UPAYA ORANG TUA DALAM PANDANGAN ISLAM DALAM
MEMINIMALISASI ANAK TEMPRAMEN
A.
Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Perkembangan Anak
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak
pada saat ini, diantaranya adalah:[1]
1.
Faktor internal Yaitu faktor yang ada
dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologis
tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri. Dengan demikian factor
internal bisa dibagi menjadi 2 macam factor pisik dan factor psikis[2]
a.
Faktor pisik
Di dunia ini
orang mempunyai bentuk tubuh yang bermacam – macam. Ada yang tinggi ceking, ada
yang pendek gemuk, dan ada yang sedang antara tinggi dan besar badannya. Sudah
jelas, masing – masing mmpunyai pengaruh tersendiri bagi perkembangan seorang
anak
b.
Faktor psikis
Dalam hal
kejiwaan, ada anak periang, sehingga banyak pergaulan. Akan tetapi ada pula
yang selalu tampak murung, pendiam, mudah tersinggung karenanya suka menyendiri
2.
Faktor Eksternal, Yaitu hal – hal yang
datang atau ada diluar diri siswa yang meliputi lingkungan (khususnya
pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungan.
Factor eksternal dibagi menjadi 6 macam : factor biologis, physis, ekonomis,
cultural, edukatif, dan religious
a.
Faktor biologis
Bisa diartikan,
biologis dalam konteks ini adalah factor yang berkaitan dengan keperluan primer
seorang anak pada awal kehidupanya: Factor ini wujudnya berupa pengaruh yang datang
pertama kali dari pihak ibu dan ayah.[3]
b.
Factor phyis
Maksudnya adalah
pengaruh yang datang dari lingkungan geografis, seperti iklim keadaan alam,
tingkat kesuburan tanah, jalur komunikasi dengan daerah lain, dsb. Semua ini
jelas membawa dampak masing – masing terhadap perkembangan anak – anak yang
lahir dan dibesarkan disana.
c.
Faktor ekonomis
Dalam proses perkembanganya.
Betapapun ukuranya bervariasi, seorang anak pasti memerlukan biaya. Biaya untuk
makan dan minum dirumah, tetapi juga untuk mebeli alat - alat sekolah
d.
Faktor cultural
Di Indonesia ini
saja dari aceh sampai Irian jaya, jika dihitung ada berpuluh bahkan beratus
kelompok masyarakat yang masing – masing mempunyai kultur, budaya, adat
istiadat, dan tradisi tersendiri, dan hal ini jelas berpengaruh terhadap
perkemangan anak – anak.
e.
Faktor edukatif
Pendidikan tak
dapat disangkal mempunyai pengaruh terhadap perkembangan anak manusia. Malah
karena sifatnya berencana dan sering kali diusahakan secara teratur, faktor
pendidikan ini relatif paling besar pengaruhnya disbanding factor yang lain
manapun juga.
f.
Faktor religious
Sebagai contoh
seorang anak kyai, sudah pasti ia akan berebeda dengan anak lain yang tidak
menjadi kyai, yang sekedar terhitung orang beragama, lebih – lebih yang memang
tidak beragama sama sekali, ini adalah soal perkembangan pula, menyangkut
proses terbentunya prilaku seorang anak dengan agama sebagai faktor penting
yang mempengaruhinya.
B.
Anak
Temperamen
1.
Pengertian tempramen
Temperamen
adalah gaya-perilaku karakteristik individu dalam merespon. Ahli-ahli
perkembangan sangat tertarik mengenai temperamen bayi. Sebagian bayi sangat
aktif menggerak-gerakkan tangan, kaki dan mulutnya dengan keras, sebagian lagi
lebih tenang, sebagian anak menjelajahi lingkungannya dengan giat parta vvaktu
yang lama dan sebagian lagi tidak demikian. Slebagian bayi merejpons orang Iain
dengan hangat, sebagai lagi pasif. Gaya-gaya perilaku tersebut menunjukkan
temperamen seseorang.[4]
Menurut
Thomas & Chess (1991) ada tiga tipe dasar temperamen yaitu mudah,
sulit, dan lambat untuk dibangkitkan:[5]
a.
Anak yang mudah umumnya mempunyai
suasana hati yang positif dandapat dengan cepat membentuk kebiasaan yang
teratur, serta dengan mudah pula menyesuaikan diri dengan pengalaman baru.
b.
Anak yang sulit cenderung untuk bereaksi
secara negatif serta sering menangis dan lambat untuk menerima
pengalaman-pengalaman baru.
c.
Anak yang lambat untuk dibangkitkan
mempunyai tingkat kegiatan yangrendah, kadang-kadang negatif, dan penyesuaian
diri yang rendah dengan lingkungan atau pengalaman baru.
d.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa
keturunan mempengaruhi temperamen. Tingkat pengaruh ini bergantung pada respons
orang tua terhadap anak-anaknya dengan pengalaman-pengalaman masa kecil yang
ditemui dalam lingkungan.
2.
Ciri - Ciri Temperemen
Temperamen dan
kepribadian anak memiliki ciri khas yang berbeda dengan orang dewasa.
Temperamen adalah ciri seseorang merespon suatu kejadian dan stimulas yang
baru. Sedangkan kepribadian adalah karakteristik yang dimiliki seseorang yaitu
tingkah laku,cara berfikir, dan perasaan. Terdapat perbedaan pengertian antara
temperamen dan kepribadian. Temperament cakupannya lebih sempit dan
kekinian,sedangkan kepribadian lebih luas dan mendeskripsikan bagaimana
individu tersebut.
Ada tiga dimensi
temperamen anak. Teori temperamen ini diadaptasi dari teori Rothbart (2007).[6]
Temperamen anak
itu adalah:
1.
Anak yang memiliki nilai yang tinggi
pada extraversion/surgency menjukan sikap optimis, antisipasi,
dorongan, aktifitas dan pencari sensasi yang tinggi. Dan mereka selalu
tersenyum dan tertawa.
2.
Anak yang memiliki
pengaruh negative yang tinggi cenderung pemalu dan sering ketakutan,
frustasi, sedih, tidak nyaman dan tidak mudah puas.
3.
Anak yang memiliki kemampun mengontrol
yang tinggi akan pintar untuk fokus dan menggilir perhatian mereka. Mereka
merencanakan untuk masa depan.
Sedangkan
kepribadian anak dibagi dalam 5 dimensi. Dimensi kepribadian anak di adaptasi
dari teori the big five personality.
Dimensi
kepribadian anak itu adalah:
1.
Ekstroversion (sering
disebut surgency): anak yang tinggi pada dimensi ini cenderung penuh
semangat, antusias, dominan, ramah, dan komunikatif. anak yang sebaliknya akan
cenderung pemalu, tidak percaya diri, submisif, dan pendiam.
2.
Agreeableness: anak yang tinggi
pada dimensi Agreeableness cenderung ramah, kooperatif, mudah
percaya, dan hangat. anak yang rendah pada dimensi ini cenderung dingin, konfrontatif
dan kejam.
3.
Conscientiousness (disebut
juga lack of impulsivity): anak yang tinggi pada
dimensiconscientiousness umumnya hati-hati, dapat diandalkan, teratur dan
bertanggungjawab. anak yang rendah pada
dimensi conscientiousness atau impulsive cenderung ceroboh,
berantakan, dan tidak dapat diandalkan.
4.
Neuroticism: (disebut
juga emotional instability): anak yang tinggi dalam
dimensineuroticism cenderung gugup, sensitive, tegang, dan mudah cemas.
anak yang rendah dalam dimensi ini cenderung tenang dan santai.
5.
Openness: (juga sering
disebut culture atau intellect): anak yang tinggi dalam
dimensiopenness umumnya terlihat imajinatif, menyenangkan, kreatif, dan
artistic. anak yang rendah dalam dimensi ini umumnya dangkal, membosankan atau
sederhana.
Temperamen dan kepribadian anak
menentukan bagaimana anak bereaksi terhadap masalah yang sedang dihadapi.
Mengetahui temperamen dan kepribadian anak sangat penting untuk berinteraksi
dengan anak, apalagi bagi orang tua dan guru. Dengan mengetahui temperamen dan
kepribadian anak akan memudahkan memberikan bentuk
perlakuan/pendidikan/pengajaran yang sesuai.[7]
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi anak
temperamen
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat (dalam Masykouri, 2005: 12.7)
sekitar 5-10% anak usia sekolah menunjukan tempremen.
Secara umum, anak laki-laki lebih banyak menampilkan perilaku agresif,
dibandingkan anak perempuan. Menurut penelitian, perbandingannya 5 berbanding
1, artinya jumlah anak laki-laki yang melakukan perilaku agresif kira-kira 5
kali lebih banyak dibandingkan anak perempuan.
Lebih lanjut
Masykouri menejelaskan, penyebab perilaku
agresif
diindikasikan
oleh empat faktor utama yaitu gangguan biologis dan penyakit, lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan pengaruh budaya negatif. Faktor-faktor
penyebab ini sifatnya kompleks dan tidak mungkin hanya satu faktor saja yang
menjadi penyebab timbulnya perilaku agresif. Keempat faktor penyebab anak berperilaku agresif
adalah sebagai berikut:[8]
a.
Faktor Biologis
Emosi
dan perilaku dapat dipengaruhi oleh faktor genetic, neurologist atau faktor
biokimia, juga kombinasi dari faktor ketiganya. yang jelas, ada hubungan antara
tubuh dan perilaku, sehingga sangat beralasan untuk mencari penyebab biologis
dari gangguan perilaku atau emosional. misalnya, ketergantungan ibu pada
alcohol ketika janin masih dalam kandungan dapat menyebAnak berkebutuhan
khususan berbagai gangguan termasuk emosi dan perilaku.
Ayah yang
peminum alkohol menurut penelitaian juga beresiko tinggi menimbulkan perilaku
agresif pada anak. Perilaku agresif dapat juga muncul pada anak yang orang
tuanya penderita psikopat (gangguan kejiwaan).
Semua anak
sebenarnya lahir dengan keadaan biologis tertentu yang menentukan gaya tingkah
laku atau temperamennya, meskipun temperamen dapat berubah sesuai pengasuhan.
Selain itu, penyakit kurang gizi, bahkan cedera otak, dapat menjadi penyebab
timbulnya gangguan emosi atau tingkah laku.[9]
b.
Faktor Keluarga
Faktor keluarga
yang dapat menyebAnak berkebutuhan khususan perilaku agresif dapat
diidentifikasikan seperti berikut.
1.
Pola asuh orang tua yang menerapkan
disiplin dengan tidak konsisiten. Misalnya orang tua sering mengancam anak jika
anak berani melakukan hal yang menyimpang. Tetapi ketika perilaku tersebut
benar-benar dilakukan anak hukuman tersebut kadang diberikan kadang tidak,
membuat anak bingung karena tidak ada standar yang jelas. hal ini memicu
perilaku agresif pada anak. Ketidakonsistenan penerapan disiplin jika juga
terjadi bila ada pertentangan pola asuh antara kedua orang tua, misalnya si Ibu
kurang disiplin dan mudah melupakan perilaku anak yang menyimpang, sedang si
ayah ingin memberikan hukuman yang keras.
2.
Sikap permisif orang tua, yang biasanya
berawal dari sikap orang tua yang merasa tidak dapat efektif untuk menghentikan
perilaku menyimpang anaknya, sehingga cenderung membiarkan saja atau tidak mau
tahu. Sikap permisif ini membuat perilaku agresif cenderung menetap.
3.
Sikap yang keras dan penuh tuntutan,
yaitu orang tua yang terbiasa menggunakan gaya instruksi agar anak melakukan
atau tidak melakukan sesuatu, jarang memberikan kesempatan pada anak untuk
berdiskusi atau berbicara akrab dalam suasana kekeluargaan. Dalam hal ini
muncul hukum aksi-reaksi, semakin anak dituntut orang tua, semakin tinggi
keinginan anak untuk memberontak dengan perilaku agresif.
4.
Gagal memberikan hukuman yang tepat,
sehingga hukuman justru menimbulkan sikap permusuhan anak pada orang tua dan
meningkatkan sikap perilaku agresif anak.
5.
Memberi hadiah pada perilaku agresif
atau memberikan hukuman untuk perilaku prososial.
6.
Kurang memonitor dimana anak-anak berada
7.
Kurang memberikan aturan
8.
Tingkat komunikasi verbal yang rendah
9.
Gagal menjadi model yang
10.
Ibu yang depresif yang mudah marah
c.
Faktor Sekolah
Beberapa anak dapat mengalami
masalah emosi atau perilaku sebelum mereka mulai masuk sekolah, sedangkan
beberapa anak yang lainnya tampak mulai menunjukkan perilaku agresif ketika
mulai bersekolah. Faktor sekolah yang berpengaruh antara lain: 1) teman sebaya,
lingkungan sosial sekolah, 2) para guru, dan 3) disiplin sekolah.[10]
1.
Pengalaman bersekolah dan lingkungannya
memiliki peranan penting dalam pembentukan perilaku agresif anak demikian juga
temperamen teman sebaya dan kompetensi sosial
2.
Guru-guru di sekolah sangat berperan
dalam munculnya masalah emosi dan perilaku itu. Perilaku agresifitas guru dapat
dijadikan model oleh anak.
3.
Disiplin sekolah yang sangat kaku atau
sangat longgar di lingkungan sekolah akan sangat membingungkan anak yang masih
membutuhkan panduan untuk berperilaku. Lingkungan sekolah dianggap oleh anak
sebagai lingkungan yang memperhatikan dirinya. Bentuk pehatian itu dapat berupa
hukuman, kritikan ataupun sanjungan.
d.
Faktor Budaya
Pengaruh budaya
yang negatif mempengaruhi pikiran melalui penayangan kekerasan yang ditampilkan
di media, terutama televisi dan film. Menurut Bandura (dalam Masykouri, 2005:
12.10) mengungkapkan beberapa akibat penayangan kekerasan di media, sebagai
berikut.[11]
1.
Mengajari anak dengan tipe perilaku
agresif dan ide umum bahwa segala masalah dapat diatasi
dengan perilaku agresif.
2.
Anda menyaksikan bahwa kekerasan bisa
mematahkan rintangan terhadap kekerasan dan perilaku agresif, sehingga perilaku
agresif tampak lumrah dan bisa diterima.
3.
Menjadi tidak sensitif dan terbiasa
dengan kekerasan dan penderitaan (menumpulkan empati dan kepekaan sosial).
4.
Membentuk citra manusia tentang
kenyataan dan cenderung menganggap dunia sebagai tempat yang tidak aman untuk
hidup.
Selain itu,
faktor teman sebaya juga merupakan sumber yang paling mempengaruhi anak. Ini
merupakan faktor yang paling mungkin terjadi ketika perilaku agresif dilakukan
secara berkelompok. Ada teman yang mempengaruhi mereka agar melakukan tindakan-tindakan
agresif terhadap anak lain. Biasanya ada ketua kelompok yang
dianggap sebagai anak yang jagoan, sehingga perkataan dan kemauanya selalu
diikuti oleh temannya yang lain. Faktor-faktor Penyebab Anak Berperilaku Agresif
di atas sangat kompleks dan saling mempengaruhi satu sama lain.
C.
Upaya
orang tua dalam pandangan islam dalam Meminimalisasi anak tempremen
Orang tua adalah
sosok yang sangat penting dalam perkembangan anak. Orang tua adalah guru
terpenting bagi anak-anak. Mereka harus mampu memberikan yang terbaik untuk
anaknya. Hal sekecil apapun harus diantisipasi oleh orang tua mengenai dampak
positif dan negatif yang dapat diterima anak. Segala sesuatu adalah berproses,
demikian juga dalam hal mendidik anak. Berikut beberapa tahapan dalam membina
dan mendidik anak[12]
1.
Membiasakan anak untuk mengerjakan
ibadah
Diantara yang
perlu ditanamkan sejak dini dalam diri anak-anak adalah kesadaran untuk
mengerjakan sholat wajib. Yang demikian ini disebutkan dalam firman Allah :
وَأْمُرْأَهْلَكَ بِالصَّلَاةِوَاصْطَبِرْعَلَيْهَا
“ perintahkan keluargamu untuk mengerjakan
sholat dan bersabar atasnya ” (QS. Thoha:132).
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda
yang artinya: “ajarkan sholat pada anak anak disaat berumur 7 tahun” (HR.
At-Tirmidzi).
Selain itu pula hendaknya orang tua memotivasi
anak-anak untuk mengerjakan ibadah yang lain agar ketika mereka mencapai usia
balig, mereka sudah terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut.
2.
Memberikan teladan yang baik
Teladan yang
baik merupakan hal terpenting dalam keberhasilan mendidik anak.Telah diketahui
bersama bahwa seorang anak itu suka meniru tingah laku orang tuanya.Bila orang
tua memberikan teladan yang baik kepada anaknya niscaya anak tersebut menjadi
pribadi yang baik. Begitu juga sebaliknya. Maka hendaknya orang tua
memperhatikan dan tidak menyepelekan masalah ini, serta jangan pula apa yang
dikerjakan bertentangan dengan apa yang dikatakan. Alloh berfirman yang artinya
: ”Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa yang tidak
kalian kerjakan. Amat besar kemurkaan disisi Alloh ta’ala bila kalian
mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan” (QS. Ash –Shof : 2-3)
3.
Menjauhkan mereka dari teman teman yang
buruk
Hendaknya orang
tua memberikan pengarahan kepada anak-anaknya agar memilih teman-teman
yang baik agama dan budi pekertinya. Juga selayaknya orang tua memberikan
pengertian dan senantiasa mengingatkan mereka akan bahaya bergaul dengan
orang-orang tak sholih.
Rosululloh
shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Sesungguhnya,
perumpamaan teman baik dengan teman buruk, seperti penjual minyak wangi dan
pandai besi; adapun penjual minyak, maka bisa jadi dia akan memberimu hadiah
atau engkau membeli darinya atau mendapatkan aromanya; dan adapun pandai besi,
maka boleh jadi ia akan membakar pakaianmu atau engkau menemukan bau busuk” (HR
Bukhari dan Muslim)
4.
Membentengi diri mereka dari hal hal
yang merusak akhlak mereka.
Penyebab
banyaknya penyimpangan yang dilakukan anak-anak baik dari segi aqidah maupun
akhlak adalah apa yang mereka saksikan baik di media cetak maupun elektronik
berupa gambar-gambar atau tayangan-tayangan yang merusak agama mereka.
Solusinya adalah terus memantau aktivitas sehari-hari mereka, serta memberikan
bimbingan akan dampak negatif dari kemajuan teknologi. Yang demikian ini bukan
berarti melarang mereka untuk menggunakan sarana informasi dan komunikasi, hanya
merupakan pengarahan agar teknologi bisa termanfaatkan dengan baik.[13]
5.
Mengajarkan nilai-nilai luhur dalam
ajaran islam
Sudah
sepantasnya bagi orang tua untuk menanamkan nilai-nilai luhur pada diri
anak-anaknya, seperti pentingnya iman dan islam, kecintaan pada Alloh Ta’ala
dan Rosul-Nya shollallohu ‘alaihi wa sallam (yang nantinya membuahkan
ketaatan terhadap perintah-perintah dan meninggalkan larangan-larangan), juga
mengajarkan mereka adab-adab islam sehari-hari,( seperti adab berpakaian, makan
dan minum dsb), dzikir-dzikir dan doa-doa, cara bertutur kata, bergaul dengan
baik terhadap orang yang lebih tua dan sesama, cinta akan kebersihan dan
perilaku baik lainya.
6.
Bersikap adil
Yaitu bersikap
kepada anak-anak, tidak membedakan antara satu anak dengan anak yang lainya
dalam segala hal, baik dari sisi kasih sayang, perhatian, pengajaran, nafkah,
hadiah dan lain sebagainya sehingga tidak terjadi kecemburuan diantara mereka.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
فَاتَّقُوااللَّهَ وَاعْدِلُوابَيْنَ أَوْلاَدِكُمْ
“Bertaqwalah
kalian kepada Alloh, dan berbuat adillah terhadap anak-anak kalian” (HR.
Muslim)
7.
Mendoakan kebaikan bagi mereka
Hendaknya orang tua menyadari bahwa hidayah berada
di tangan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Alloh memberikan hidayah kepada
siapa saja yang Ia kehendaki dengan rahmat dan karunia-Nya, sedang orang tua
hanya bisa mengajarkan, mengarahkan, dan membimbing anak-anaknya. Oleh karena
itu hendaknya memperbanyak berdoa untuk kebaikan mereka.
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَاهَبْ لَنَامِنْ
أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَاقُرَّةَأَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَالِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا
“
mereka berdoa: “ wahai Robb kami, berikanlah kami penyejuk hati dari
istri-istri dan anak-anak kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang
yang bertaqwa” (QS. Al-Furqon: 74).
Namun sebaliknnya, jauhilah dari mendoakan kejelekan
bagi mereka (seperti: mengutuk, membodoh-bodohi, melaknat dan yang semisalnya)
Anak adalah amanah dari Alloh, dan kita
diperintahkan agar bisa menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya.Semoga kita
mampu menjaga dan menunaikan amanat yang diberikan kepada kita.
8.
Pahami anak
sebagai individu yang berbeda.
Seorang anak dengan yang lainnya
memiliki karakter yang berbeda. Memiliki bakat dan minat yang berbeda pula.
Karenanya, dalam menyerap ilmu dan mengamalkannya berbeda satu dengan yang
lainnya. Sering terjadi kasus, terutama pada pasangan muda, orangtua mengalami
“sindroma” anak pertama. Karena didorong idealisme yang tinggi, mereka
memperlakukan anak tanpa memerhatikan aspek-aspek perkembangan dan pertumbuhan
anak. Misal, anak dipompa untuk bisa menulis dan membaca pada usia 2 tahun,
tanpa memerhatikan tingkat kemampuan dan motorik halus (kemampuan
mengoordinasikan gerakan tangan) anak.
فَاتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ
“Maka
bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.” (At-Taghabun: 16)
Hadits
dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
فَإِذَا
نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَاجْتَنِبُوهُ وَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ
“Apabila
aku melarangmu dari sesuatu maka jauhi dia. Bila aku perintahkan kamu suatu
perkara maka tunaikanlah semampumu.” (HR. Al-Bukhari, no. 7288)
Kata
مَا اسْتَطَعْتُم (semampumu) menunjukkan kemampuan dan kesanggupan seseorang
berbeda-beda, bertingkat-tingkat, satu dengan lainnya tidak bisa disamakan. Ini
semua karena pengaruh berbagai macam latar belakang.
9.
Memberi
tugas hendaklah sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.
لَا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
“Allah
tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
(Al-Baqarah: 286)
10.
Berusahalah
untuk selalu menghargai niat, usaha dan kesungguhan anak.
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
إِنَّ اللهَ
لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya
Allah tidak melihat kepada bentuk rupa dan harta kalian, tapi Allah melihat
kepada hati (niat) dan amal-amal kalian.” (HR. Muslim no. 2564)
Jangan
mencaci maki anak karena kegagalannya. Tapi berikan ungkapan-ungkapan yang bisa
memotivasi anak untuk bangkit dari kegagalannya. Misal, “Abi tidak marah kok,
Ahmad belum hafal surat Yasin. Abi tahu, Ahmad sudah berusaha menghafal. Lain
kali, kita coba lagi ya.”
11.
Tidak
membentak, memaki dan merendahkan anak. Apalagi di hadapan
teman-temannya atau di hadapan umum. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلًا مَعْرُوفًا
“Dan ucapkanlah
kepada mereka kata-kata yang baik.” (An-Nisa`: 5)
12.
Tidak membuka
aib (kekurangan, kejelekan) yang ada pada anak di hadapan orang lain.
Dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
مَنْ سَتَرَ
مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa
menutup (aib) seorang muslim, Allah akan menutup (aib) dirinya pada hari
kiamat.” (HR. Al-Bukhari no. 2442)
13.
Jika anak
melakukan kesalahan, jangan hanya menunjukkan kesalahannya semata. Tapi
berilah solusi dengan memberitahu perbuatan yang benar yang seharusnya dia
lakukan. Tentunya, dengan cara yang hikmah. ‘Umar bin Abi Salamah radhiyallahu
‘anhu berkata:
كُنْتُ غُلَامًا فِي حِجْرِ رَسُولِ اللهِ
صلى الله عليه وسلم وَكَانَتْ يَدِي تَطِيشُ فِي الصَّحْفَةِ
فَقَالَ لِي رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: يَا غُلَامُ، سَمِّ
اللهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيْكَ
“Saat
saya masih kecil dalam asuhan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, saya
menggerak-gerakkan tangan di dalam nampan (yang ada makanannya). Lantas
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menasihatiku, ‘Wahai ananda,
sebutlah nama Allah (yaitu bacalah Bismillah saat hendak makan). Makanlah
dengan tangan kananmu, dan makanlah dari makanan yang ada di sisi dekatmu’.”
(HR. Al-Bukhari no. 5376)
14.
Tidak memanggil
atau menyeru anak dengan sebutan yang jelek. Seperti perkataan: “Dasar
bodoh!” Ini berdasarkan hadits Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ
تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِلاَّ بِخَيْرٍ فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ
“Janganlah
kalian menyeru (berdoa) atas diri kalian kecuali dengan sesuatu yang baik.
Karena, sesungguhnya malaikat akan mengaminkan atas apa yang kalian ucapkan.”
(HR. Muslim no. 920)
15.
Perbanyak
ucapan-ucapan yang mengandung muatan doa pada saat di hadapan anak.
Seperti ucapan:
بَارَكَ اللهُ فِيْكُمْ
“Semoga
Allah memberkahi kalian.”
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا
“Serta
ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.” (Al-Baqarah: 83)
Juga
selalu mendoakan kebaikan bagi sang anak, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala:
وَالَّذِينَ
يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Dan
orang-orang yang berkata: ‘Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri
kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam
bagi orang-orang yang bertakwa’.” (Al-Furqan: 74)
16.
Berusahalah
untuk senantiasa berlaku hikmah dalam menghadapi masalah anak. Tidak
mengedepankan emosi. Tidak mudah menjatuhkan sanksi. Telusuri setiap masalah
yang ada pada anak dengan penuh hikmah, tabayyun (klarifikasi). Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman:
وَمَنْ
يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا
“Dan
barangsiapa yang dianugerahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi
karunia yang banyak.” (Al-Baqarah: 269)
17.
Berusahalah
bersikap adil terhadap anak-anak dan berbuat baik kepadanya.
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ
وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
(An-Nahl: 90)
18.
Hindari
sikap-sikap dan tindakan yang menjadikan anak mengalami trauma, blocking
(mogok), malas atau enggan belajar. Sebaliknya, ciptakan suasana yang
menyenangkan dalam belajar. Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَسِّرُوا
وَلاَ تُعَسِّرُوا، بَشِّرُوا وَلاَ تُنَفِّرُوا
“Permudah
dan jangan kalian persulit. Gembirakan, dan jangan kalian membuat (mereka) lari.”
(HR. Al-Bukhari no. 69)
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Peran orang tua
sangat penting, karena orang tua adalah pengenalan pertama tentang pendidikan.
Pada masa usia dini anak harus memenuhi aspek-aspek perkembangan seperti moral,
bahasa, kognitif, emosi, social, dan agama. Setiap anak memiliki perkembangan
yang berbeda, karena cara pola asuh mereka tidak sama. Ali bin Abi Tholib as,
mengatakan “didik dan ajarilah mereka (istri dan anak-anak) hal-hal kebaikan”.
Risalah Hadist Nabi telah menjustifikasi akan pentingnya pendidikan anak usia
dini. Dalam hadist diterangkan bahwa “ Setiap anak dilahirkan atas fitrah,
sehingga lancar lidahnya, maka orang tuanya yang menjadikan dia beragama
Yahudi, Nasrani, atau Majusi.
B.
Saran-saran
Sebaiknya dalam
membina dan mendidik anak harus memperhatikan tahapan-tahapan seperti memilih
istri yang sholehah, membiasakn anak untuk mengerjakan sholat, memberikan
teladan yang baik, menjauhkan mereka dari teman-teman yang buruk, membentengi
diri mereka dari hal-hal yang merusak akhlak mereka, mengajarkan nilai-nilai
luhur dalam ajaran Islam, bersikap adil, mendo’akan kebaikan bagi mereka.
DAFTAR
PUSTAKA
Husdarta. Kusmaedi,
Nurlan.2010.Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik.Bandung: Alfabeta.
Hurlock,
E.B.1993.Psikologi Perkembangan.Jakarta: Erlangga.
Desmita , 1998
Psikologi perkembangan pergaulan ,.hj.Samsununyati Spsi;
Penerbit PT. Remaja posda
Penerbit PT. Remaja posda
Ihsan, Drs.H.Fuad: Pt
Rineka Cipta
Komara,Endang,2004
Metode Penulisan ,Karya ilmiah Bandung ; Multazam
Makmun ,Abu syamsudin
WlX fsikologi pendidikan Subino 1982 , Bimbingan skripsi, Bandung : ABAYAPARI
Sahlan syafei,
Muhamad,Lembaga pendidikan pelopor ilmu elkobama (LPZIE)
Undang, Gunawan ,dkk
1998 Peningkatan Mutu Proses Belajar Mengajar di
Sekolah Bandung Siger tengah
Sekolah Bandung Siger tengah
Bimbingan dan
penyuluhan,ProyekBalai Peiiataraii guru Terbatas,Psikologi
umum ,Bandung
umum ,Bandung
Direktorat Jendral
Pendidikan dasar dan menengah,Piisat pengembangan
proydc Balai Penataran Guru terbatas 1982-1983
proydc Balai Penataran Guru terbatas 1982-1983
Depdikbud ,1976 Kamns
Besar Bahasa Indonesia Jakarta .Balai Pustaka
Departemen Pendidikan
Nasional ,Pendidikan Anak Usia Dini (2003) Jakarta.
Depdikbud , 1993 Empat
Strategi dasar kebijakan Pendidikan Nasional seri
kebijaksanaan.
kebijaksanaan.
[1]
Husdarta. Kusmaedi, Nurlan.2010.Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta
Didik.Bandung: Alfabeta.
[2] Hurlock, E.B.1993.Psikologi
Perkembangan.Jakarta: Erlangga.
[3] Desmita , 1998 Psikologi
perkembangan pergaulan ,.hj.Samsununyati Spsi;
Penerbit PT. Remaja posda
Penerbit PT. Remaja posda
[4] Ihsan, Drs.H.Fuad: Pt Rineka
Cipta
[5] Komara,Endang,2004 Metode
Penulisan ,Karya ilmiah Bandung ; Multazam
[6] Makmun ,Abu syamsudin
WlXfsikologi pendidikan Subino 1982 ,Bimbingan skripsi, Bandung : ABAYAPARI
[7] Sahlan syafei, Muhamad,Lembaga pendidikan
pelopor ilmu elkobama (LPZIE)
[8] Undang, Gunawan ,dkk 1998
Peningkatan Mutu Proses Belajar Mengajar di
Sekolah Bandung Siger tengah
Sekolah Bandung Siger tengah
[9] Bimbingan dan
penyuluhan,ProyekBalai Peiiataraii guru Terbatas,Psikologi
umum ,Bandung
umum ,Bandung
[10] Direktorat Jendral Pendidikan
dasar dan menengah,Piisat pengembangan
proydc Balai Penataran Guru terbatas 1982-1983
proydc Balai Penataran Guru terbatas 1982-1983
[11] Depdikbud ,1976 Kamns Besar
Bahasa Indonesia Jakarta .Balai Pustaka
[12] Departemen Pendidikan Nasional
,Pendidikan Anak Usia Dini (2003) Jakarta.
[13] Depdikbud , 1993 Empat Strategi
dasar kebijakan Pendidikan Nasional seri
kebijaksanaan.
kebijaksanaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar