Acep Syahril 1
Koruptor + Tai
di atas kloset tanpa
mengetuk pintu dia masuk
ke dalam dirinya
seseorang sejak tadi menunggu
untuk bercakap-cakap di
sebuah ruang tak
ber air condition sejuk
aman dan dia sulit
membayangkan betapa
nyamannya di dalam
tapi sayang dia jarang
pulang
selesai ngeden dia kembali ke dalam sejenak
hidungnya terganggu
oleh tainya yang meleset
bukankah
ini bau taimu yang sama dengan
bau
tai mereka lagi pula mengapa kau cemaskan
fikiranmu
ingin tampil dengan tai yang berbeda
dan
lolos cek tai dari pemeriksaan sebuah lembaga
lalu dia geremet kepalanya membayangkan
tai yang encer dan
kelam biji kedele dari
tempe kangkung
dan bayam dari puluhan juta
burit yang
seringkali gagal dicerna
lagi
pula mengapa kau cemaskan fikiranmu
bukankah
tak ada cakar ayam gigi tetanggamu
atau
biji besi dari taimu untuk dijadikan
barang
bukti
selesai ngeden dia merasa malu ketika
seseorang itu semakin
banyak tau tentang
dirinya selain makanan
yang dia konsumsi dan
kloset tempatnya
membuang tai menjadi fokus
percakapan
mengapa
kau cemaskan fikiranmu bukankah kloset
dan
tai tak boleh dihadirkan untuk jadi saksi
sekali lagi dia geremet kepalanya sambil
membayangkan anak-anak
dan istrinya yang selalu
ingin tampil beda
dengan rumah serta perhiasan
dan pasilitas mewah
yang mereka punya tiba-tiba
berubah jadi hewan buas
yang perlahan-lahan
menggerogoti daging
serta akal fikiran mereka
mengapa
kau cemaskan fikiranmu
bukankah
semua itu hanya bagian dari gaya
hidup
yang juga dimiliki para penyidik
pimpinan
sidang atau hakim yang senantiasa
tersenyum
padamu
selesai ngeden dia kembali kedalam tapi
kali ini dia dikejutkan
oleh wajahnya sendiri
yang tampak tak utuh di
tembok kramik serta
kemaluannya yang mulai
terhalang oleh lemak
yang kian mumbung di perutnya
mengapa
kau cemaskan fikiranmu bukankah
keberanian
dan ketakutan adalah pilihan
dan
resiko yang akan menentukan jalan ke depan
kembali dia geremet kepalanya dan membayangkan
wajahnya muncul di
televisi dan di koran-koran
yang kemudian
menghambat proses pelepasan
tainya dengan posisi
yang tidak nyaman di atas
kloset serta tarikan
nafas yang mulai tersendat
membuatnya ingin selalu
dekat pada seseorang
tadi dengan bertanya
apa yang harus kulakukan
mengapa
kau cemaskan fikiranmu
padahal
kau tak pernah mencemaskan
kepiawaianmu
menculik angka-angka dari sumber
keringat
dan darah serta menculik waktu yang
tak
mungkin bisa kau kembalikan seperti semula
atau
menculik kata-kata yang kau kira bisa
bikin
semua orang percaya
pulanglah
sering-seringlah
pulang ke rumahmu ini sebelum
kau
benar-benar pulang cuma membawa daging
busuk
dan tai
Indramayu, 2007
Acep Syahril
Negeri Yatim
:wiji thukul wijaya
di rumahmu yang sumpek
itu tanpa basa basi kita
saling mentertawakan
diri sendiri kau tertawa
melihat telapak kakiku
yang lebar aku juga tertawa
melihat mata dan gigimu
yang maju nanar
leak karib yang
mempertemukan kita cuma tertawa
lalu kau perkenalkan
sipon istrimu padaku aku serius
menyambut uluran
tangannya tanpa tawa karena aku
tau kau terus mengawasi
hatiku yang menggoda
setelah itu kita mulai
cerita dan tak banyak bicara
soal sastra tapi
sedikit menyinggung tentang negara
kau bilang hidup di indonesia
seperti bukan hidup
di negara kita lalu ku
bilang kalau saat ini kita
hidup di negeri yatim
yang sudah lama di tinggal
mati bapak sedang ibu
pergi menjadi angin
kau cuma
mengangguk-angguk tapi dari dialekmu
yang gagap dan cadel
itu kau seolah memeram amarah
kau bilang ibu kita
yang angin itu telah di kawin
paksa lelaki kejam dan
tiram
dia sering kali
mengirim tentara polisi dan
mata-matanya untuk
menghabisimu serta teman-teman kita
mereka
tidak lebih jantan dariku
mereka
seperti sudah kehabisan akal bahkan tak
punya
waktu berpikir untuk mengatasi persoalan
bangsanya
selain menggunakan fisik kekuasaan
dan
senjata menculik atau kalau bisa membantainya
mereka
sungguh tak punya malu sayang ibu kita
cuma
angin katamu
sejenak kita terdiam
tapi aku membaca siratan kecewa
di gelisahmu tentang
pilih kasih orang tua kita
yang lebih berpihak
pada penghianat maling dan
pecundang itu karena
mereka adalah asset hidup yang
bisa dijadikan pemuas
nafsu para penegak hukum
dan aku juga bercerita
banyak soal saudara-saudara
kita yang dikejar-kejar
polisi karena mencuri ayam
atau jemuran
tetangganya lalu kaki atau paha mereka
dibolongi timah panas
kalau tidak digebugi sampai
sekarat dengan
interogasi gaya
kompeni
di luar matahari tegak
berdiri di dalam kau tengkurap
di amben bambu
pringgati aku duduk di sofa bodol
kempes yang kondisinya
seperti saudara-saudara kita
yang kurang gizi
sembari cerita kalau kemarin
aku baru saja berkelahi
dengan polsuska distasiun
balapan solo seusai
baca puisi di gerbong eksekutif
karena meraka kira aku
sedang demonstrasi atau sedang
menghasut orang untuk
menentang kejahatan penguasa
di negeri ini setelah
sempat pukul-pukulan aku lari
karena aku tau ibu kita
cuma angin sedangkan mereka
tak punya hati lalu kau
tertawa dengan mata terbenam
dan mengingatkan agar
aku jangan lagi ngamen puisi
di depan polisi
tak terasa di luar
matahari makin miring ke kiri
sementara kita masih
ingin menuntaskan rindu
untuk bicara apa saja
tentang negara dan berencana
mencari kuburan bapak
yang entah dimana serta
menunggu belaian ibu
yang hanya terasa kelembutannya
ah
kita benar-benar yatim katamu
dan sebelum matahari
benar-benar pergi aku pamit dengan
harapan kita bisa
bertemu dan saling mentertawakan diri
lagi membacakan puisi
dengan leluasa di hadapan ibu
tapi kuperhatikan kau
tercenung lama seperti ada
sisa kecewa yang belum
juga bisa kau terima atas siksa
yang pernah kau rasa
dari kepal tinju para penindas
dan hantaman popor
senjata kaki tangan penguasa lalu
dengan arif kujagakan
kediamanmu serta meyakinkan
kalau suatu saat ibu
kita yang angin itu akan
memuntahkan kembali
segala bentuk kecurigaan dan
tuduhan serta pidato
pediti politik atau ceramah
cerimih mereka lalu
kata-katanya berubah jadi hewan
buas menakutkan yang
akan mencabik-cabik mulut mereka
dan senantiasa mengusik
setiap upacara pagi apel bendera
Solo, Tegal, Indramayu
1993-2003
Acep Syahril
Surat Cinta
Dari Sangkakala
ya allah
telah kami terima surat cintamu
tertanggal hari ini
yang dikirim peniup
seruling sejati
diantara kealfaan dan keasyik
masyukkan kami surat cinta yang engkau
tulis dengan tinta biru
sebagai tanda kasih
dan maha sayangmu surat cinta yang begitu
panjang menegangkan
yang engkau tulis tak
sampai dalam satu
tarikan nafas membuat kami
terus menangis terisak
tersedu membaca gugusan
kata-kata hancur
berserak dengan tubuh dan
nyawa terlunta-lunta
surat cinta yang
bercerita tentang tanah
darat laut udara
sebagai ungkapan rindumu
yang membuat kami malu
kami tau inilah
surat cintamu
yang telah engkau janjikan itu
dan telah kami terima
saat mata hati dan
perasaan kami menjauh
fana
ya allah
inikah surat cintamu dengan segala keputusan
yang harus kami terima
selain bencana korupsi
yang nyaris membuat
kami hilang akal dan putus
asa surat cinta yang kertasnya lembab di tangan
kesedihan tak berkira
dengan torehan luka
maha dalam
surat cinta yang
bercerita tentang hujan
dan panas surat cinta yang
bercerita tentang
air berwajah beringas
dengan lidah api dari
laut lepas surat cinta yang
bercerita tentang
gunung abu dan
batu-batu ganas surat
cinta
yang bercerita tentang
tanah pasir dan lendir
panas surat cinta yang bercerita tentang
angkasa dan
burung-burung meranggas surat
cinta yang bercerita
tentang pohon-pohon dan
akar yang dikelupas dan
surat cinta
yang
bercerita tentang tanah
rumah nyawa yang
hilang nafas
ya allah
inikah surat cintamu yang penuh cemburu itu
yang dikirim peniup
seruling sejatimu disaat
kami lupa mengingat dan
merayumu surat
cinta
yang memang sepatutnya
kami terima sebagai
bukti bahwa kau
benar-benar maha mencintai
sementara kami
berpaling dari kemaha asih
dan sayangmu
ya allah
maafkanlah kami yang
telah berselingkuh dari
kemaha setiaanmu dan
berpaling ke cinta yang
tak kau ridhoi dengan
mencuri memamah hak dan
daging saudara sendiri
menabur fitnah hasut dan
saling ingin menguasai
tanah sekerabat sedarah
seurat tanah yang kau
ciptabentang tegakkan
urat yang kau
sebarsuburkan dan darah yang kau alirhidupkan telah
kami rusak dengan
saling
mencacah menumbuk penuh
takabur dengan kekuatan
keangkuhan kerakusan
dan keserakahan
tapi kini apa yang kami
cintai itu telah
engkau ratakan dengan
tanah harta tahta
dan dunia berubah runta darah daging dan
tulang membusuk
dimana-mana
sekarang kami tak tau
di mana ayah di mana
ibu di mana anak di
mana adik di mana kakak
di mana ipar di mana
keponakan di mana
saudara famili kerabat
dan handai taulan
di mana di mana di mana
yatim kan
kami titipkan
ya allah
hari ni kami baru sadar
akan jalan pulang
setelah membaca surat cintamu yang panjang
menegangkan surat cinta yang
mengingatkan kami
untuk bertandang menemu
cahya menemu gulita
menemu alfa menemu
cinta yang mengajarkan
kami untuk pulang ke
bilik ke latifa
ke bilik ke sadik ke
bilik baqa
ya allah
ampunilah kami
hamba-hambamu yang tak punya
malu ini ampunilah
ampunilah ampunilah
kami ya allah
Pringkasap, Indramayu,
28 Desember 2004
Acep Syahril
Pulang*
: hamsad rangkuti
akhirnya kau pulang
juga kawan
meninggalkan malam
meninggalkan siang meninggalkan
sedih meninggalkan
riang yang senantiasa mengajarkan
pergi mengaji waktu
mengaji akal mengaji daging
mengaji darah mengaji
rasa mengaji nyeri dan
mengaji janji dulu kau
sering membilang pulang
tapi sesungguhnya kau
tak pernah benar-benar pulang
kau hanya pulang
menempati gudang makanan tidak
pulang bercermin di
ruang paling dalam hari ini
kau benar-benar pulang
kawan menitip letih ke sunyi
menitip gelisah ke
istirah semestinya dulu kau
tidak membilang pulang
kawan jika hanya ingin pergi
ke rumah semestinyalah
dulu kau tidak membilang
pulang kawan jika
akhirnya kau akan pergi lagi
padahal pulang
sesungguhnya bercermin berkaca pada
hati nurani padahal
pulang sesungguhnya menemu
diri sendiri setelah
itu mati akhirnya kau pulang
juga kawan setelah
bosan pergi ke rumah setelah
jenuh mencari denah
setelah bosan pergi ke tahta
setelah jenuh mencari
harta setelah bosan menggandeng
raidah samsiar sundari
dan nurjanah dulu
berkali-kali kau
katakan pulang tapi kau pergi lagi
sesungguhnya dulu kau
tak pernah benar-benar
pulang tapi hanya
mencipta banyak luka hati
kemana-mana kau katakan
pulang lalu esoknya kau
pergi lagi dan sekarang
kau benar-benar pulang
dan tak kan pernah bisa pergi
lagi kawan!
Jakarta, bandung 1999-2005
*sajak
ini belum sempat dibacakan di upacara pemakaman
Acep Syahril
Dolly Maribaya Keleju
dan Pasar Kembang
: dari kamar reni
puisi lagi kata kalian
bosan karena tak
seperti penyanyi dangdut
yang menyebut nama pak
lurah pak kepala desa
bong supit pak kumis
tukang sate kambing atau
juragan buah pala
tapi tenang dulu
teman-temanku sayang di sini
ada namamu nama kalian
nurbaiti kasini
kokom dewi dan endang
yang sejajar dengan evita
peron meski nasibnya
lebih baik dari kalian
yang sukses memutar
pusar lelakinya dalam
kelambu politik argentina tapi
di sini kalian
juga lebih terhormat
karena bukan pencuri rakyat
sekarang mari kita
belajar dari kelalaian
dan kebodohan jangan
takut hidup miskin jangan
takut hidup dalam
kekurangan dan jangan takut
hidup di bawah tekanan
kekuasaan kalau pun
kalian sudah terlanjur
tinggal di sini biarkan
orang-orang bermimpi
tentang ranjang dan birahi
biarkan orang-orang
bercermin pada kebenaran
hatinya sendiri dengan
tetap menjaga ideologi
keperempuanan kalian
dan menjaga keinginan liar
dari kekecewaan serta
angan-angan yang berada
di atas kemampuan
tenanglah teman-temanku
sayang aku datang dengan
puisi yang akan memberi
setikit jalan meski
tidak terang tapi aku
yakin kalian sudah
terbiasa dengan
kegelapan dan sangat paham mana
yang lubang dan mana
jurang dalam
jadi kumohon izinkan
aku baca puisi
nanti malam kalau
kalian tak termasuk dalam
daftar pesanan kita
akan berbagi cerita tentang
segala hal tapi ajarkan
aku tentang kekecewaan
dan keputus asaan agar
aku bisa menjaga
keperkasaanku sayang
Keleju, Pekanbaru 1992
Acep Syahril
Bajingan
inilah sajakku
sajak yang kutulis atas
nama pertentangan dan
kalian takkan mau
memuatnya* karena tak sublim
dan tak berestetika
sajak yang ditulis berdasarkan
pengalaman kemerdekaan
dari jalan-jalan sajak
yang kumuntahkan begitu
saja yang kubacakan di
hadapan para petani
penumpang kereta kelas kiri
penumpang bis dengan
keringat bau terasi atau
di depan para preman
terminal di pelabuhan dan
di lokalisasi mereka
sangat senang dan menikmati
pahamilah kalau aku
bukan penyair tapi hanya
seonggok daging anyir
dengan darah basi untuk
mengingatkan kalian
yang tergelincir atau
menggelincirkan diri
seperti mencuri uang rakyat
korupsi koruptor babi
memperkosa hak segala
rakyat yang harus
dihormati menipu mengiming-
imingi rakyat kedudukan
kekuasaan dan kepentingan
diri sendiri dan hari
ini kalian kuingatkan
seburuk-buruknya sajak sejak
lama dia menyimpan
dunia dan nilai
yang bisa kalian jadikan
cermin tidak seperti
kaca di bupet atau
almarimu yang hanya
memantulkan rupa hantu
kampret
inilah sajakku
sajak kacang goreng
sajak goreng ubi sajak sambal
terasi sajak sakit gigi
dan sajak orang sakit hati
tapi sajakku tak
seperti kalian yang merasa hebat
dengan senjata memopor
muka orang tanpa merasa berdosa
menembaki orang dengan
alasan sesuai prosedur karena
merasa jadi penguasa
besar kepala suka meremehkan
dan merendahkan orang
sombong angkuh takabur tinggi
hati tak tau diri
skizofrenia
bajingan
Yogyakarta, Jambi, Jakarta, Indramayu,
1987-2007
Acep Syahril
Mandi Demokrasi
di panggang gunung
kidul ini ada sebuah jurang batu
luweng kera namanya
luweng itu tempat pembantaian
dan pembuangan
orang-orang partai komunis indonesia
termasuk
saudara-saudara bapak dan saudara ibu
temanku yang dituduh
terlibat dan sekarang dia
bersama bapak ibunya
tinggal di desa ini dagang sembako
setiap sore kami mandi
bareng dengan warga lainnya
di telaga gandu yang
butek airnya laki perempuan
anak-anak orang dewasa
orang tua sapi kambing dan
anjing tak ketinggalan
kami mandi demokrasi di sini
sementara mahasiswa
mahasiswi yang kkn memilih mandi
di petoyan yang airnya
jernih sejernih kulit mereka
dan sok belajar makan
thiwul tapi karena tak biasa
perut mereka terasa
panas lalu diam-diam mereka jajan
tongseng kang sadi
melihat cara mandi dan
menu makan kami mereka hanya
geleng-geleng kepala
padahal sejak lama kami telah
menikmatinya untuk itu
jangan beri kami solusi kalau
hanya dalam bentuk
skripsi apalagi kalau skripsinya
dapat beli
di panggang gunung
kidul ini banyak orang kota
datang
dengan gaya borjuasi mereka nginap di rumah pak
camat
kadang anak-anak
melempar pandang penuh keheranan
dan mereka membalas
dengan bangga serta senyuman
malamnya kami disuruh
kumpul mendengarkan obrolan
birokrat sambil makan
ubi jalar yang tumbuh subur
di atas gundukan tanah
kuburan mereka bilang rasanya
renyah serenyah hidup
kami yang mandi demokrasi
Panggang, 1986-2007
Acep Syahril
Sajak Bebas
sajak ini sejak lama
telah kehilangan nilai puitika
estetika dan
sublimatika sebab dengan nilai-nilai
keindahan dan
kehalus-lembutan tidaklah menjadikan
seseorang seperti
penguasa penindas dan koruptor
akan tersentuh hatinya
apalagi merasa malu dan
introsfeksi sebaliknya
akan membuat mereka ambisi
untuk menindas
menghidup-suburkan pencuri
jadi inilah sajak
terang benderang seperti bendera
dikibas angin di udara
terbuka merdeka sajak tanpa
tawar menawar bebas dan
sebebas-bebasnya memilih kata
tidak seperti kalian
yang memilih cara bergaya demi
mengelabui diri sendiri
atau orang lain untuk
menutupi kebodohan
kebobrokan nilai pribadi yang telah
menghisap-sedot-habisi
darah rakyat sendiri
inilah sajak bebas
tanpa alamat surat
pedas untuk
para penghianat yang
tidak akan pernah hilang tujuan
selama
saudara-saudaraku terancam oleh penyelenggara
kekuasaan yang tidak
berpihak pada rakyat serta
penderitaan yang mereka
sandang akibat baju demokrasi
yang dilipat
Yogyakarta 1989
Acep Syahril
R u
g i
raidah pergi ke sungai
ke darat
menjemur pakaian ke
keramaian ke rumah
belum juga pulang
waska pergi ke huma ke
surau membeli iman
kekeramaian dan ke
rumah belum juga pulang
bujang pergi ke sekolah
ke kampus membunuh
kealpaan dan ke rumah
belum juga pulang
raidah waska dan bujang
pergi tapi belum
juga pulang-pulang
sorenya raidah pergi
bertandang membawa-bawa
cermin yang ada wajah
tetangganya dan membawa
badannya ke rumah tapi
belum juga pulang
sorenya waska pergi
tahlil mengirim doa pada
ruh orang lain dengan
bayang-bayang kematian
dia bawa kakinya ke
rumah tapi
belum juga pulang
sorenya bujang pergi
kencan dengan pacarnya
bercerita rahasia cinta
dan membawa harapan
masa depan ke rumah
tapi belum juga pulang
raidah waska dan bujang
pergi tapi belum
juga pulang-pulang
malamnya raidah pergi
tidur melepas
fikirannya bertualang
entah kemana
belum juga pulang
malamnya waska pergi
tidur melepas
banyak beban
dan kadang memetik
harapan dengan
tangan hampa belum juga
pulang
malamnya bujang pergi
tidur mengistirahatkan
kerja otak kecilnya
memberi ciuman pada
kekasihnya belum juga
pulang
raidah waska dan bujang
pergi tapi belum
juga pulang-pulang
paginya raidah waska
dan bujang mati
mereka benar-benar lupa
jalan pulang
Indramayu, 2006
Acep Syahril
Setelah Perjumpaan
Ini
(bersama thukul dan leak)
setelah perjumpaan ini
aku tak tau seberapa
lama lagi kau bisa
mencium aroma matahari
selain wangi popor
senjata atau amis sepatu
serdadau wagu yang tak
mengerti cara bersenda
setelah pertemuan ini
aku tak tau seberapa
lama lagi kau bisa
mencium aroma bintang-
bintang selain amis
keringat pecundang atau
bau busuk nafas
mata-mata yang mengendap-endap
di sekitar
persembunyian kita kawan setelah
perjumpaan ini aku tak
tau seberapa lama
lagi kau bisa mencium
aroma bulan selain
pantul cahaya 500 watt
dalam ruang 2 x 2
dengan kata-kata jorok
dan memotong-motong
70 juta sel syaraf di
kepalamu setelah
perjumpaan ini aku tak
tau seberapa lama lagi
kau bisa menyentuh anak
dan membenamkan diri
di tubuh istrimu selain
bau kedzaliman potongan
urat nadi suntik mati
amunisi yang menembus
tengkorak kepalamu atau
krematorium nyanyian
babi
setelah perjumpaan ini
aku tak tau bagaimana
nasibmu kawan
Solo, Jakarta, Indramayu 1994-2004
guru yang tak mengerti bumbu
dapur
guru kami ada karena
dibutuhkan negara karena negara menginginkan
rasa aman lalu guru kami
belajar memahami dan menyelesaikan tiap
persoalan tapi kadang
mereka lupa bumbu dapur seperti kemiri buah pala
bunga lawang laos dan kapolaga
mereka tau kembang gula tapi tak
faham logika padahal kami
lebih menginginkan daun mengkudu karena
sejak dulu kami cuma
minta dikirim keadilan tapi selalu saja mereka
paketkan kecemasan
akhirnya kami marah pada negara tapi anehnya
negara malah mengirim
kami ke penjara sungguh sebenarnya kami
bingung karena guru kami
kenyataannya tak pernah mengajarkan kami
untuk memiliki rasa aman
dan sejak itu kami tak mau celaka seperti guru
2011
guru kami berkepala batu
guru kami tergolong
istimewa dia diangkat oleh presiden untuk
menjalankan roda
pembangunan meski sebenarnya guru bukan
pembuat roda yang baik
tapi presiden tetap mengangkatnya padahal
roda bikinan guru
seringkali gagal membawa gerbong sampai ketujuan
dan seringkali membuat
saudara-saudara kami cidera atau menemu
kematian namun guru
selalu menganggap kalau itu bukan kesalahannya
tapi lebih pada human
eror atau kesalahan teknis malamnya guru berfikir
dengan sedikit
menyelipkan rasa malu namun anehnya guru tidak punya
penyesalan apalagi mundur
dari jabatannya sebagai pembuat roda
yang gagal sebaliknya
kadang guru ingin tampil seperti seorang satria
bahwa dirinya masih lebih
baik dari seorang pembuat batu bata
tak lama kami kembali
dihadapkan pada hancurnya gerbong yang
digelindingkan oleh roda
buatan guru saudara kami kembali cidera dan
tak sedikit yang menemui
kematiannya sementara guru tetap menunjukkan
senyumnya sebagai
pahlawan pembangunan dan pembuat roda-roda gila
lalu kami pun bersumpah
tak ingin gila seperti guru
2011
guru kami tak pandai berterima
kasih
sebagai murid sejak dulu
kami tau kalau peluru pentungan borgol sepatu
berikut seragam dan
atribut guru dibeli dari darah dan keringat rakyat
sampai kemudian ketika
guru belajar berbaris pun tak lepas dari
keinginan rakyat agar
guru-guru kami tetap mempertahankan kedisiplinan
serta etikanya sebagai
seorang guru tapi sayang guru kami tidak pernah mau
silaturrahmi apalagi
belajar tentang matematika ilmu pasti ilmu hukum
ilmu-ilmu sosial fisika
dan biologi sebaliknya guru tetap mempertahankan
pelajaran sejarah dan
meyakini kekuatan historia kelam para pendahulunya
disitu kami melihat dan
merasakan kebrutalan yang diajarkan guru dan
kami juga merasakan adanya
ideologi baru dalam diri guru kami dengan memproklamirkan kata bantai dan
amankan lalu hampir disetiap
demonstrasi kenaikan gaji
menuntut pelaku korupsi perbaikan dunia
pendidikan atau perbaikan
nasib rakyat kami temukan peluru yang terbuat
dari darah dan keringat
rakyat itu menembus dada dan jantung teman-teman
kami sepatu yang terbuat
dari kulit rakyat itu juga ditendangkan ke kepala
teman-teman kami atau
senjata yang terbuat dari ideologi rakyat untuk
mempertahankan hidup itu
dihantamkan ke wajah ke kepala teman-teman
kami hingga pecah setelah
itu teman-teman kami jadi mayat guru kami jadi
pembantai hebat kami jadi
sedih demi allah kami tak mau seperti guru
yang tak pandai berterima
kasih itu
2001
guru yang buta membaca kitab
wanita
kemarin istri guru kamu
menangis lagi dia bilang suaminya beli kuku dan
rambut wanita lain tapi
kamu bilang guru kamu tak melihat air mata istrinya
kecuali huruf-huruf di
tubuhnya menyerupai kitab yang sampai hari ini terus
kamu baca huruf-huruf
yang bergerak mengikuti waktu berbatu huruf-huruf
yang terus tersandung
ngilu dan malu tapi anehnya guru kamu hanya bisa
mengajarkan cara memakai
huruf-huruf itu dan dia tak bisa membacanya
seperti waktu ibunya
membaca setiap gerak bibir dan getaran dadanya
kini gerak bibir guru
kamu lebih banyak mencari kota diantara tikungan
huruf-huruf purba dengan
bahasa tahta yang berdiri di luar air mata
istrinya lalu kamu pun
sadar kalau guru kamu tidak hanya pandai mewarnai
kuku para wanita tapi
juga pandai memindahkan bermilyar-milyar uang
negara ke aliran darahnya
lalu kamupun ramai-ramai
mengankat sumpah tidak akan mengikuti
jalan yang telah dilalui
guru kamu
2012
guru yang lupa waktu kelam
kemudian guru menjadi
kematian seperti ranting melepas dari dahan lalu
dikirim tetangganya
kepembuangan tempatnya bercerita tentang kebuntuan
dan gelap matahari batas pendengaran dan penglihatan
kekosongan
dan kesunyian sempurna
tanpa hati dan fikiran untuknya sampai pada
segala keinginan seperti
kemarin sebelum dia dipaksa merengkuh kepingan
kelam dan batas
sejarahnya membagi dunia
guru yang telah
mengajarkanku untuk tidak lupa meraih kepingan kelam
yang bertahun-tahun
bangga pada kursi dan kebesarannya yang
bertahun-tahun bangga
pada keberanian kehebatannya membalik angka
dan kata-kata kini guru
telah menjadi kematian dengan rumah yang
membagi kelam tapi aku
tak mau lupa seperti guru yang tak ingat
akan datangnya waktu
kelam
2012
guru yang tak pandai menghisap
waktu
hampir setiap hari guru
mengiris alat kelaminnya demi anak-anak
katanya guru yang sejak
lama hidup diantara partikel matahari
tiang-tiang listrik
hidrant pembatas jalan atau kaki-kaki jembatan
dengan gairah
selangkangannya yang penuh harapan guru yang
selalu mengelabui
kelangsungan hidup anak-anak mereka dengan
selimut takdir padahal
waktu tak pernah menitipkan kepingan emas
juga ticket ke bagdad
tapi guru selalu bercerita tentang sayap
pesawat terbang yang
jatuh sama dengan kemiskinan yang dititipkan
tuhan
keesokan harinya guru
mengajarkan anak-anaknya tari ballet mereka
berputar-putar dan
sesekali mengenjit dalam irama tak sempurna
lalu debu lalu patahan
hujan lalu serpihan spion dan pedal becak
yang bergemuruh tak
menawarkan apapun kecuali kedamaian
tercermin dalam keinginan
mereka guru yang hanya berharap namun
tak pandai menghisap
waktu guru yang kini menggantung sisa
kemaluannya di antara
deru jarum jam diantara orang-orang yang
menyelamatkan sisa
hidupnya sambil menutup wajah dari cibiran
tuhan sungguh aku tak mau
hidup miskin seperti guru yang tak
pandai menghisap waktu
2012
guru belia yang tertidur di buku
sejarah
guru-guru belia itu hidup
dan tertidur di buku-buku sejarah
bangsa lain yang kadang
bermimpi dan mabuk lalu keluar dari
ruh sejarahnya sendiri
berjingkrakan di diantara erangan musik
yang mengeluarkan bau
bangkai gibson tapi aneh guru-guru
belia itu bangga
menghisapnya padahal di paru-paru mereka
tidak hanya ada saman kunaun tortor atau krinok yang sejak lama
menidurkan puncak-puncak
merapi sabang dan bukit siguntang namun
lucunya guru-guru belia
itu kian hari semakin bertambah angkuh
dan bangga menciumi
pantat babi sambil menari-nari dengan
mengibarkan keyakinannya
dan berucap bangga
kami juga sama pandainya
dengan mereka meski hanya dengan
menciplak meniru dan
mencuri kehebatan mereka
koplok
guru-guru belia yang
hanya bisa menghitung jumlah kancing baju
tapi tak pandai berfikir
bagaimana kebudayaan bisa tercipta pada saat
kencing dan buang tinja
meniduri bayi atau saat bersenggama
guru-guru muda yang hanya
bisa menarik dan menurunkan rosleting
tapi tak pandai berfikir
bagaimana ranjang bisa menerangi jagad
raya ah guru-guru belia
yang hanya bisa memindahkan tumpukan
batu-bata tapi tak pandai
mengasamkan tanah mencetak kembali
kepala syailendra atau
jari-jari mpu gandring yang lama membusuk
di paru-parunya
ah guru-guru belia yang
silau pada bau bangkai aku tak mau terjebak
seperti kamu yang tak
pernah mau menyelami ruh bangsamu
2012
guru yang menitipkan nomor
teleponnya padaku
:murtidjono
di suatu rabu 21
september 1994 guruku yang benar ini pernah
mencatatkan nomor
teleponnya di catatan harianku dan dia
berjanji akan menjadi
wali pada pernikahanku di tempat dia belajar
berenang dikedalaman
warna dan kata yang terlanjur menjadi alat
kekuasaan saat itu
di situ juga dia berjanji
akan mengemas jalan-jalan panjang
yang pernah kulalui dan
kusinggahi di banyak belahan kota negeri
ini dia bilang itu mahar
kesetiaan yang akan dia beri tanda seperti
di nomor teleponnya yang
dia catatkan di buku harianku
agar aku bisa mengingat
gerak bibirnya diantara lekuk-lekuk angka
yang dia bilang sebagai
bahasa rahasia antara kita
sungguh dia benar guruku
yang pernah menitip kesetiaan dan makna
persahabatan sungguh dia
benar guruku yang tak mau membagi luka
pada orang lain kecuali
pada dirinya sendiri yang kuketahui dari
nomor teleponnya saat dia
belajar menyetrika agar kelihatan perlente
seperti para diktator itu
tapi tidak untuk merampok atau menindas
tetangganya yang kian
hari semakin tambah sengsara
2012
guru kami penyanyi palsu
siapapun orangnya pasti
punya hobby termasuk guru kami
walaupun suaranya tidak
merdu tapi guru selalu nyanyi di kamar mandi
kebiasaan ini sudah jadi
hobby dan lazim seperti kamu yang juga sering
nyanyi kecuali pada saat
gosok gigi
hobby dan kelaziman
seperti ini ternyata juga ada pada teman-teman guru
mereka tidak hanya
bernyanyi dengan suaranya yang tak merdu pada saat
di kamar mandi tapi juga
melakukannya pada saat berlangsungnya rapat
atau sidang-sidang yang
membahas nasib murid-muridnya dan celakanya
lagi lagu-lagu yang
dinyanyikan guru kadang membuat murid-muridnya
sakit hati karena
syair-syair lagunya tak cuma kering tapi juga berisi
janji-janji palsu sumpah
palsu dan kebijakan-kebijakan palsu seperti
niat dan keinginan guru
untuk menjadi penyanyi palsu
2012
guruku orang pandai
akhir-akhir ini aku sering membaca kelainan
guru-guruku yang seringkali
memerkan kegelisahannya bahkan salah
seorang diantara mereka
menuliskan biografinya disebuah situs yang
dia ciptakan dari
keterasingan lalu diapun menulis kalau
dirinya seorang pemain silat
handal dan paling disegani di kotanya
karena dari tempurung kepalanya
seringkali kulihat makhluk-makhluk aneh
berlompatan mengitari kota
kelahirannya serta dari tangannya yang
lembut juga telah lahir beberapa
kitab berisikan jenis masakan khas daerah
dari gulai patin tempoyak tahu kentang
jamblang sambal uwok sampai
ke pepes jantung pisang tanpa disadari
guruku telah mengajarkanku
untuk menjadi orang yang tidak diingat
siapa pun kecuali pada
kewajibanku membuat tiang-tiang rumah
menanam kacang di halaman
memperbaiki jalan menuju rumah-rumah warga
atau menyatakan cinta
pada tetanggaku yang berani keluar dari
sejarah masa lalunya
guruku selalu mengatakan dirinya sangat
pandai juga mengatakan kalau
banyak orang terkagum-kagum padanya tapi
aku tak pandai mereka-reka
dalam mana hati dengan lautan
aku belajar dari keraguan mereka dan aku
juga belajar pada guruku agar
tidak selalu mengatakan bisa diantara orang-orang
malas yang tak mengerti
jam berfikir seperti angin yang tak pernah
berkata-kata tapi sesungguhnya
mereka telah menyelesaikan banyak pekerjaan
dimana-mana
di kota ini guruku tidak hanya pandai
melahirkan makhluk-makhluk aneh
di kepalanya tapi juga pandai bernyanyi tentang nasibnya walau tak
sesedih tetembangan baridin guruku hanya
pandai menyanyikan lagu-lagu
tentang perjuangannya yang ingin selalu tampil seperti
kabul atau figuran
guruku selalu mengeluh karena diare kini
aku makin kaya karena guruku
telah mengajarkanku cara untuk menghargai
dedaunan dan jendela
yang lebih memilki ruh fotosintesa serta
mengatur jalannya udara tak
seperti guruku yang hanya pandai bercerita
tentang kota yang ada dalam
dirinya
2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar