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ لِيُذْكَرَ
Artinya: "Suatu hari
seorang laki-laki bersin di samping Ibnu Umar, lalu ia berkata:
"Asyhab". Ibnu Umar kemudian berkata: "Asyhab adalah nama setan
yang sengaja ditempatkan oleh Iblis di antara bersin dan mengucapkan
alhamdulillah, agar namanya selalu diingat" (HR. Ibn Abi Syaibah).
Sedangkan menyangkut
jenis dan kelompok jin, Rasulullah pernah bersabda bahwa jin itu terbagi tiga
golongan: pertama, jin yang selalu beterbangan di udara, kedua,
jin yang berwujud dalam bentuk ular dan anjing, dan ketiga, jenis jin
yang selalu berdiam diri (punya rumah dan tempat) dan senang bepergian. Dalam
sebuah hadits dikatakan:
عن أبي ثعلبة الخشني رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم * الجن ثلاثة أصناف صنف لهم أجنحة يطيرون في الهواء وصنف حيات وكلاب وصنف يحلون ويظعنون
Artinya: "Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah menghabarkan kepada kami bahwasannya jin
itu terdiri dari tiga kelompok. Pertama, jin yang selalu beterbangan (melayang)
di udara, kedua, jin dalam wujud ular-ular dan anjing- anjing dan ketiga, jin
yang mempunyai tempat tinggal dan suka bepergian" (HR. Thabrani, Hakim,
Baihaki dengan sanad yang shahih).
Wujud Jin
Jin (setan) adalah makhluk Allah yang berbeda alam dan
unsur penciptaannya, sehingga jelas manusia tidak akan mungkin dapat melihat
dalam wujud aslinya. Hal ini ditegaskan dalam surat Al-‘Araf 7:27
إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ
Artinya:
"Sesungguhnya ia (setan) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu
tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka" (QS. Al-Araf 7: 27).
Kecuali dalam kondisi
tertentu yang itu pun sangat jarang terjadi. Kondisi dimaksud misalnya ketika
seseorang meminum air sihir dari dukun, atau karena jin telah berubah wujud
misalnya menyerupai hewan. Tapi sekali lagi hal itu sangatlah jarang. Tidak
dapat dilihatnya jin dalam bentuk aslinya, tentu ini merupakan rahmat bagi
manusia, karena dengan demikian manusia bisa hidup tenang, tanpa ada rasa takut
sedikitpun. Sedangkan keadaan wujud jin itu sendiri menurut beberapa ayat dan
hadits sebagai berikut;
1. Sebagian hewan dapat melihat wujud jin misalnya
anjing dan keledai
عن أبي هريرة عن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال : إذا سمعتم صياح الديكة من الليل فإنها رأت ملكا فسلوا الله من فضله وإذا سمعتم نهاق الحمير من الليل فإنها رأت شيطانا فتعوذوا بالله من الشيطان
Artinya: "Abu
Hurairah berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
"Apabila kalian mendengar ayam jantan berkukuruyuh (kongkorongok), maka
mintalah karunia dari Allah, karena sesungguhnya ayam itu melihat malaikat. Dan
apabila kalian mendengar ringkikan keledai, berlindunglah kepada Allah dari
godaan dan tipu daya syaithan karena keledai itu telah melihat syaithan".
(HR. Bukhari Muslim).
Dalam hadits lain dikatakan:
عَنْ جَابِرٍ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم يَقُولُ : إِذَا سَمِعْتُمْ نُبَاحَ الْكِلاَبِ ، أَوْ نُهَاقَ الْحَمِيرِ مِنَ اللَّيْلِ فَتَعَوَّذُوا بِاللهِ فَإِنَّهُنَّ يَرَيْنَ مَالاَ تَرَوْنَ
Artinya: "Dari Jabir
bin Abdullah berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
"Apabila kalian mendengar anjing menggonggong dan himar meringkik, maka
berlindunglah kepada Allah karena sesungguhnya mereka itu melihat sesuatu yang
kalian tidak dapat melihatnya" (HR. Abu Dawud dalam shahih sunannya).
2.
Jin memiliki wujud yang sangat jelek
Jin (setan), memiliki
bentuk yang sangat jelek. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur'an ketika
Allah menyamakan pohon Zaqum yang tumbuh di dasar neraka, dengan kepala setan
dalam hal sama-sama buruk bentuk dan rupanya. Hal ini sebagaimana tertuang
dalam firman Allah surat ash-Shafat ayat: 64-65:
إِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخْرُجُ فِي أَصْلِ الْجَحِيمِ طَلْعُهَا كَأَنَّهُ رُؤُوسُ الشَّيَاطِينِ
Artinya:
"Sesungguhnya dia (pohon Zaqum) adalah sebatang pohon yang ke luar dan
dasar neraka yang menyala. mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan" (QS.
As-Shafat 37: 64-65).
3.
Jin mempunyai dua tanduk dan sayap
عن ابن عمر : عن النبي صلى الله عليه و سلم قال : ( لا تحروا بصلاتكم طلوع الشمس ولا غروبها فإنها تطلع بقرني شيطان )
Artinya: "Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah kalian bermaksud untuk
shalat pada waktu matahari terbit juga pada waktu matahari terbenam, karena
pada kedua waktu itu saat dimana dua tanduk setan muncul" (HR. Muslim).
عن أبي ثعلبة الخشني رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم * الجن ثلاثة أصناف صنف لهم أجنحة يطيرون في الهواء وصنف حيات وكلاب وصنف يحلون ويظعنون
Artinya: "Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah menghabarkan kepada kami bahwasannya jin
itu terdiri dari tiga kelompok. Pertama, jin yang selalu beterbangan (melayang)
di udara, kedua, jin dalam wujud ular-ular dan anjing- anjing dan ketiga, jin
yang mempunyai tempat tinggal dan suka bepergian" (HR. Thabrani, Hakim,
Baihaki dengan sanad yang shahih).
Dalam riwayat lain dikatakan:
عبيد الله، قال: سُئل الضحاك هل للشياطين أجنحة؟ فقال: كيف يطيرون إلى السماء إلا ولهم أجنحة.
Artinya: "Ubaidullah
berkata: Imam adh-Dhahhak pernah ditanya: "Apakah setan mempunyai
sayap?" ia menjawab: "Bagaimana mereka dapat terbang menuju langit
kalau mereka tidak memiliki sayap" (HR. Ibnu Jarir).
Tempat Tinggal Jin
Berdasarkan pengamatan penulis terhadap hadits-hadits
shahih, bahwa di antara tempat tinggal jin itu adalah sebagai berikut:
1. Di tempat-tempat kotor seperti Toilet dan tempat
sampah.
عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ :« إِنَّ هَذِهِ الْحُشُوشَ مُحْتَضَرَةٌ ، فَإِذَا أَتَى أَحَدُكُمُ الْخَلاَءَ فَلْيَقُلْ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ »
Artinya: "Dari Zaid
bin Arqam, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
"Sesungguhnya toilet-toilet itu dihuni oleh Jin. Oleh karena itu, apabila
seseorang di antara kalian masuk WC, maka katakanlah: Allahumma inni audzubika
minal khubutsi wal khabaits (Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari gangguan
jin laki-laki dan jin perempuan" (HR. Abu Dawud, Nasa'i, Ibnu Majah dan
Ahmad).
Kata muhtadhirah dalam
hadits di atas maksudnya adalah dihadiri atau ditempati oleh jin (yahdiruhal
jinn). Hanya saja, jin yang tinggal di tempat-tempat kotor seperti WC itu
hanyalah jin kafir. Adapun jin muslim mereka tinggal di tempat-tempat bersih
dan wangi.Oleh karena itu, setiap muslim disunnahkan setiap kali memasuki
toilet atau WC untuk berdo'a: "bismillahirrahmanirrahim allahumma inni
audzubika minal khubutsi wal khabaits", karena dengan berdoa demikian,
jin kafir itu tidak akan mengganggu kita sekaligus tidak akan dapat melihat
aurat kita ketika mandi. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Saw
dalam salah satu haditsnya:
عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : سَتْرُ مَا بَيْنَ أَعْيُنِ الْجِنِّ وَعَوْرَاتِ بَنِي آدَمَ إِذَا دَخَلَ أَحَدُهُمُ الْخَلاءَ أَنْ يَقُولَ : بِسْمِ اللَّهِ
Artinya: "Dari Ali,
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila seseorang
masuk WC kemudian berdoa: " bismillahirrahmanirrahim ", maka mata jin
akan tertutup dan tidak akan dapat melihat aurat keturunan Adam" (HR.
Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).
2.
Di tempat-tempat kosong seperti rumah kosong atau gurun dan padang pasir.
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ لَيْلَةٍ فَفَقَدْنَاهُ فَالْتَمَسْنَاهُ فِى الأَوْدِيَةِ وَالشِّعَابِ فَقُلْنَا اسْتُطِيرَ أَوِ اغْتِيلَ - قَالَ - فَبِتْنَا بِشَرِّ لَيْلَةٍ بَاتَ بِهَا قَوْمٌ فَلَمَّا أَصْبَحْنَا إِذَا هُوَ جَاءٍ مِنْ قِبَلِ حِرَاءٍ - قَالَ - فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَدْنَاكَ فَطَلَبْنَاكَ فَلَمْ نَجِدْكَ فَبِتْنَا بِشَرِّ لَيْلَةٍ بَاتَ بِهَا قَوْمٌ. فَقَالَ « أَتَانِى دَاعِى الْجِنِّ فَذَهَبْتُ مَعَهُ فَقَرَأْتُ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنَ ». قَالَ فَانْطَلَقَ بِنَا فَأَرَانَا آثَارَهُمْ وَآثَارَ نِيرَانِهِمْ وَسَأَلُوهُ الزَّادَ فَقَالَ « لَكُمْ كُلُّ عَظْمٍ ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ يَقَعُ فِى أَيْدِيكُمْ أَوْفَرَ مَا يَكُونُ لَحْمًا وَكُلُّ بَعَرَةٍ عَلَفٌ لِدَوَابِّكُمْ ». فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « فَلاَ تَسْتَنْجُوا بِهِمَا فَإِنَّهُمَا طَعَامُ إِخْوَانِكُمْ ».
Artinya: "Dari Ibnu
Mas'ud ra berkata: "Suatu hari kami (para sahabat) berkumpul bersama
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tiba-tiba kami kehilangan beliau, lalu
kami cari-cari di lembah-lembah dan kampung-kampung (akan tetapi kami tidak
mendapatkannya). Kami lalu berkata: "Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam telah diculik dan disandera". Pada malam itu, tidur kami
betul-betul tidak menyenangkan. Ketika pagi hari tiba, tampak Rasulullah Saw
sedang bergegas menuju kami dari arah sebuah gua yang berada di tengah padang
pasir. Kami lalu berkata: "Ya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,
malam tadi kami betul-betul kehilangan Anda, lalu kami cari-cari kesana kemari
akan tetapi kami tidak menemukan anda. Lalu kami tidur dengan sangat tidak menyenangkan".
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian bersabda: "Malam tadi
saya didatangi oleh utusan dari kelompok Jin, ia membawa saya pergi menemui
kaumnya untuk mengajarkan al-Qur'an". Ibnu Mas'ud kemudian berkata
kembali: "Lalu kami diajak oleh Rasulullah untuk melihat bekas-bekas
tempat dan perapian mereka (kelompok jin)". Para jin itu kemudian bertanya
kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengenai makanan mereka.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: "Makanan kalian itu
(wahai golongan jin) adalah setiap tulang yang masih ada sisa-sisa dagingnya
yang berada di tangan kalian dan ketika memakannya disebutkan nama Allah serta
semua tahi (kotoran) binatang ternak kalian". Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam kemudian melanjutkan sabdanya: "Oleh karena itu,
janganlah kalian (para sahabat) beristinja (membersihkan najis seperti habis
buang air kecil atau besar dengan menggunakan batu atau benda lainnya selain
air) dengan keduanya (tulang dan kotoran binatang), karena keduanya itu adalah
makanan sudara kalian (golongan jin)" (HR. Muslim).
3. Di lobang-lobang.
عبد الله بن سرجس - رضي الله عنه - : «أن النبيَّ - صلى الله عليه وسلم- نهى أن يُبالَ في الجُحْرِ ، قالوا لقتادة : ما يُكرهُ من البول في الجُحْرِ ؟ قال : كان يُقال : إنها مَسَاكِنُ الجِنِّ».
Artinya: "Dari
Abdullah bin Sarjas, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
"Janganlah seseorang di antara kalian kencing di lobang". Mereka
bertanya kepada Qatadah: "Mengapa tidak boleh kencing di lobang?"
Qatadah menjawab: "Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan
karena lobang itu adalah tempat tinggalnya golongan jin" (HR. Abu Dawud,
Nasai dan Ahmad).
4.
Di rumah-rumah
Jin juga tinggal di atas
rumah (atap) manusia. Hanya saja, jin yang tingal di atas atap rumah
orang-orang beriman hanyalah jin muslim. Dalilnya adalah hadits berikut ini:
ما من أهل بيت من المسلمين إلا وفي سقف بيتهم من الجن من المسلمين إذا وضع غذائهم نزلوا فتغدوا معهم وإذا وضعوا عشاءهم نزلوا فتعشوا معهم يدفع الله بهم عنهم
Artinya: "Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak ada satu rumah orang muslim
pun kecuali di atap rumahnya terdapat jin muslim. Apabila ia menghidangkan
makanan pagi, mereka (jin) pun ikut makan pagi bersama mereka. Apabila makan
sore dihidangkan, mereka (jin) juga ikut makan sore bersama orang-orang muslim.
Hanya saja, Allah menjaga dan menghalangi orang-orang muslim itu dari gangguan
jin-jin tersebut" (HR. Abu Bakar sebagaimana ditulis oleh Ibnu Hajar dalam
Fathul Bari).
5.
Di pasar-pasar (Mall)
Selain di rumah, Jin juga
ada yang tinggal di pasar atau Mall. Hal ini sebagaimana disebutkan alam sebuah
riwayat dimana Salman al-Farisi pernah berwasiat kepada para sahabat yang lain:
عن سلمان قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم * لا تكن أول من يدخل السوق ولا آخر من يخرج منها فإنها معركة أو قال مربض الشيطان وبها رايته
"Kalau bisa,
janganlah kalian menjadi orang yang pertama kali masuk ke pasar atau menjadi
orang yang paling akhir keluar dari pasar, karena pasar itu merupakan tempat
berseterunya para syaithan. Dan di pasarlah syaithan menancapkan
benderanya" (HR. Muslim).
6. Di kandang unta
لا تصلوا فى مبارك الإبل فإنها من الشياطين وصلوا فى مرابض الغنم فإنها بركة
Artinya: "Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah kalian shalat di
kandang-kandang unta karena di sana terdapat syaithan, shalatlah di kandang
domba karena dia itu membawa berkah" (HR. Muslim, Abu Dawud dan Ibnu
Majah).
Waktu berkeliarannya Jin
Dalam sebuah hadits
shahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda bahwasannya waktu berkeliarannya setan adalah pada waktu
matahari terbenam (sareupna=sunda) yakni sekitar sebelum dan setalah
Maghrib sedikit. Untuk itu, Rasulullah menganjurkan, apabila waktu menjelang
malam tiba, hendaklah anak-anak segera disuruh masuk ke dalam rumah. Hadits
dimaksud berbunyi:
إذا كان جُنْحُ الليلِ أو أمسيتم فَكُفُّوا صبيانَكم فإنَّ الشياطينَ تنتشرُ حِينَئِذٍ فإذا ذهبتْ ساعةٌ من الليلِ فَحُلُّوهُمْ وأغلقوا الأبوابَ واذكروا اسمَ اللهِ فإنَّ الشيطانَ لا يفتحُ بابا مُغْلَقا وَأَوْكُوا قِرَبَكُمْ واذكروا اسمَ اللهِ وَخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ واذكروا اسمَ اللهِ ولو أن تَعْرُضُوا عليه شيئا وأطفِئُوا مصابيحَكم
Artinya: "Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila sore hari menjelang malam
tiba, tahanlah (di dalam rumah) anak-anak kecil kalian, karena pada saat itu
setan berkeliaran. Apabila permulaan malam sudah tiba, diamkanlah anak-anak
kalian di dalam rumah, tutuplah pintu-pintu (termasuk jendela) kalian dengan
terlebih dahulu menyebut nama Allah karena setan tidak akan dapat membuka pintu
yang terkunci dengan menyebut nama Allah sebelumnya, dan ikatlah kendi-kendi
air kalian (qirab adalah jama dari qurbah yakni tempat air yang terbuat dari
kulit dan di ujungnya biasa diikat dengan tali untuk menghalangi kotoran masuk)
sambil menyebut nama Allah, tutuplah bejana-bejana atau wadah-wadah kalian
sambil menyebut nama Allah meskipun hanya ditutup dengan sesuatu alakadarnya
dan matikanlah lampu-lampu kalian (kalau mau tidur)" (HR. Bukhari Muslim).
Dalam hadits di atas Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam menganjurkan lima hal ketika sore hari menjelang malam tiba.
1.
menyuruh masuk dan diam anak-anak,
2.
menutup pintu, karena dengan demikian, setan tidak
akan mengganggu anak tersebut juga setan tidak akan bisa masuk ke dalam rumah
yang sudah terkunci dengan menyebut nama Allah sebelumnya,
3.
mengikat tempat air,
4.
menutup bejana dan wadah-wadah, karena setan juga
tidak akan bisa membuka tempat air dan bijana yang disebutkan nama Allah
sebelumnya, dan matikanlah lampu apabila menjelang tidur.
5.
matikan lampu sebelum tidur karena dengan demikian,
kita akan terhindar dari bahaya kebakaran yang seringkali dilakukan setan.
Setan seringkali bermaksud untuk membakar rumah dan penghuninya dengan jalan
menyerupai seekor tikus lalu menubruk tempat lampu tersebut sehingga api bisa
menjalar. Untuk itu Rasulullah menganjurkan agar lampu dimatikan sebelum tidur.
Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut:
عن بن عباس قال * جاءت فأرة فأخذت تجر الفتيلة فجاءت بها فألقتها بين يدي رسول الله صلى الله عليه وسلم على الخمرة التي كان قاعدا عليها فأحرقت منها مثل موضع الدرهم فقال إذا نمتم فأطفئوا سرجكم فإن الشيطان يدل مثل هذه على هذا فتحرقكم
Artinya: "Ibnu Abbas
berkata: "Suatu hari seekor tikus datang menyeret kain yang dipintal
kemudian dilemparkan ke hadapan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang
sedang duduk di atas tikar. Kemudian kain dipintal yang dibawa tikus tadi
terbakar persis sebesar uang dirham. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Kemudian bersabda: "Apabila kalian tidur, matikanlah lampunya, karena
syaithan seringkali berwujud seekor tikus yang membawa sesuatu (yang mudah
dibakar) yang ditujukkan ke lampu tersebut sehingga dapat membakar kalian"
(HR. Abu Dawud dengan sanad shahih).
Dalam hadits lain juga dikatakan:
عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« لاَ تُرْسِلُوا فَوَاشِيَكُمْ وَصِبْيَانَكُمْ إِذَا غَابَتِ الشَّمْسُ حَتَّى تَذْهَبَ فَحْمَةُ الْعِشَاءِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يُبْعَثُ إِذَا غَابَتِ الشَّمْسُ حَتَّى تَذْهَبَ فَحْمَةُ الْعِشَاءِ
Artinya: "Dari
Jabir, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah
kalian melepaskan binatang peliharaan dan anak-anak kalian ketika matahari
terbenam sehingga hitam legammnya sore hari (sunda=layung) betul- betul hilang,
karena setan-setan berkeliaran ketika matahari terbenam sampai saat dimana
hitam legamnya sore hilang (sampai waktu malam tiba)" (HR. Muslim).
Mengapa setan berkeliaran
pada waktu menjelang malam? Menurut Ibn al-Jauzi, karena gerak gerik setan pada
waktu malam jauh lebih gesit dan kuat dari pada waktu siang. Karena waktu gelap
bagi setan adalah waktu yang lebih fresh dan lebih menguatkannya, di samping
memang kegelapan dan warna hitam adalah kesukaan setan. Karena itulah, dalam
salah satu hadits Rasulullah Saw mengatakan: "Anjing hitam itu adalah
setan". (lihat juga dalam Fathul Bari, VI/342).
Tema Jin, Setan, dan Iblis masih menyisakan kontroversi
hingga kini. Namun yang jelas, eksistensi mereka diakui dalam syariat.
Sehingga, jika masih ada dari kalangan muslim yang meragukan keberadaan mereka,
teramat pantas jika diragukan keimanannya.
Sesungguhnya Allah I telah mengutus nabi kita Muhammad
n dengan risalah yang umum dan menyeluruh. Tidak hanya untuk kalangan Arab saja
namun juga untuk selain Arab. Tidak khusus bagi kaumnya saja, namun bagi umat
seluruhnya. Bahkan Allah I mengutusnya kepada segenap Ats-Tsaqalain: jin dan
manusia.
Allah I berfirman:
Allah I berfirman:
“Katakanlah: `Wahai manusia, sesungguhnya aku adalah
utusan Allah kepadamu semua.” (Al-A’raf: 158)
Rasulullah n bersabda:
Rasulullah n bersabda:
“Adalah para nabi itu diutus kepada kaumnya sedang aku
diutus kepada seluruh manusia.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Jabir bin Abdillah
z)
Allah I juga berfirman:
Allah I juga berfirman:
“Dan ingatlah ketika Kami hadapkan sekumpulan jin
kepadamu yang mendengar-kan Al-Qur`an. Maka ketika mereka menghadiri
pembacaannya lalu mereka berkata: ` Diamlah kamu (untuk mendengar-kannya)’.
Ketika pembacaan telah selesai, mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi
peringatan. Mereka berkata: `Wahai kaum kami, sesungguhnya kami telah
mendengarkan kitab (Al-Qur`an) yang telah diturunkan setelah Musa, yang
membenar-kan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan
jalan yang lurus. Wahai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada
Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan
melepas-kan kamu dari azab yang pedih. Dan orang yang tidak menerima (seruan)
orang yang menyeru kepada Allah, maka dia tidak akan lepas dari azab Allah di
muka bumi dan tidak ada bagi-nya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam
kesesatan yang nyata’.” (Al-Ahqaf: 29-32)
Jin Diciptakan Sebelum Manusia
Tak ada satupun dari golongan kaum muslimin yang mengingkari keberadaan jin. Demikian pula mayoritas kaum kuffar meyakini keberadaannya. Ahli kitab dari kalangan Yahudi dan Nashrani pun mengakui eksistensinya sebagaimana pengakuan kaum muslimin, meski ada sebagian kecil dari mereka yang mengingkari-nya. Sebagaimana ada pula di antara kaum muslimin yang menging-karinya yakni dari kalangan orang bodoh dan sebagian Mu’tazilah.
Jelasnya, keberadaan jin merupakan hal yang tak dapat disangkal lagi mengingat pemberitaan dari para nabi sudah sangat mutawatir dan diketahui orang banyak. Secara pasti, kaum jin adalah makhluk hidup, berakal dan mereka melakukan segala sesuatu dengan kehendak. Bahkan mereka dibebani perintah dan larangan, hanya saja mereka tidak memiliki sifat dan tabiat seperti yang ada pada manusia atau selainnya. (Idhahu Ad-Dilalah fi ’Umumi Ar-Risalah hal. 1, lihat Majmu’ul Fatawa, 19/9)
Anehnya orang-orang filsafat masih mengingkari keberadaan jin. Dan dalam hal inipun Muhammad Rasyid Ridha telah keliru. Dia mengatakan: “Sesungguhnya jin itu hanyalah ungkapan/ gambaran tentang bakteri-bakteri. Karena ia tidak dapat dilihat kecuali dengan perantara mikroskop.” (Nashihatii li Ahlis Sunnah minal Jin oleh Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi t)
Jin lebih dahulu diciptakan daripada manusia sebagaimana dikabarkan Allah I dalam firman-Nya:
Tak ada satupun dari golongan kaum muslimin yang mengingkari keberadaan jin. Demikian pula mayoritas kaum kuffar meyakini keberadaannya. Ahli kitab dari kalangan Yahudi dan Nashrani pun mengakui eksistensinya sebagaimana pengakuan kaum muslimin, meski ada sebagian kecil dari mereka yang mengingkari-nya. Sebagaimana ada pula di antara kaum muslimin yang menging-karinya yakni dari kalangan orang bodoh dan sebagian Mu’tazilah.
Jelasnya, keberadaan jin merupakan hal yang tak dapat disangkal lagi mengingat pemberitaan dari para nabi sudah sangat mutawatir dan diketahui orang banyak. Secara pasti, kaum jin adalah makhluk hidup, berakal dan mereka melakukan segala sesuatu dengan kehendak. Bahkan mereka dibebani perintah dan larangan, hanya saja mereka tidak memiliki sifat dan tabiat seperti yang ada pada manusia atau selainnya. (Idhahu Ad-Dilalah fi ’Umumi Ar-Risalah hal. 1, lihat Majmu’ul Fatawa, 19/9)
Anehnya orang-orang filsafat masih mengingkari keberadaan jin. Dan dalam hal inipun Muhammad Rasyid Ridha telah keliru. Dia mengatakan: “Sesungguhnya jin itu hanyalah ungkapan/ gambaran tentang bakteri-bakteri. Karena ia tidak dapat dilihat kecuali dengan perantara mikroskop.” (Nashihatii li Ahlis Sunnah minal Jin oleh Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi t)
Jin lebih dahulu diciptakan daripada manusia sebagaimana dikabarkan Allah I dalam firman-Nya:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
(Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi
bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat
panas.” (Al-Hijr: 26-27)
Karena jin lebih dulu ada, maka Allah I mendahulukan penyebutannya daripada manusia ketika menjelaskan bahwa mereka diperintah untuk beribadah seperti halnya manusia. Allah I berfirman:
Karena jin lebih dulu ada, maka Allah I mendahulukan penyebutannya daripada manusia ketika menjelaskan bahwa mereka diperintah untuk beribadah seperti halnya manusia. Allah I berfirman:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyem-bah-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)
Jin, Setan, dan Iblis
Kalimat jin, setan, ataupun juga Iblis seringkali disebutkan dalam Al-Qur`an, bahkan mayoritas kita pun sudah tidak asing lagi mendengarnya. Sehingga eksistensinya sebagai makhluk Allah I tidak lagi diragukan, berdasarkan Al-Qur`an dan As-Sunnah serta ijma’ ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah. Tinggal persoalannya, apakah jin, setan, dan Iblis itu tiga makhluk yang berbeda dengan penciptaan yang berbeda, ataukah mereka itu bermula dari satu asal atau termasuk golongan para malaikat?
Yang pasti, Allah I telah menerangkan asal-muasal penciptaan jin dengan firman-Nya:
Kalimat jin, setan, ataupun juga Iblis seringkali disebutkan dalam Al-Qur`an, bahkan mayoritas kita pun sudah tidak asing lagi mendengarnya. Sehingga eksistensinya sebagai makhluk Allah I tidak lagi diragukan, berdasarkan Al-Qur`an dan As-Sunnah serta ijma’ ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah. Tinggal persoalannya, apakah jin, setan, dan Iblis itu tiga makhluk yang berbeda dengan penciptaan yang berbeda, ataukah mereka itu bermula dari satu asal atau termasuk golongan para malaikat?
Yang pasti, Allah I telah menerangkan asal-muasal penciptaan jin dengan firman-Nya:
“Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari
api yang sangat panas.” (Al-Hijr: 27)
Juga firman-Nya:
Juga firman-Nya:
“Dan Dia menciptakan jin dari nyala api.” (Ar-Rahman:
15)
Rasulullah n bersabda:
Rasulullah n bersabda:
“Para malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan
dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang disifatkan kepada kalian.”
(HR. Muslim no. 2996 dari ’Aisyah x)
Adapun Iblis, maka Allah I berfirman tentangnya:
Adapun Iblis, maka Allah I berfirman tentangnya:
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para
malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia
adalah dari golongan jin…” (Al-Kahfi: 50)
Ibnu Katsir t berkata: “Iblis mengkhianati asal penciptaannya, karena dia sesungguhnya diciptakan dari nyala api, sedangkan asal penciptaan malaikat adalah dari cahaya. Maka Allah I mengingatkan di sini bahwa Iblis berasal dari kalangan jin, dalam arti dia diciptakan dari api. Al-Hasan Al-Bashri berkata: ‘Iblis tidak termasuk malaikat sedikitpun. Iblis merupakan asal mula jin, sebagaimana Adam sebagai asal mula manusia’.” (Tafsir Al-Qur`anul ’Azhim, 3/94)
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di t mengatakan: “Iblis adalah abul jin (bapak para jin).” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 406 dan 793)
Sedangkan setan, mereka adalah kalangan jin yang durhaka. Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi t pernah ditanya tentang perbedaan jin dan setan, beliau menjawab: “Jin itu meliputi setan, namun ada juga yang shalih. Setan diciptakan untuk memalingkan manusia dan menyesat-kannya. Adapun yang shalih, mereka berpegang teguh dengan agamanya, memiliki masjid-masjid dan melakukan shalat sebatas yang mereka ketahui ilmunya. Hanya saja mayoritas mereka itu bodoh.” (Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)
Ibnu Katsir t berkata: “Iblis mengkhianati asal penciptaannya, karena dia sesungguhnya diciptakan dari nyala api, sedangkan asal penciptaan malaikat adalah dari cahaya. Maka Allah I mengingatkan di sini bahwa Iblis berasal dari kalangan jin, dalam arti dia diciptakan dari api. Al-Hasan Al-Bashri berkata: ‘Iblis tidak termasuk malaikat sedikitpun. Iblis merupakan asal mula jin, sebagaimana Adam sebagai asal mula manusia’.” (Tafsir Al-Qur`anul ’Azhim, 3/94)
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di t mengatakan: “Iblis adalah abul jin (bapak para jin).” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 406 dan 793)
Sedangkan setan, mereka adalah kalangan jin yang durhaka. Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi t pernah ditanya tentang perbedaan jin dan setan, beliau menjawab: “Jin itu meliputi setan, namun ada juga yang shalih. Setan diciptakan untuk memalingkan manusia dan menyesat-kannya. Adapun yang shalih, mereka berpegang teguh dengan agamanya, memiliki masjid-masjid dan melakukan shalat sebatas yang mereka ketahui ilmunya. Hanya saja mayoritas mereka itu bodoh.” (Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)
Siapakah Iblis?1
Terjadi perbedaan pendapat dalam hal asal-usul iblis, apakah berasal dari malaikat atau dari jin.
Pendapat pertama menyatakan bahwa iblis berasal dari jenis jin. Ini adalah pendapat Al-Hasan Al-Bashri t. Beliau menyatakan: “Iblis tidak pernah menjadi golongan malaikat sekejap matapun sama sekali. Dan dia benar-benar asal-usul jin, sebagaimana Adam adalah asal-usul manusia.” (Diriwayatkan Ibnu Jarir dalam tafsir surat Al-Kahfi ayat 50, dan dishahihkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya.)
Pendapat ini pula yang tampaknya dikuatkan oleh Ibnu Katsir, Al-Jashshash dalam kitabnya Ahkamul Qur‘an (3/215), dan Asy-Syinqithi dalam kitabnya Adhwa`ul Bayan (4/120). Penjelasan tentang dalil pendapat ini beliau sebutkan dalam kitab tersebut. Secara ringkas, dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Kema’shuman malaikat dari perbuatan kufur yang dilakukan iblis, sebagaimana firman Allah:
Terjadi perbedaan pendapat dalam hal asal-usul iblis, apakah berasal dari malaikat atau dari jin.
Pendapat pertama menyatakan bahwa iblis berasal dari jenis jin. Ini adalah pendapat Al-Hasan Al-Bashri t. Beliau menyatakan: “Iblis tidak pernah menjadi golongan malaikat sekejap matapun sama sekali. Dan dia benar-benar asal-usul jin, sebagaimana Adam adalah asal-usul manusia.” (Diriwayatkan Ibnu Jarir dalam tafsir surat Al-Kahfi ayat 50, dan dishahihkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya.)
Pendapat ini pula yang tampaknya dikuatkan oleh Ibnu Katsir, Al-Jashshash dalam kitabnya Ahkamul Qur‘an (3/215), dan Asy-Syinqithi dalam kitabnya Adhwa`ul Bayan (4/120). Penjelasan tentang dalil pendapat ini beliau sebutkan dalam kitab tersebut. Secara ringkas, dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Kema’shuman malaikat dari perbuatan kufur yang dilakukan iblis, sebagaimana firman Allah:
“…yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
(At-Tahrim: 6)
“Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan, dan
mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.” (Al-Anbiya`: 27)
2. Dzahir surat Al-Kahfi ayat 50
2. Dzahir surat Al-Kahfi ayat 50
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para
malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia
adalah dari golongan jin, lalu ia mendurhakai perintah Rabbnya.”
Allah menegaskan dalam ayat ini bahwa iblis dari jin, dan jin bukanlah malaikat. Ulama yang memegang pendapat ini menyatakan: “Ini adalah nash Al-Qur`an yang tegas dalam masalah yang diperselisihkan ini.” Beliau juga menyatakan: “Dan hujjah yang paling kuat dalam masalah ini adalah hujjah mereka yang berpendapat bahwa iblis bukan dari malaikat.”
Adapun pendapat kedua yang menyatakan bahwa iblis dari malaikat, menurut Al-Qurthubi, adalah pendapat jumhur ulama termasuk Ibnu ‘Abbas. Alasannya adalah firman Allah:
Allah menegaskan dalam ayat ini bahwa iblis dari jin, dan jin bukanlah malaikat. Ulama yang memegang pendapat ini menyatakan: “Ini adalah nash Al-Qur`an yang tegas dalam masalah yang diperselisihkan ini.” Beliau juga menyatakan: “Dan hujjah yang paling kuat dalam masalah ini adalah hujjah mereka yang berpendapat bahwa iblis bukan dari malaikat.”
Adapun pendapat kedua yang menyatakan bahwa iblis dari malaikat, menurut Al-Qurthubi, adalah pendapat jumhur ulama termasuk Ibnu ‘Abbas. Alasannya adalah firman Allah:
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para
malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam,’ maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia
enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.”
(Al-Baqarah: 34)
Juga ada alasan-alasan lain berupa beberapa riwayat Israiliyat.
Pendapat yang kuat adalah pendapat yang pertama, insya Allah, karena kuatnya dalil mereka dari ayat-ayat yang jelas.
Adapun alasan pendapat kedua (yakni surat Al-Baqarah ayat 34), sebenarnya ayat tersebut tidak menunjukkan bahwa iblis dari malaikat. Karena susunan kalimat tersebut adalah susunan istitsna` munqathi’ (yaitu yang dikecualikan tidaklah termasuk jenis yang disebutkan).
Adapun cerita-cerita asal-usul iblis, itu adalah cerita Israiliyat. Ibnu Katsir menyatakan: “Dan dalam masalah ini (asal-usul iblis), banyak yang diriwayatkan dari ulama salaf. Namun mayoritasnya adalah Israiliyat (cerita-cerita dari Bani Israil) yang (sesungguhnya) dinukilkan untuk dikaji –wallahu a’lam–, Allah lebih tahu tentang keadaan mayoritas cerita itu. Dan di antaranya ada yang dipastikan dusta, karena menyelisihi kebenaran yang ada di tangan kita. Dan apa yang ada di dalam Al-Qur`an sudah memadai dari yang selainnya dari berita-berita itu.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/94)
Asy-Syinqithi menyatakan: “Apa yang disebutkan para ahli tafsir dari sekelompok ulama salaf, seperti Ibnu ‘Abbas dan selainnya, bahwa dahulu iblis termasuk pembesar malaikat, penjaga surga, mengurusi urusan dunia, dan namanya adalah ‘Azazil, ini semua adalah cerita Israiliyat yang tidak bisa dijadikan landasan.” (Adhwa`ul Bayan, 4/120-121)
Juga ada alasan-alasan lain berupa beberapa riwayat Israiliyat.
Pendapat yang kuat adalah pendapat yang pertama, insya Allah, karena kuatnya dalil mereka dari ayat-ayat yang jelas.
Adapun alasan pendapat kedua (yakni surat Al-Baqarah ayat 34), sebenarnya ayat tersebut tidak menunjukkan bahwa iblis dari malaikat. Karena susunan kalimat tersebut adalah susunan istitsna` munqathi’ (yaitu yang dikecualikan tidaklah termasuk jenis yang disebutkan).
Adapun cerita-cerita asal-usul iblis, itu adalah cerita Israiliyat. Ibnu Katsir menyatakan: “Dan dalam masalah ini (asal-usul iblis), banyak yang diriwayatkan dari ulama salaf. Namun mayoritasnya adalah Israiliyat (cerita-cerita dari Bani Israil) yang (sesungguhnya) dinukilkan untuk dikaji –wallahu a’lam–, Allah lebih tahu tentang keadaan mayoritas cerita itu. Dan di antaranya ada yang dipastikan dusta, karena menyelisihi kebenaran yang ada di tangan kita. Dan apa yang ada di dalam Al-Qur`an sudah memadai dari yang selainnya dari berita-berita itu.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/94)
Asy-Syinqithi menyatakan: “Apa yang disebutkan para ahli tafsir dari sekelompok ulama salaf, seperti Ibnu ‘Abbas dan selainnya, bahwa dahulu iblis termasuk pembesar malaikat, penjaga surga, mengurusi urusan dunia, dan namanya adalah ‘Azazil, ini semua adalah cerita Israiliyat yang tidak bisa dijadikan landasan.” (Adhwa`ul Bayan, 4/120-121)
Siapakah Setan?2
Setan atau Syaithan () dalam bahasa Arab diambil dari kata () yang berarti jauh. Ada pula yang mengatakan bahwa itu dari kata () yang berarti terbakar atau batal. Pendapat yang pertama lebih kuat menurut Ibnu Jarir dan Ibnu Katsir, sehingga kata Syaithan artinya yang jauh dari kebenaran atau dari rahmat Allah I (Al-Misbahul Munir, hal. 313).
Ibnu Jarir menyatakan, syaithan dalam bahasa Arab adalah setiap yang durhaka dari jin, manusia atau hewan, atau dari segala sesuatu.
Demikianlah Allah I berfirman:
Setan atau Syaithan () dalam bahasa Arab diambil dari kata () yang berarti jauh. Ada pula yang mengatakan bahwa itu dari kata () yang berarti terbakar atau batal. Pendapat yang pertama lebih kuat menurut Ibnu Jarir dan Ibnu Katsir, sehingga kata Syaithan artinya yang jauh dari kebenaran atau dari rahmat Allah I (Al-Misbahul Munir, hal. 313).
Ibnu Jarir menyatakan, syaithan dalam bahasa Arab adalah setiap yang durhaka dari jin, manusia atau hewan, atau dari segala sesuatu.
Demikianlah Allah I berfirman:
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu
musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian
mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah
untuk menipu (manusia).” (Al-An’am: 112)
(Dalam ayat ini) Allah menjadikan setan dari jenis manusia, seperti halnya setan dari jenis jin. Dan hanyalah setiap yang durhaka disebut setan, karena akhlak dan perbuatannya menyelisihi akhlak dan perbuatan makhluk yang sejenisnya, dan karena jauhnya dari kebaikan. (Tafsir Ibnu Jarir, 1/49)
Ibnu Katsir menyatakan bahwa syaithan adalah semua yang keluar dari tabiat jenisnya dengan kejelekan (Tafsir Ibnu Katsir, 2/127). Lihat juga Al-Qamus Al-Muhith (hal. 1071).
Yang mendukung pendapat ini adalah surat Al-An’am ayat 112:
(Dalam ayat ini) Allah menjadikan setan dari jenis manusia, seperti halnya setan dari jenis jin. Dan hanyalah setiap yang durhaka disebut setan, karena akhlak dan perbuatannya menyelisihi akhlak dan perbuatan makhluk yang sejenisnya, dan karena jauhnya dari kebaikan. (Tafsir Ibnu Jarir, 1/49)
Ibnu Katsir menyatakan bahwa syaithan adalah semua yang keluar dari tabiat jenisnya dengan kejelekan (Tafsir Ibnu Katsir, 2/127). Lihat juga Al-Qamus Al-Muhith (hal. 1071).
Yang mendukung pendapat ini adalah surat Al-An’am ayat 112:
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu
musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian
mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang
indah-indah untuk menipu (manusia).” (Al-An’am: 112)
Al-Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Dzar z, ia berkata: Aku datang kepada Nabi n dan beliau berada di masjid. Akupun duduk. Dan beliau menyatakan: “Wahai Abu Dzar apakah kamu sudah shalat?” Aku jawab: “Belum.” Beliau mengatakan: “Bangkit dan shalatlah.” Akupun bangkit dan shalat, lalu aku duduk. Beliau berkata: “Wahai Abu Dzar, berlindunglah kepada Allah dari kejahatan setan manusia dan jin.” Abu Dzar berkata: “Wahai Rasulullah, apakah di kalangan manusia ada setan?” Beliau menjawab: “Ya.”
Ibnu Katsir menyatakan setelah menyebutkan beberapa sanad hadits ini: “Inilah jalan-jalan hadits ini. Dan semua jalan-jalan hadits tersebut menunjukkan kuatnya hadits itu dan keshahihannya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/172)
Yang mendukung pendapat ini juga hadits Nabi n dalam riwayat Muslim:
Al-Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Dzar z, ia berkata: Aku datang kepada Nabi n dan beliau berada di masjid. Akupun duduk. Dan beliau menyatakan: “Wahai Abu Dzar apakah kamu sudah shalat?” Aku jawab: “Belum.” Beliau mengatakan: “Bangkit dan shalatlah.” Akupun bangkit dan shalat, lalu aku duduk. Beliau berkata: “Wahai Abu Dzar, berlindunglah kepada Allah dari kejahatan setan manusia dan jin.” Abu Dzar berkata: “Wahai Rasulullah, apakah di kalangan manusia ada setan?” Beliau menjawab: “Ya.”
Ibnu Katsir menyatakan setelah menyebutkan beberapa sanad hadits ini: “Inilah jalan-jalan hadits ini. Dan semua jalan-jalan hadits tersebut menunjukkan kuatnya hadits itu dan keshahihannya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/172)
Yang mendukung pendapat ini juga hadits Nabi n dalam riwayat Muslim:
“Anjing hitam adalah setan.”
Ibnu Katsir menyatakan: “Maknanya –wallahu a’lam– yaitu setan dari jenis anjing.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/173)
Ini adalah pendapat Qatadah, Mujahid dan yang dikuatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Katsir, Asy-Syaukani dan Asy-Syinqithi.
Dalam masalah ini ada tafsir lain terhadap ayat itu, tapi itu adalah pendapat yang lemah. (ed)
Ketika membicarakan tentang setan dan tekadnya dalam menyesatkan manusia, Allah I berfirman:
Ibnu Katsir menyatakan: “Maknanya –wallahu a’lam– yaitu setan dari jenis anjing.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/173)
Ini adalah pendapat Qatadah, Mujahid dan yang dikuatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Katsir, Asy-Syaukani dan Asy-Syinqithi.
Dalam masalah ini ada tafsir lain terhadap ayat itu, tapi itu adalah pendapat yang lemah. (ed)
Ketika membicarakan tentang setan dan tekadnya dalam menyesatkan manusia, Allah I berfirman:
“Iblis menjawab: ‘Beri tangguhlah aku sampai waktu
mereka dibangkitkan’, Allah berfirman: ‘Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang
diberi tangguh.’ Iblis menjawab: ‘Karena Engkau telah menghukumiku tersesat,
aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.
Kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari
kanan dan kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka
bersyukur (taat).” (Al-A’raf: 14-17)
Setan adalah turunan Iblis, sebagaimana firman Allah I:
Setan adalah turunan Iblis, sebagaimana firman Allah I:
“Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya
sebagai pemimpin selain-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah Iblis
itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang dzalim.” (Al-Kahfi: 50)
Turunan-turunan Iblis yang dimaksud dalam ayat ini adalah setan-setan. (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 453)
Turunan-turunan Iblis yang dimaksud dalam ayat ini adalah setan-setan. (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 453)
Penggambaran Tentang Jin
Al-jinnu berasal dari kata janna syai`un yajunnuhu yang bermakna satarahu (menutupi sesuatu). Maka segala sesuatu yang tertutup berarti tersembunyi. Jadi, jin itu disebut dengan jin karena keadaannya yang tersembunyi.
Jin memiliki roh dan jasad. Dalam hal ini, Syaikhuna Muqbil bin Hadi t mengatakan: “Jin memiliki roh dan jasad. Hanya saja mereka dapat berubah-ubah bentuk dan menyerupai sosok tertentu, serta mereka bisa masuk dari tempat manapun. Nabi n memerintahkan kepada kita agar menutup pintu-pintu sembari beliau mengatakan: ‘Sesungguhnya setan tidak dapat membuka yang tertutup’. Beliau memerintahkan agar kita menutup bejana-bejana dan menyebut nama Allah I atasnya. Demikian pula bila seseorang masuk ke rumahnya kemudian membaca bismillah, maka setan mengatakan: ‘Tidak ada kesempatan meng-inap’. Jika seseorang makan dan meng-ucapkan bismillah, maka setan berkata: ‘Tidak ada kesempatan menginap dan ber-santap malam’.” (Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)
Jin bisa berujud seperti manusia dan binatang. Dapat berupa ular dan kala-jengking, juga dalam wujud unta, sapi, kambing, kuda, bighal, keledai dan juga burung. Serta bisa berujud Bani Adam seperti waktu setan mendatangi kaum musyrikin dalam bentuk Suraqah bin Malik kala mereka hendak pergi menuju Badr. Mereka dapat berubah-ubah dalam bentuk yang banyak, seperti anjing hitam atau juga kucing hitam. Karena warna hitam itu lebih signifikan bagi kekuatan setan dan mempunyai kekuatan panas. (Idhahu Ad-Dilalah, hal. 19 dan 23)
Kaum jin memiliki tempat tinggal yang berbeda-beda. Jin yang shalih bertempat tinggal di masjid dan tempat-tempat yang baik. Sedangkan jin yang jahat dan merusak, mereka tinggal di kamar mandi dan tempat-tempat yang kotor. (Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)
Tulang dan kotoran hewan adalah makanan jin. Di dalam sebuah hadits, Rasulullah n berkata kepada Abu Hurairah z:
Al-jinnu berasal dari kata janna syai`un yajunnuhu yang bermakna satarahu (menutupi sesuatu). Maka segala sesuatu yang tertutup berarti tersembunyi. Jadi, jin itu disebut dengan jin karena keadaannya yang tersembunyi.
Jin memiliki roh dan jasad. Dalam hal ini, Syaikhuna Muqbil bin Hadi t mengatakan: “Jin memiliki roh dan jasad. Hanya saja mereka dapat berubah-ubah bentuk dan menyerupai sosok tertentu, serta mereka bisa masuk dari tempat manapun. Nabi n memerintahkan kepada kita agar menutup pintu-pintu sembari beliau mengatakan: ‘Sesungguhnya setan tidak dapat membuka yang tertutup’. Beliau memerintahkan agar kita menutup bejana-bejana dan menyebut nama Allah I atasnya. Demikian pula bila seseorang masuk ke rumahnya kemudian membaca bismillah, maka setan mengatakan: ‘Tidak ada kesempatan meng-inap’. Jika seseorang makan dan meng-ucapkan bismillah, maka setan berkata: ‘Tidak ada kesempatan menginap dan ber-santap malam’.” (Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)
Jin bisa berujud seperti manusia dan binatang. Dapat berupa ular dan kala-jengking, juga dalam wujud unta, sapi, kambing, kuda, bighal, keledai dan juga burung. Serta bisa berujud Bani Adam seperti waktu setan mendatangi kaum musyrikin dalam bentuk Suraqah bin Malik kala mereka hendak pergi menuju Badr. Mereka dapat berubah-ubah dalam bentuk yang banyak, seperti anjing hitam atau juga kucing hitam. Karena warna hitam itu lebih signifikan bagi kekuatan setan dan mempunyai kekuatan panas. (Idhahu Ad-Dilalah, hal. 19 dan 23)
Kaum jin memiliki tempat tinggal yang berbeda-beda. Jin yang shalih bertempat tinggal di masjid dan tempat-tempat yang baik. Sedangkan jin yang jahat dan merusak, mereka tinggal di kamar mandi dan tempat-tempat yang kotor. (Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)
Tulang dan kotoran hewan adalah makanan jin. Di dalam sebuah hadits, Rasulullah n berkata kepada Abu Hurairah z:
“Carikan beberapa buah batu untuk kugunakan bersuci
dan janganlah engkau carikan tulang dan kotoran hewan.” Abu Hurairahzberkata:
“Aku pun membawakan untuknya beberapa buah batu dan kusimpan di sampingnya.
Lalu aku menjauh hingga beliau menyelesaikan hajatnya.”
Aku bertanya: “Ada apa dengan tulang dan kotoran hewan?”
Beliau menjawab: “Keduanya termasuk makanan jin. Aku pernah didatangi rombongan utusan jin dari Nashibin, dan mereka adalah sebaik-baik jin). Mereka meminta bekal kepadaku. Maka aku berdoa kepada Allah untuk mereka agar tidaklah mereka melewati tulang dan kotoran melainkan mereka mendapatkan makanan.” (HR. Al-Bukhari no. 3860 dari Abu Hurairah z, dalam riwayat Muslim disebutkan : “Semua tulang yang disebutkan nama Allah padanya”, ed)
Aku bertanya: “Ada apa dengan tulang dan kotoran hewan?”
Beliau menjawab: “Keduanya termasuk makanan jin. Aku pernah didatangi rombongan utusan jin dari Nashibin, dan mereka adalah sebaik-baik jin). Mereka meminta bekal kepadaku. Maka aku berdoa kepada Allah untuk mereka agar tidaklah mereka melewati tulang dan kotoran melainkan mereka mendapatkan makanan.” (HR. Al-Bukhari no. 3860 dari Abu Hurairah z, dalam riwayat Muslim disebutkan : “Semua tulang yang disebutkan nama Allah padanya”, ed)
Gambaran Tentang Iblis dan Setan
Iblis adalah wazan dari fi’il, diambil dari asal kata al-iblaas yang bermakna at-tai`as (putus asa) dari rahmat Allah I.
Mereka adalah musuh nomer wahid bagi manusia, musuh bagi Adam dan keturunannya. Dengan kesombongan dan analoginya yang rusak serta kedustaannya, mereka berani menentang perintah Allah I saat mereka enggan untuk sujud kepada Adam.
Allah I berfirman:
Iblis adalah wazan dari fi’il, diambil dari asal kata al-iblaas yang bermakna at-tai`as (putus asa) dari rahmat Allah I.
Mereka adalah musuh nomer wahid bagi manusia, musuh bagi Adam dan keturunannya. Dengan kesombongan dan analoginya yang rusak serta kedustaannya, mereka berani menentang perintah Allah I saat mereka enggan untuk sujud kepada Adam.
Allah I berfirman:
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para
malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam,’ maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Ia
enggan dan takabur, dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.”
(Al-Baqarah: 34)
Malah dengan analoginya yang menyesatkan, Iblis
menjawab:
“Aku lebih baik darinya: Engkau ciptakan aku dari api
sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.” (Al-A’raf: 12)
Analogi atau qiyas Iblis ini adalah qiyas yang paling rusak. Qiyas ini adalah qiyas batil karena bertentangan dengan perintah Allah I yang menyuruhnya untuk sujud. Sedangkan qiyas jika berlawanan dengan nash, maka ia menjadi batil karena maksud dari qiyas itu adalah menetapkan hukum yang tidak ada padanya nash, mendekatkan sejumlah perkara kepada yang ada nashnya, sehingga keberadaannya menjadi pengikut bagi nash.
Bila qiyas itu berlawanan dengan nash dan tetap digunakan/ diakui, maka konse-kuensinya akan menggugurkan nash. Dan inilah qiyas yang paling jelek!
Sumpah mereka untuk menggoda Bani Adam terus berlangsung sampai hari kiamat setelah mereka berhasil menggoda Abul Basyar (bapak manusia) Adam dan vonis sesat dari Allah I untuk mereka. Allah I mengingatkan kita dengan firman-Nya:
Analogi atau qiyas Iblis ini adalah qiyas yang paling rusak. Qiyas ini adalah qiyas batil karena bertentangan dengan perintah Allah I yang menyuruhnya untuk sujud. Sedangkan qiyas jika berlawanan dengan nash, maka ia menjadi batil karena maksud dari qiyas itu adalah menetapkan hukum yang tidak ada padanya nash, mendekatkan sejumlah perkara kepada yang ada nashnya, sehingga keberadaannya menjadi pengikut bagi nash.
Bila qiyas itu berlawanan dengan nash dan tetap digunakan/ diakui, maka konse-kuensinya akan menggugurkan nash. Dan inilah qiyas yang paling jelek!
Sumpah mereka untuk menggoda Bani Adam terus berlangsung sampai hari kiamat setelah mereka berhasil menggoda Abul Basyar (bapak manusia) Adam dan vonis sesat dari Allah I untuk mereka. Allah I mengingatkan kita dengan firman-Nya:
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat
ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari
surga. Ia menanggalkan pakaian kedua-nya untuk memperlihatkan kepada keduanya
auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu
tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan
setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.”
(Al-A’raf: 27) Karena
setan sebagai musuh kita, maka kita diperintahkan untuk menjadi musuh setan.
Allah I berfirman:
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka
anggaplah ia musuhmu, karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak
golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Fathir:
6)
Allah I berfirman:
Allah I berfirman:
“Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya
sebagai pemimpin selain-Ku, sedangkan mereka adalah musuhmu? Amat buruklah
Iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang dzalim.” (Al-Kahfi:
50)
Semoga kita semua terlindung dari godaan-godaannya. Wal ’ilmu ’indallah.
Semoga kita semua terlindung dari godaan-godaannya. Wal ’ilmu ’indallah.
Manusia
merupakan mahluk Allah yang terdiri atas unsur ruh dan jasmani. Tanpa ruh
manusia tidak lagi disebut sebagai manusia tapi disebut mayit atau jenazah.
Namun demikian disekitar kita banyak mahluk Allah lainnya yang hanya terdiri
atas unsur ruh saja. Mereka tidak memiliki tubuh atau jasad seperti manusia.
Mahluk ruh tersebut dikenal dengan sebutan Jin, Malaikat, syetan, Siluman,
Genderuwo dan lain sebagainya. Mahluk ruh ini bergaul bebas dengan kita selama
hidup didunia, mereka bisa melihat kita namun kita tidak bisa melihat mereka
sebagaimana di ingatkan Allah dalam surat Al A’raaf 27 :
27- Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu
dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari
surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada
keduanya `auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu
dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya
Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang
tidak beriman. (Al A’raaf 27)
Mahluk
ruh (gaib) seperti Jin, syetan, genderuwo, siluman dan lain sebagainya selalu
berusaha menanamkan pengaruh buruk dan negatif kedalam hati dan fikiran
manusia. Sebaliknya Malaikat selalu berusaha membisikan pengaruh baik dan
positip dalam kehidupan manusia. Orang yang suka memperturutkan keinginan hawa
nafsu, tidak percaya pada Allah dan kehidupan akhirat, cenderung untuk mengikuti
bisikan syetan dan Jin untuk melakukan perbuatan buruk dan negatif. Orang yang
tidak suka memperturutkan keinginan hawa nafsu serta beriman pada Allah dan
kehidupan akhirat cenderung mengikuti bisikan Malaikat yang mengajak
untuk berbuat kebaikan.
Setiap
saat kita selalu berinteraksi dengan mahluk ruh(ghaib) disekitar kita, itu
adalah hal alamiah yang tidak bisa kita hindari. Bisikan baik dan buruk dari
mahluk ruh disekitar kita silih berganti masuk kedalam fikiran dan hati
kita. Bisikan yang dominan , akan membentuk karakter dan kepribadian
seseorang. Mereka yang banyak dipengaruhi bisikan negatif dari golongan jin dan
syetan akan cenderung melakukan perbuatan negatif dan buruk. Mereka yang
beriman dan yakin akan kehidupan akhirat terpelihara dari bisikan negatif
tersebut dan mereka cenderung pada bisikan Malaikat yang selalu mengajak pada
kebaikan.
Mahluk Ruh Iblis, jin dan Syetan
Iblis la’natullah
Iblis
adalah Jenderal atau Panglima Besar dari semua kejahatan dan perilaku buruk
yang dikerjakan manusia, Ia sudah hadir didunia ini sejak zaman nabi Adam dan
akan tetap hidup sampai hari kiamat. Ia mengerahkan pasukannya yang terdiri
atas balatentara syetan dari golongan Jin dan manusia untuk menyebar bencana
dan kemaksiatan dimuka bumi. Iblis memiliki dendam turun temurun
terhadap anak cucu Adam sebagaimana disebutkan dalam surat Al Israk
ayat
62- Dia (iblis)
berkata: “Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas
diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat,
niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil”.63-
Tuhan berfirman: “Pergilah, barang siapa di antara mereka yang mengikuti kamu,
maka sesungguhnya neraka Jahanam adalah balasanmu semua, sebagai suatu
pembalasan yang cukup. 64- Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di
antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda
dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan
anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh setan
kepada mereka melainkan tipuan belaka. ( Israak 62-64)
Mahluk Jin
Jin
adalah mahluk Ruh yang dijadikan Allah dari api . Iblis adalah salah satu dari
golongan Jin ini, sebagaimana dijelaskan Allah dalam surat Kahfi ayat 50
50- Dan (ingatlah)
ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam”,
maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin,
maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan
turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah
musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang
yang lalim. (Kahfi 50)
Dalam
kehidupan sehari hari kita bercampur gaul dengan mahluk Jin ini tanpa kita
sadari, karena kita tidak bisa melihat mereka dengan kasat mata. Jin juga
berbangsa dan bergolongan seperti manusia, diantara mereka ada yang baik
, soleh dan ada pula yang jahat dan kufur pada Allah sebagaimana dijelaskan
dalam surat Jin ayat 11
11- Dan
sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada
(pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang
berbeda-beda. (Jin 11)
Biasanya
Jin membentuk koloni dan menetap ditempat yang tidak dihuni manusia seperti
Rimba belantara, lautan, Gurun pasir, pulau kosong, rumah atu bangunan kosong,
sungai, pantai yang sunyi, Gua dan lubang ditanah, Pohon besar dan lain
sebagainya. Diantara Jin ini ada juga yang tinggal bersama manusia di kota,
perumahan , pasar dan lain sebagainya.
Kadang
kala terjadi juga keributan dan perseteruan antara golongan Jin dan manusia
karena sesuatu dan lain hal. Ada sekelompok Jin yang tidak senang karena tempat
tinggal mereka yang berupa pohon besar atau bangunan tua dibongkar oleh
manusia. Kelompok Jin yang habitatnya terganggu akan menyerang dan merasuk
kedalam tubuh manusia membuat keributan berupa kesurupan masal disekolah,
pabrik atau tempat umum lainnya.
Diantara
manusia ada juga yang berkongsi dan minta pertolongan pada Jin untuk
tujuan tertentu, misalnya untuk mendapat kekayaan, menyerang atau menyakiti
orang yang tidak disenangi, melakukan sihir, santet, tenung dan lain
sebagainya.
6- Dan
bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan
kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka
dosa dan kesalahan. (Jin 6)
Gangguan
Jin pada manusia ada yang dilakukan karena permintaan seseorang , ada pula yang
dilakukan karena merasa habitatnya terganggu, karena itu Rasulullah melarang
umat Islam untuk membuang air kecil dilubang dan tempat yang mungkin didiami
Jin.
Banyak
orang yang meyakini bahwa jin bisa melakukan perbuatan luar biasa yang tidak
bisa dilakukan manusia. Hal tersebut menarik hati sekelompok orang untuk
bekerja sama dan minta bantuan Jin untuk melaksanakan maksud dan tujuannya.
Dizaman dahulu Nabi Sulaiman memanfaatkan Jin untuk mengerjakan pekerjaan berat
seperti membangun gedung, menyelam mengambil mutiara dan perhiasan dari dalam
laut. Namun sebenarnya orang yang bertakwa memiliki kekuatan yang jauh
lebih dahsyat dari Jin ini sebagaimana dikisahkan dalam surat An
Naml 38-40
38- Berkata
Sulaiman: “Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup
membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai
orang-orang yang berserah diri”.39- Berkata `Ifrit (yang cerdik) dari golongan
jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum
kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk
membawanya lagi dapat dipercaya”.40- Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu
dari Al Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu
berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya,
ia pun berkata: “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku
bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur
maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang
siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”. ( An
Naml 38-40)
Jin
Ifrit mengatakan bahwa ia bisa membawa singgasana Ratu Bilqis dari Yaman ke
Palestina sebelum nabi Sulaiman berdiri dari duduknya, namun seorang yang
mendapat Ilmu dari Allah telah mendahuluinya dengan memindahkan singgasana itu
hanya dalam sekejap mata saja. Ini menunjukan bahwa Allah memberi kemampuan
yang lebih besar kepada orang yang bertakwa kepadaNya. Pada kenyataannya
seluruh Jin dimasa itu juga tunduk dalam kekuasaan nabi sulaiman sebagai
raja dimasa itu.
Kehidup
Jin sama seperti manusia berbangsa, suku, kelompok dan golongan. Jin mempunyai
kewajiban sama seperti manusia, mereka juga akan diminta pertanggungan jawab
atas perbuatan mereka kelak diakhirat. Jin yang taat patuh pada Allah akan
masuk kedalam syurga sedangkan Jin yang membangkang akan dimasukan kedalam
Neraka jahanam. Al Qur’an menjelaskan ini dalam beberapa ayat sebagai berikut:
130- Hai golongan
jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu
sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat Ku dan memberi peringatan
kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: “Kami menjadi
saksi atas diri kami sendiri”, kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka
menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang
kafir.(Al An Aam 130)
179- Dan
sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu
sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah
orang-orang yang lalai. (Al A’raaf 179)
56- Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.(Adz Dzariyat
56)
56- Di dalam surga
itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah
disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi
suami mereka) dan tidak pula oleh jin.
(Ar
Rahman 56)
Diantara
Jin juga ada yang mempelajari Qur’an dan menyampaikan dakwah bagi kalangan
mereka, sebagaimana disebutkan dalam surat Al Ahqaf 29.
29- Dan (ingatlah)
ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Qur’an, maka
tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: “Diamlah kamu
(untuk mendengarkannya)”. Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada
kaumnya (untuk) memberi peringatan. (Al Ahqaf 29)
Dalam
keadaan tertentu Jin bisa masuk kedalam tubuh manusia dan mengendalikan gerak
tubuh manusia sesuai keinginannya. Ia berbicara dengan bahasa dan gaya yang
dimiliki Jin tersebut, sehingga adakalanya orang yang dimasuki Jin tersebut
berbicara dalam bahasa China, Arab, Batak, atau sunda padahal dalam keadaan
sehari hari orang yang dimasuki Jin itu tidak bisa bahasa tersebut. Jin yang
masuk kedalam tubuh seseorang ini sering mengaku sebagai neneknya yang telah
meninggal , ia menirukan cara bicara dan gerak gerik neneknya itu sehingga
keluarga orang yang kemasukan Jin itu akan mempercayainya. Ada juga Jin yang
mengaku sebagai salah seorang Wali songo, ulama terkenal dan lain
sebaginya.
Syetan dan balatentaranya
Syetan
adalah balatentara Iblis yang ditugaskan untuk menghasung dan menyesatkan
manusia dari jalan yang lurus. Syetan ini ada dua macam yaitu syetan dari
golongan Jin yang tidak bisa dilihat oleh penglihatan mata dan syetan dari
golongan manusia yang bisa dilihat dengan kasat mata.
112- Dan
demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan
(dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan
kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk
menipu (manusia). Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak
mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (Al An Aam 112)
Dibawah
perintah Panglima tertingginya Iblis yang tetap hidup sampai hari kiamat nanti
, syetan dan balatentaranya terus berjuang setiap saat untuk menyesatkan
manusia dari jalan Allah yang lurus. Syetan memperlihatkan indah semua
perbuatan manusia yang buruk dan memperlihatkan buruk semua perbuatan yang
baik. Orang yang telah disesatkan syetan merasa bahwa ia berada pada jalan yang
benar , ia tidak menyadari bahwa ia telah ditipu dan disesatkan syetan dari
jalan yang benar.
Dalam
usahanya menyesatkan manusia syetan membagi manusia menjadi tiga
kelompok:
1. Kelompok orang yang maksiat,
yaitu orang yang tidak percaya pada Allah dan kehidupan akhirat. Seluruh
hidupnya hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan syahwat dan hawa
nafsunya. Iblis mengatakan padas balatentaranya:” Tinggalkanlah orang itu,
kalian tidak perlu membuang tenaga untuk menipu dan menyesatkan mereka, karena
ia lebih sesat dari kita. Mereka tidak percaya pada Allah dan kehidupan akhirat
sedang kita masih percaya pada Allah dan kehidupan akihirat.
2. Kelompok orang bertakwa, yaitu
orang yang percaya pada Allah dan kehidupan akhirat serta selalu berusaha untuk
tetap istiqomah pada jalanNya yang lurus. Iblis mengatakan pada
balatentaranya:”Tinggalkanlah orang itu, kalian tidak perlu membuang tenaga
untuk menyesatkan orang itu, karena mereka dijaga dan dilindungi
Allah dari tipu daya kita. Allah telah menjamin mereka bahwa kita tidak akan
bisa menyesatkan mereka”
3. Kelompok orang awam, yaitu
orang yang selalu ragu kadang iman kadang tidak. Iblis mengatakan pada
balatentaranya:” Datangilah mereka dari segala penjuru, jangan beri kesempatan
pada mereka walau hanya sedetik untuk mengingat Allah, janjikan kepada mereka
njanji indah dan muluk, perserikatkan hati mereka dengan harta dan anak
anak, dorong mereka untuk melakukan perbuatan maksiat dan durhaka pada Allah,
jadikan mereka teman kita didalam neraka jahanam kelak”
Dalam
Qur’an banyak sekali peringatan Allah agar kita jangan mendengar dan mengikuti
bisikan syetan yang selalu muncul didalam hati dan fikiran kita. Syetan hanya
mengajak dan mendorong manusia untuk mengerjakan pekerjaan maksiat dan durhaka
pada Allah. Supaya tidak mudah tetipu dan termakan bujuk rayu syetan
Allah memerintahkan orang yang beriman agar selalu berlindung pada
Allah dari tipu daya dan bujuk rayu syetan yang menyesatkan.
Syetan
tidak mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi orang yang beriman dan bertawakal
pada Allah, syetan hanya mampu menguasai dan mengendalikan orang yang
mengambilnya sebagai pemimpin dan menjadikannya sebagai sekutu Allah
sebagaimana disebutkan dalam surat an Nahl ayat 99-100.
99- Sesungguhnya
setan ini tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal
kepada Tuhannya. 100- Sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah atas
orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang
mempersekutukannya dengan Allah. (An Nahl 99-100)
Tentara Malaikat
Malaikat
adalah mahluk Ruh yang diciptakan Allah dari cahaya . Mereka merupakan hamba-
hamba Allah yang ditugaskan menjaga kelangsungan system yang ada dialam semesta
ini. Mereka bertugas mengatur peredaran bumi, matahari, bulan dan bintang,
mengatur perjalanan awan, hujan, menumbuhkan berbagai tanaman, memberi makan
berbagai mahluk Allah dilangit dan dibumi. Mereka tidak pernah lelah
menjalankan tugas yang dibebankan Allah padanya, mereka mempunyai kedudukan
bertingkat tingkat disisi Allah sesuai tugas mereka sebagaimana disebutkan
dalam surat Fathir ayat 1
1- Segala puji bagi
Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan
(untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada
yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang
dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Fathir 1)
Ada
beberapa nama Malaikat yang sudah dikenal akrab oleh umat Islam yaitu Jibril
yang membawa wahyu Al-Qur’an kepada nabi muhammad saw. Mikail yang bertugas
membagikan rezeki, Izroil yang bertugas mencabut nyawa manusia ketika datang
kematian, Rakib dan Atid yang bertugas mencatat amal baik dan buruk manusia,
Munkar dan Nakir yang menanyakan manusia dialam kubur, Isrofil yang meniup sangkakala
ketika terjadi peristiwa kiamat, Ridwan yang bertugas menjaga Syurga dan Malik
yang bertugas menjaga Neraka jahanam, dan banyak lagi nama Malaikat yang tidak
disebutkan dan belum kita kenal.
Allah
juga mempunyai beberapa Malaikat khusus yang ditugaskan menjaga dan
memperhatikan kebutuhan hamba Allah yang saleh dan selalu bertawakal dan
bertakwa padaNya sebagaimana disebutkan dalam surat Fushilat ayat 30
30- Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan
mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan
bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah
kepadamu”.31- Kami lah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di
akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh
(pula) di dalamnya apa yang kamu minta. (Fushilat 30-31)
Orang
yang beriman, bertakwa dan bertawakal pada Allah selalu mendapat pengawalan dan
penjagaan dari Malaikat yang ditugaskan khusus oleh Allah dalam mengatasi
berbagai masalah yang dihadapi dan musuh yang datang mengancam, Allah
mengingatkan hal ini dalam surat Al Anfal ayat 9
9- (Ingatlah),
ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu:
“Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu
malaikat yang datang berturut-turut”. (Al Anfal 9)
Mahluk
ruh lain seperti Jin, Syetan, genderuwo, Siluman, prewangan tidak mampu melawan
pasukan Malaikat yang ada disekitar hamba Allah yang beriman dan bertakwa.
Allah mengirim bantuan tentara Malaikat ini untuk menghadapi orang kafir atau
musuh Allah yang menggunakan tentara Jin, genderuwo, siluman, prewangan dan
kekuatan sihir sebagaimana yang banyak dialami oleh para Nabi dan Rasul dimasa
lalu.
Demikianlah
beberapa mahluk Ruh (ghaib) yang sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia.
Kekacauan, berbagai kemelut politik, ekonomi, kerusakan suatu bangsa, kaum ,
keluarga dan rumah tangga, prostitusi, perjudian dan berbagai perbuatan maksiat
adalah produk dari Iblis dan balatentaranya dalam menjalankan dendam
turun temurun yang sudah ada sejak zaman nabi Adam sampai hari kiamat
nanti. Para Nabi, Rasul, hamba Allah yang saleh, orang yang beriman dan
bertakwa berusaha membendung usaha Iblis ini dengan berjihad di jalan Allah
dengan harta dan dirinya.
Pertempuran
antara yang haq dan bathil akan tetap ada selama dunia terbentang hingga akhir
zaman (kiamat). Allah telah menurunkan Al Qur’an sebagai pedoman bagi orang
yang beriman dalam menghadapi tipu daya Iblis yang telah mendapat izin dari
Allah untuk menyesatkan anak cucu Adam sampai datangnya kiamat nanti.
Orang yang patuh pada Allah dan RasulNya insya Allah selamat, orang yang
engkar dan kufur insya Allah akan dihalau kedalam Neraka jahanam bersama dengan
iblis dan balatentaranya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar