Sabtu, 27 Juli 2013

PUISI ROMANTISME NEGERI MINYAK



H. A. Dasuki
Gembala


Aku puas dan bahagia
Walaupun aku hanya gembala
Jika baginda hendak bertukar
Aku akan tertawa
Aku puas sebagai gembala
Dimata Tuhan tiada berbeda
Antara aku dengan baginda
Dua-duanya sama gembala
Aku gembala ternak
Baginda gembala rakyat
Masing-masing mengemban amanat
Siapa berdosa akan dilaknat
Yang baik beroleh rahmat
Apa dosaku ?
Ternakku kenyang dan sehat
Tak ada yang kelaparan ataupun tersesat
Menjelang petang kugiring pulang
Pulang kekandang
‘pabila kedinginan kunyalakan api
Mereka tidur sampai pagi
Siapa bilang aku tak bahagia
Sebab aku anak gembala
Jika baginda hendak tertawa
Aku puas sebaggai gembala
Kunyanyikan lagu gembira
Lagu gembala ....................................


                                                                        1970.

H. A. Dasuki
Aku Binatang Berbicara


Aku binatang berbicara
Kuberi nama semua benda
Aku berpikir dan berbicara
Itulah tugasku dibumi
Sebagai penerus proses evolusi
Jasmani dan rohani
Diatas kecerdasan dan rasa seni
Bebas berpikir dan berbicara
Sebagai manusia budaya
Biarkan aku berbicara
Jangan dibungkam seribu bahasa
Aku binatang berbicara
Bukan reptil bukan mamalia
Biarkan aku bicara


                                                            1971.





H. A. Dasuki
R a t u


Wahai burung pipit
Hanya dikaulah sahabatku ditempat sunyi
Jauh dari kota yang sibuk sepanjang hari
Disana orang sibuk menumpuk rizki
Tak pulang kurang sibuknya yang memilih ratu
Dicarinya disegenap penjuru
Hari ratu konde besok ratu kebaya
Lusa ratu batik menyusul ratu wisata
Entahlah ratu apalagi ‘kan naik tahta
Ah, ratu, lagi-lagi raatu
Seribu ratu, selaksa raja
Asalkan repeh rapih tata raharja
Bukan aku tak merindukan ratu
Bukan ratu kepala batu
Melainkan ratu adil palamarta
Penyantun si kecil pelindung rakyat jelata
Amboi, ratumu hanya ada dalaam suratan
Punjangga pikun merindukan keadilan
Biarlah aku ‘kan menanti
Ditempat sunyi
Burung pipit menghiburku sepanjang hari


                                                                        1968.













H. A. Dasuki
K o r s e l


Berdering, berpusing, beriring
Kuda berpacu, mobil menderu, perahu melaju
Semakin kencang, semakin kencang
Siapa mendekat pasti diterjang
Kacung kacung bersorak riang
Ramai-ramai masuk gelanggang
Berjoang merebut bintang
Tak sedikit yang  jual tampang
Mesin mati korsel berhenti
Disangkanya mencapai tujuan
Turun kebumi gentayangan
Amboi, masih disitu-situ jua


                                                1970.




H.A. Dasuki
Keadilan


Tak satupun kata yang enak didengar telinga
Selain kata “keadilan”
Memang setiap orang mendambakan keadilan
Si miskin si bongkok dan si pincang
Si janda si piatu dan gelandangan
Apa gerangan yang disebut keadilan
Tidak seorangpun yang dapat menjabarkannya dalam bahasa
Namun setiap orang memahaminya dengan rasa
Keadilan sering dibahas orang dalam seminar
Dikampus dan dimimbar
Diwarung dan dilangggar
Namun ia tetap bagaikan sikulit bundar
Dikejar untuk dilempar
Begitulah kkeadilan pribadi
Yang dipikir hanya kepentingan sendiri
Terhadap orang lain tidak peduli
Pantas punjangga berkata
Kalau keadilan dibumi merata
Niscaya si petualang akan kecewa
Tetapi orang mati akan tertawa


                                                                        1967.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar