BAB II
PEMBAHASAN
PROFESIONALISME KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
A.
Membangun
Karakter
Tanggung
jawab pendidik dalam lembaga
pendidikan yang paling utama adalah membangun karakter peserta didik. Karakter lebih penting dari intelektualitas,
karena stabilitas kehidupan ditentukan oleh karakter. Karakter membuat seseorang mampu bertahan, memiliki stamina untuk tetap
berjuang dan sanggup mengatasi nasib kehidupannya secaara bermakna. Kelemahan
bangsa indonesia dalam pandangan Muchtar Lubis dalam bukunya Manusia indonesia
adalah karena karakternya, yaitu bangsa yang berkarakter meremehkan mutu, suka
menerabas, tidak percaya diri sendiri, tidak berdisiplin, mengabaikan tanggung
jawab, hipokrit, lemah kreativitas, etos
kerja buruk, suka feodalisme dan tak punya malu.[1]
Pendidikan karakter dewasa ini
digalakaan oleh pemerintah sesuai dengan perundang-undangan RI No. 17 tahun
2007 tentang Rencana Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dinyatakan sebagai
berikut :
1.
Terwujudnya karakter bangsa yang
tangguh, kompetitif, berakhlaq mulia dan bermoral berdasarkan falsafah
Pancasila yang dicirikan dengan watak dan perilaku manusia dan masyarakat
Indonesia yang berbudi luhur, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik,
berkembang dinamis dan berorientas ipolitik.
2.
Makin mantapnya budaya bangsa yang
tercermin dalam meningkatkan peradaban, harkat, dan martabat manusia Indonesia
dan menguatnya jati diri dan kepribadian bangsa.[2]
Demikian pula dalam Undang-Undang
Sikdiknas No. 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa lulusan dalam setiap lembaga
pendidikan agar terwujudnya peserta didik yang berakhlak mulia.[3]
Berkenan ddengan hal iitu, maka pemerintah telah mengeluarkan Inpres No. 1 2010
yang intinya agar lembaga pendidikan mampu membentuk karakter bangsa dan
dikuatkan pula oleh arahan persiden RI tanggal 11 Mei 2010 agar lingkungan
sekolah menanamkan karakter building dengan sebaik-baiknnya, dan untuk itu
kementrian Pendidikan dan Kebudayaan juga telah membuat grand dsign tentang
pendidikan berkarakter.
Memang tanggung jawab pendidikan tidak
hanya diletakan di atas pundak sekolah, tetapi juga adalah kewajiban orang tua,
pemerintah, pemuka masyarakat, pemuka agama dan bahkan menjadi tanggung jawab
bewrsama masyarakat dunia.
Kewajiban Orang Tua pendidikan jasmani kepada anak tidak hanya memberi makan dan
pakaian, akan tetapi makanan dan pakaian tersebut mengandung kreteria halal.
Pakaian yang haram, maka nantinya darah
dan dagingnya menjadi haram, mulut dan hidungnya menjadi haram, tangan dan
kakinya menjadi haram, bahkan kediriannya menjadi haram dan kecondongan
hidupnya mengarah kepada hal-hal yang haram, walaupun jalan menuju halal sangat
lapang.
Pendidikan akal sangat penting dalam
islam, karena yang membedakan manusia dan makhluk lainnya adalah manusia diberi
akal, untuk itu dalam al-qur’an ditemukan ayat-ayat yang mendorong manusia agar
mampu menggunakan akalnya.
Al-qur’an mengetengahkan ayat-ayat
kauniyah dengan maksud :
1.
Agar manusia mempelajari alam dan
mencari metodenya
2.
Agar manusia menggunakan akal dan tidak
bertaqlid
3.
Agar manusia lebih kuat lagi imannya dan
mempelajari ciptaan-Nya
4.
Menunjukan kepada manusia bahwa
al-qur’an itu merupakan cahaya, petunjuk dan rahmat bagi alam semesta
5.
Menunjukan bahwa islam adalah agama yang
penuh rahmat dan keutamaan.
Kutipan diatas menunjukan bahwa
pendidikan islam memberikan perhatian yang besar terhadap pengembangan akal
manusia, hal tersebut dinyatakan Jauhar al-Thantawi dengan membandingkan antara
ayat-ayat keilmuan. Ayat yang berkaitan dengan keilmuan mencapai 570 ayat,
sedangkan ayat-ayat fiqih 500 ayat. Ini menunjukan bahwa al-qur’an sangat
mendorong umatnya untuk mengembangkan fikir dan ilmu.[4]
Islam tidak hanya mengajak umatnya
berbicara dengan indra (jasmani) dan akal tetapi juga dengan ruhani atau hati.
Dalam hal ini Ahmad Tafsir menunjukan sebagai berikut :
Paradigma pembelajaran juga dapat
diupayakan dengan mengembangkan potensi hati disamping indrawi dan akal. Tuhan
adalah salah satu objek pembelajaran tidak dapat diketahui oleh indra, tidak
juga dengan akal. Tuhan itu abstrak supralogis atau ghaib. Objek-objek
pengetahuan yang berada dialam ghaib hanya mungkin diketahui oleh hati.[5]
Dengan demikian membangun karakter
mencerminkan model pendidikan Holistik, yaitu pendidikan yang memadukan, hati,
akal dan panca indra, yang kesemuanya telah dianugrahkan Allah SWT, sebagaimana
dinyatakan Al-Qur’an surat Al - Ahzab 26.
tAtRr&ur tûïÏ%©!$# Oèdrãyg»sß ô`ÏiB È@÷dr& É=»tGÅ3ø9$#
`ÏB öNÎgϹ$u|¹ t$xs%ur Îû ãNÎgÎ/qè=è%
|=ôã9$# $Z)Ìsù
cqè=çGø)s? crçÅ ù's?ur
$Z)Ìsù ÇËÏÈ
26. Dan dia menurunkan orang-orang ahli Kitab
(Bani Quraizhah) yang membantu golongan-golongan yang bersekutu dari
benteng-benteng mereka, dan dia memesukkan rasa takut ke dalam hati mereka.
sebahagian mereka kamu bunuh dan sebahagian yang lain kamu tawan[1210].
[1210] sesudah golongan-golongan yang bersekutu itu
kocar-kacir, Maka Allah memerintahkan nabi untuk menghancurkan Bani Quraizhah
(ahli Kitab) dan menghalau mereka dari benteng-benteng mereka. Kemudian seluruh
laki-laki yang ikut berperang dibunuh, perempuan dan anak-anak ditawan.
Abdurrahman bin Nashir Al-sa’di
menjelaskan dalam tafsir al-kiram al-Rahman fi Tafsir Kalam al-manan sebagai
berikut :
Bahwa Allah SWT telah menegakan
bangsa-bangsa terdahulu seperti Ad dll, mereksa memberoleh nasib kehidupan yang
baik, mampu membangun segala sesuatu yang dapat menopang kesejahteraan
hidupnya. Namun, mereka tidak mampu membangun karakternya dengan baik dengan
menginjak-injak pranata kehidupan (permisif) hilangnya budaya kejujuran dan
ketaatan kepada rasul sehingga mereka dibinasakan dengan berbagai siksaan dan
azab dari Allah SWT.[6]
Demikian pula Al-Qur’an memberikan
peringatan yang keras kepada pemimpin bangsa yang tidak mampu menselaraskan
hati, akal dan perilaku masyarakat melalui pendidikan yang terbaik bagi mereka,
maka pastilah akan terjadi bencana dan kerusakan dalam berbagai aspek
kehidupan. Hal ini seperti terlihat dari firman Allah SWT dalam surat Ar Ruum
ayat 41 sebagai berikut :
tygsß ß$|¡xÿø9$#
Îû Îhy9ø9$# Ìóst7ø9$#ur $yJÎ/
ôMt6|¡x. Ï÷r&
Ĩ$¨Z9$# Nßgs)ÉãÏ9 uÙ÷èt/ Ï%©!$#
(#qè=ÏHxå öNßg¯=yès9 tbqãèÅ_öt
ÇÍÊÈ
41. Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan
manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Inti dari kepemimpinan adalah
keteladanan. Hal ini dibuktikan dalam rentang sejarah Muhammadiyah sejak
kelahirannya sehingga sekarang adalah ketokohan mereka yang dihormati dan
diikuti karena pribadinya yang mulia.
Hal-hal yang perlu diperhatikan seperti
berikut:[7]
1.
Seorang pemimpin bekerja dan beramal
karena kecintaannya, rasa kewajiban, sunyi dari pada harapan dipuji akan
mendapat penghormatan atau kedudukan dan sebagianya. Sifat pemimpin pertama
kali yang primer ialah taat.
2.
Seorang pemimpin adalah orang yang
terhormat, sepi dari pada sifat sombong. Dimanapun ia berada, meskipun bergaul
dengan yang lebih rendah kedudukannya dalam masyarakat, tetaplah ia menunjukkan
riang gembiranya. Seorang pemimpin mempunyai sifat keras (streng), tetapi diimbangi dengan sifat keadilannya dan selalu dalam
keadaan susana diri yang tidak berubah. Teguh memang janji, terutama tahu
kepada waktu. Kekurangan dalam pertanggungjawaban, kurang menghargai waktu
(janji) dan selalu bekerja setengah-setengah, akanmenemui kehampaan dalam
usahanya.
3.
Memimpin adalah berbakti atau
mengabdikan diri. Memimpin berarti bertekad menyerahkan hidupnya atau sebagaian
dari hidupnya untuk kepentingan yang dipimpin. Memimpin berarti mencintai yang
dipimpin, konsenkuensinya tak mengharapkan supaya dapat menikmati hasil usaha;
melainkan ada keyakinan, bahwa Tuhan tiada akanmenyia-nyiakan usahanya
dikemudian hari.
4.
Memimpin bukan mencari populeritas,
mengahrapkan sambutan tepukan tangan dengan riuhnya. Memimpin bukannya
memaksakan atau membujuk-bujuk supaya menyanjung-nyanjung. Pemimpin yang baik
tidak perlu mesti merupakan seorang yang populer, ternama. Memimpin berjalan
karena dorongan dari rasa akan berbakti kepada Tuhan (agama), sesama hidup,
tanah air; jauh karena dorongan dari kepentingan diri sendiri.
5.
Dalamkita memimpin, alat yang mula-mula
kita pakai ailah adanya keadaan diri kita sendiri. Kemudian dengan apa yang
kita perbuat. Akhirnya dengan apa yang kita katakan atau apa yangkita
perlihatkan. Banyak berjanji (mudah menjanjikan sesuatu), terlalu banyak
mengharapkan dari orang lain, hendaknya kita hindarkan. Sebaliknya mintalah
sebnyak mungkin dari diri kita sendiri.
6.
Mempimpin tidaklah berarti harus selalu
berhadapan dengan suatu kelompok atau rombongan. Pada hakekatnya pimpinan
hendaknya merupakan hal yang bersifat perseorangan, artinya meimpin itu
mengenal betul-betul kepada keadaan diri masing-masing dari anak buahnya.
Memimpin tidaklah berarti minta diikuti selalu apa yang menjadi pandangan,
melainkan hendaknya dapat menemukan hal-hal yang pelik-pelik yang terpendam
dalam jiwa anak buahnya, selanjutnya dapat memimpinnya supaya dapat tumbuh
berkembang menurut jalan yang baik.
7.
Memimpin perlu disertai dengan pandangan
yang luas, hati tabah, dapat memahami kepada kesukaran-kesukaran yang timbul
dari lubuk jiwa dan rasa keragu-raguan dari yang dipimpin.
B.
Rumusan Masalah
1.
bagaimana gambaran profesionalisme
kepemimpinan kepala sekolah ?
2.
bagaimana tugas yang dijalankan oleh
kepala sekolah ?
3.
Bagaimana memahami peran kepala sekolah ?
4.
Bagaimana mengaetahui masalah-masalah
yang dihadapi dalam merealisasikan keprofesionalan kepala sekolah ?
5.
Bagaimana mengetahui dan memahami upaya pemecahan dalam
merealisasikan peningkatan profesionalisme kepala sekolah ?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang
ingin dicapai adalah dalam penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui bagaimana gambaran
profesionalisme kepemimpinan kepala sekolah
2.
Untuk mengetahui bagaimana tugas yang
dijalankan oleh kepala sekolah
3.
Untuk memahami peran kepala sekolah
4.
Untuk mengaetahui masalah-masalah yang
dihadapi dalam merealisasikan keprofesionalan kepala sekolah
5.
Untuk mengetahui dan memahami upaya
pemecahan dalam merealisasikan peningkatan profesionalisme kepala sekolah.
D.
Manfaat Penelitian
1.
Dapat mengetahui bagaimana gambaran
profesionalisme kepemimpinan kepala sekolah
2.
Dapat mengetahui bagaimana tugas yang
dijalanka oleh kepala sekolah
3.
Dapat memahami peran kepala sekolah
4.
Dapat mengaetahui masalah-masalah yang
dihadapi dalam merealisasikan keprofesionalan kepala sekolah
5.
Dapat mengetahui dan memahami upaya
pemecahan dalam merealisasikan peningkatan profesionalisme kepala sekolah.
Paradigma baru manajemen pendidikan dalam rangka meningkatkan
kualitas secara efektif dan efisien, perlu didukung oleh Sumber Daya Manusia
(SDM) yang berkualitas. Dalam hal ini, pengembangan SDM merupakan proses
peningkatan kemampuan manusia agar mampu melakukan pilihan-pilahan. Proses
pengembangan SDM tersebut harus menyentuh berbagai bidang kehidupan yang
tercermin dalam pribadi pimpinan, termasuk pemimpin pendidikan, seperti kepala
sekolah.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang
paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagaimana dikemukakan
dalam Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa: “Kepala sekolah bertanggungjawab
atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan
tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pememliharaan sarana dan
prasarana”.
Berdasarkan uraian di atas penyusun sangat tertarik untuk
membahas profesionalisme kepemimpinan kepala sekolah. Untuk mempermudah dalam
pemahaman pemabahasan ini, berikut penyusun sajikan kerangka teoritisnya.
E.
Pengertian Profesionalisme, Kepemimpinan,
dan Kepala Sekolah
1.
Profesionalisme
Kusnandar
(2007:46) mengemukakan bahwa “Profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai,
tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata
pencaharian seseorang”. Selanjutnya Profesionalisme menurut Mohamad Surya
(2007:214) adalah: Sebutan yang mengacu pada sikap mental dalam bentuk komitmen
dari para anggota asuatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan
kualitas profesionlanya. Jadi dapat disimpulkan bahwa profesionalisme adalah
suatu bentuk komitmen para anggota suatu profesi untuk selalu meningkatkan dan
mengembangkan kompetensinya yang bertujuan agar kualitas keprofesionalannya
dapat tercapai secara berkesinambungan.[8]
2.
Kepemimpinan
Kepemimpinan
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisai karena
sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh
kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Pentingnya kepemimipinan seperti yang
dikemukakan oleh James M. Black pada Manajemem: a Guide to Executive
Command dalam Sadili Samsudin (2006:287) yang dimaksud dengan “Kepemimpinan
adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakkan orang lain agar mau bekerja sama
di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan
tertentu”.
Berdasarkan
beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan
yang dimiliki seseorang dalam mempangaruhi orang lain untuk mau bekerja sama
agar mau melakukan tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuan bersama.
3.
Kepala Sekolah
Kepala
sekolah bersal dari dua kata yaitu “Kepala” dan “Sekolah” kata kepala dapat
diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga.
Sedang sekolah adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan
memberi pelejaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan pemimpin
sekolah atau suatu lembaga di mana temapat menerima dan memberi pelajaran.
Wahjosumidjo (2002:83) mengartikan bahwa: “Kepala sekolah adalah seorang tenaga
fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana
diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi
antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Sementara
Rahman dkk (2006:106) mengungkapkan bahwa “Kepala sekolah adalah seorang guru
(jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan structural (kepala
sekolah) di sekolah”.[9]
Berdasarkan
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah
sorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada
pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai
tujuan bersama.
F.
Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepala
sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu kepala sekolah harus mengetahui
tugas-tugas yang harus ia laksankan. Adapun tugas-tugas dari kepala sekolah
seperti yang dikemukakan Wahjosumidjo (2002:97) adalah:
1.
Kepala sekolah bekerja dengan
dan melalui orang lain.
Kepala
sekolah berperilaku sebagai saluran komunikasi di lingkungan sekolah.[10]
·
Kepala sekolah bertanggung jawab dan
mempertanggungjawabkan. Kepala sekola bertindak dan bertanggungjawab atas
segala tindakan yang dilakukan oleh bawahan. Perbuatan yang dilakukan oleh para
guru, siswa, staff, dan orang tua siswa tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab
kepala sekolah[11]
·
Dengan waktu dan sumber yang terbatas
seorang kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan.Dengan segala
keterbatasan, seorang kepala sekolah harus dapat mengatur pemberian tugas
secara cepat serta dapat memprioritaskan bila terjadi konflik antara
kepentingan bawahan dengan kepentingan sekolah.
·
Kepala sekolah harus berfikir secara
analitik dan konsepsional. Kepala sekolah harus dapat memecahkan persoalan
melalui satu analisis, kemudian menyelesaikan persoalan dengan satu solusi yang
feasible. Serta harus dapat melihatsetiap tugas sebagai satu keseluruhan yang
saling berkaitan.
·
Kepala sekolah adalah seorang mediator
atau juru penengah. Dalam lingkungan sekolah sebagai suatu organisasi di
dalamnya terdiri dari manusia yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda
yang bisa menimbulkan konflik untuk itu kepala sekolah harus jadi penengah
dalam konflik tersebut.
·
Kepala sekolah adalah seorang politisi.
Kepala sekolah harus dapat membangun hubungan kerja sama melalui pendekatan persuasi
dan kesepakatan (compromise). Peran politis kepala sekolah dapat
berkembang secara efektif, apabila: (1) dapat dikembangkan prinsip jaringan
saling pengertian terhadap kewajiban masing-masing, (2) terbentuknya aliasi
atau koalisi, seperti organisasi profesi, OSIS, BP3, dan sebagainya; (3)
terciptanya kerjasama (cooperation) dengan berbagai pihak, sehingga aneka macam
aktivitas dapat dilaksanakan.
·
Kepala sekolah adalah seorang diplomat.
Dalam berbagai macam pertemuan kepala sekolah adalah wakil resmi sekolah yang
dipimpinnya.
·
Kepala sekolah mengambil
keputusan-keputusan sulit. Tidak ada satu organisasi pun yang berjalan mulus
tanpa problem. Demikian pula sekolah sebagai suatu organisasi tidak luput dari
persoalan dn kesulitan-kesulitan. Dan apabila terjadi kesulitan-kesulitan
kepala sekolah diharapkan berperan sebagai orang yang dapat menyelesaikan
persoalan yang sulit tersebut.
Dalam
menjalankan kepemimpinannya, selain harus tahu dan paham tugasnya sebagai
pemimpin, yang tak kalah penting dari itu semua seyogyanya kepala sekolah
memahami dan mengatahui perannya. Adapun peran-peran kepala sekolah yang
menjalankan peranannya sebagai manajer seperti yang diungkapkan oleh
Wahjosumidjo (2002:90) adalah: (a)Peranan hubungan antar perseorangan; (b)
Peranan informasional; (c) Sebagai pengambil keputusan.[12]
Dari
tiga peranan kepala sekolah sebagai manajer tersebut, dapat penulis uraikan
sebagai berikut:[13]
a.
Peranan hubungan antar
perseorangan
·
Figurehead, figurehead berarti lambang dengan
pengertian sebagai kepala sekolah sebagai lambang sekolah.
·
Kepemimpinan (Leadership). Kepala sekolah
adalah pemimpin untuk menggerakkan seluruh sumber daya yang ada di sekolah
sehingga dapat melahirkan etos kerja dan peoduktivitas yang tinggi untuk
mencapai tujuan.
·
Penghubung (liasion). Kepala sekolah
menjadi penghubung antara kepentingan kepala sekolah dengan kepentingan
lingkungan di luar sekolah. Sedangkan secara internal kepala sekolah menjadi
perantara antara guru, staf dan siswa.
b.
Peranan informasional[14]
·
Sebagai monitor. Kepala sekolah selalu
mengadakan pengamatan terhadap lingkungan karena kemungkinan adanya
informasi-informasi yang berpengaruh terhadap sekolah.
·
Sebagai disseminator. Kepala sekolah
bertanggungjawab untuk menyebarluaskan dan memabagi-bagi informasi kepada para
guru, staf, dan orang tua murid.
·
Spokesman. Kepala sekolah menyabarkan
informasi kepada lingkungan di luar yang dianggap perlu.
c.
Sebagai pengambil keputusan[15]
·
Enterpreneur. Kepala sekolah selalu berusaha
memperbaiki penampilan sekolah melalui berbagai macam pemikiran program-program
yang baru serta malakukan survey untuk mempelajari berbagai persoalan yang
timbul di lingkungan sekolah.
·
Orang yang memperhatikan gangguan (Disturbance
handler). Kepala sekolah harus mampu mengantisipasi gangguan yang timbul
dengan memperhatikan situasi dan ketepatan keputusan yang diambil.
·
Orang yang menyediakan segala sumber (A
Resource Allocater). Kepala sekolah bertanggungjawab untuk menentukan dan
meneliti siapa yang akan memperoleh atau menerima sumber-sumber yang disediakan
dan dibagikan.
·
A negotiator roles. Kepala sekolah harus mampu untuk
mengadakan pembicaraan dan musyawarah dengan pihak luar dalam memnuhi kebutuhan
sekolah.
Seperti
halnya diungkapkan di muka, banyak faktor penghambat tercapainya kualitas
keprofesionalan kepemimpinan kepala sekolah seperti proses pengangkatannya
tidak trasnparan, rendahnya mental kepala sekolah yang ditandai dengan
kurangnya motivasi dan semangat serta kurangnya disiplin dalam melakukan tugas,
dan seringnya datang terlambat, wawasan kepala sekolah yang masih sempit ,
serta banyak faktor penghambat lainnya yang menghambat tumbuhnya kepala sekolah
yang professional untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Ini mengimplikasikan rendahnya
produktivitas kerja kepala sekolah yang berimplikasi juga pada mutu (input,
proses, dan output) Berdasarkan masalah-masalah tersebut, adapun pemecahannya
adalah:[16]
1.
Pembinaan kemampuan profesional
kepala sekolah
Wadah-wadah
yang telah dikembangkan dalam pembinaan kemampuan profesional kepala sekolah
adalah musyawarah kepala sekolah (MKS) , kelompok kerja kepala sekolah (KKKS),
pusat kegiatan kepala sekolah (PKKS). Disamping itu peningkatan dapat dilakukan
melalui pendidikan, dengan program sarjana atau pasca sarjana bagi para kepala
sekolah sesuai dengan bidang kehaliannya, sehingga tidak terlepas dari koridor
disiplin ilmu masing-masing.
2.
Revitalisasi MGMP dan MKKS di
sekolah
Melalui
MGMP dan MKKS dapat dipikirkan bagaimana menyiasati kurikulum yang padat dan
mencari alternatif pembelajaran yang tepat serta menemukan berbagai variasi
metoda dan variasi media untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Dengan
mengefektifkan MGMP dan MKKS semua kesulitan dan permasalahan yang dihadapi
oleh guru dan kepala sekolah dalam kegiatan pendidikan dapat dipecahkan, dan
diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.[17]
3.
Peningkatan disiplin
Dalam
menumbuhkan kepala sekolah profesional dalam paradigma baru manajemen
pandidikan di sekolah diperlukan adanya peningkatan disiplin untuk menciptakan
iklim sekolah yang lebih kondusif dan dapat memotivasi kerja, serta menciptakan
budaya kerja dan budaya disiplin para tenaga kependidikan dalam melakukan
tugasnya di sekolah.[18]
4.
Pembentukan kelompok diskusi profesi
Kelompok
diskusi profesi dapat dibentuk untuk mengatasi tenaga kependidikan yang kurang
semangat dalam melakukan tugas-tugas kependidikan di sekolah yang melibatkan
pengawas sekolah, komite sekolah atau orang lain yang ahli dalam memecahkan
masalah yang dihadapi kepala sekolah dan tenaga kependidikan.
5.
Peningkatan layanan
perpustakaan dan penambahan koleksi
Salah
satu sarana peningkatan profesionalisme kepala sekolah adalah tersedianya buku
yang dapat menunjang kegiatan sekolah dalam mendorong visi menjadi aksi. Karena
akan sangat sulit dapat mengembangkan dan meningkatkan profesionalisme kepala
sekolah jika tidak ditunjangkan oleh sumber belajar yang memadai.
G.
Analisis
Melalui
strategi perbaikan mutu inilah diharapkan dapat mengatasi masalah rendahnya
pendidikan mutu pendidikan yang mengoptimalkan segala sumber daya yang terdapat
di sekolah.
Upaya
peningkatan profesionalisme kepala sekolah merupakan proses keseluruhan dan
organisasi sekolah serta harus dilakukan secara berkesinambungan karena
peubahan yang terjadi selalu dinamis serta tidak bisa diprediksi sehingga
kepala sekolah maupun tenaga kependidikan harus selalu siap dihadapkan pada
kondisi perubahan. Ada istilah seorang tenaga pendidik yang tadinya
professional belum tentu akan terus professional bergitupun sebaliknya, tenaga
kependidikan yang tadinya tidak professional belum tentu akan selamanya tidak
professional. Dari pernyataan itu jelas kalau perubahan akan selalu terjadi dan
menuntut adanya penyasuaian sehingga kita dapat mengatasi perubahan tersebut
dengan penuh persiapan.
Dalam
upaya peningkatan mutu sekolah dan profesionalisme kepala sekolah harus ada
pihak yang berperan dalam peningkatan mutu tersebut. Dan yang berperan dalam
peningkatan profesionalisme kepala sekolah adalah pengawas sekolah yang juga
merupakan pemimpin pendidikan yang bersama-sama kepala sekolah memiliki
tanggung jawab terhadap perkembangan sekolah.
Upaya
peningkatan keprofesionalan kepala sekolah tidak akan terwujud begitu tanpa
adanya motivasi dan adanya kesadaran dalam diri kepala sekolah tersebut serta
semangat mengabdi yang akan melahirkan visi kelembagaan maupun kemampuan
konsepsional yang jelas. Dan ini merupakan faktor yang paling penting sebab
tanapa adanya kesadaran dan motivasi semangat mengabdi inilah semua usaha yang
dilakukan untuk meningkatkan keprofesionalannya hasilnya tidak akan maksimal
dan perealisasiannyapun tidak akan optimal. Berdasarkan hal itu kepala sekolah
harus memiliki.
BAB III
HASIL ANGKET DAN WAWANCARA
ANGKET GURU SEJAWAT
PETUNJUK
|
|
1.
|
Tulislah
identitas responden dengan benar (identitas responden rahasia peneliti)
!
|
2.
|
Berikan
jawaban dengan sejujur-jujurnya tanpa ada paksaan dari pihak manapun !
|
3.
|
Pilihlah
salah satu skala yang paling tepat dengan memberikan tanda cheklis (√) pada
kotak skala yang telah tersedia !
|
IDENTITAS
RESPONDEN:
Nama Responden
(Guru) : ..........................................................................................................
Status/Golongan/Jabatan :
..........................................................................................................
Unit kerja : ..........................................................................................................
Masa Kerja :
..........................................................................................................
Sertifikasi : Sudah/Belum
*) *)
coret yang tidak sesuai
Alamat rumah :
.........................................................................................................
:
..........................................................................................................
No.
|
Aspek
Pembinaan Profesionalitas
|
Skala
|
||||
Selalu
|
Sering
|
Kadang-kadang
|
Pernah
|
Tidak Pernah
|
||
1.
|
Menanamkan
nilai-nilai agama, perjuangan dan pengorbanan diantara sesama rekan guru
dalam lingkungan sekolah/madrasah (keteladanan)
|
|
|
|
|
|
2.
|
Menunjukkan ekspresi
moral dan intelektual yang dapat dijadikan panutan sesama rekan guru (keteladanan)
|
|
|
|
|
|
3.
|
Saling bertukar pikiran tentang hal-hal yang berkaitan dengan
pengalaman, pengembangan pengetahuan
umum maupun pengetahuan profesi dan berinteraksi dengan baik menuju kemajuan pekerjaan dan
sekolah/madarasah (inspiratif)
|
|
|
|
|
|
4.
|
Memunculkan motivasi sesama rekan guru untuk meningkatkan kualitas
pribadinya sesuai dengan bidang keahlian (Motivator)
|
|
|
|
|
|
5.
|
Saling berupaya untuk membangkitkan
spirit, etos kerja, dan potensi anak didik (motivator)
|
|
|
|
|
|
6.
|
Mengadakan penemuan-penemuan
ilmiah yang dihadiri oleh para guru untuk melakukan penelitian-penelitian
pengembangan pendidikan. (dinamisator)
|
|
|
|
|
|
7.
|
Sebagai upaya
evaluasi kinerja untuk perbaikan, rekan guru melakukan komunikasi perubahan paradigma dalam proses pembelajaran (evaluator)
|
|
|
|
|
|
8.
|
Adanya sertifikasi sebagai sebuah sarana bagi
guru untuk meningkatkan profesionalitas, sesama rekan guru saling membantu terkait dengan hal-hal yang menjadi penunjang
sertifikasi tersebut (fasilitator)
|
|
|
|
|
|
9.
|
Rekan guru menjadi lokomotif untuk
menacapai sebuah tujuan dengan kecepatan, kecerdasan, dan kearifan yang
tinggi. (dinamisator)
|
|
|
|
|
|
10.
|
Sesama rekan
guru memberikan penghargaan (respect) terhadap peningkatan
kesejahteraan guru yang nyata dan porposional, sebab untuk mencapai
profesionalisme, jaminan kesejahteraan bagi para guru merupakan suatu hal
yang tidak dapat diabaikan. (afirmatif)
|
|
|
|
|
|
1.
Menanamkan nilai-nilai agama, perjuangan
dan pengorbanan diantara sesama rekan guru dalam lingkungan sekolah/madrasah (keteladanan)
Tugas
itu tidak akan dapat dilaksanakan jika pada diri guru itu sendiri mempunyai
pandangan bahwa tugasnya adalah hanya menyampaikan materi pelajaran saja.
Padahal bangsa kita saat ini membutuhkan generasi-generasi yang mempunyai
kecerdasan, kecakapan serta akhlaq yang baik bukan generasi- generasi yang
pandai menyanyi, pandai melawak atau pandai berakting seperti yang sering
ditampilkan oleh media elektornik kita yang berlomba- lomba mengadakan audisi
menjadi penyanyi atau audisi- audisi yang lain. (Syaiful bahri. 2000:36)
mengatakan guru yang merupakan elemen terpenting dalam proses pembelajaran dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional haruslah mempunyai tekad yang memang
benar-benar muncul dari dalam hatinya untuk menjadikan anak-anak bangsa menjadi
pemuda-pemuda yang berkualitas baik akhlaq, kecakapan, maupun ketrampilan.
Peranan diatas akan dapat dijalankan dengan baik manakala seorang guru tidak
hanya menganggap bahwa menjadi guru hanyalah suatu pekerjaan layaknya
pekerjaan-pekerjaan yang ada disekitarnya, akan tetapi ia merupakan pekerjaan
yang didasari atas penggilan hati nurani yang didalamnya dituntut suatu
pengabdian kepada anak didik (Syaiful Bahri. 2000:2). Profesi guru adalah
merupakan profesi yang sangat mulia dan orang yang mengambil profesi ini adalah
termasuk orang yang beruntung karena mereka melepaskan belenggu kebodohan,
mencerdaskan manusia, menciptakan manusia berakhlaq, berbudi, beriman,
bertaqwa, menggunakan fikiran, perasaan, dan melatihkan keterampilan manusia.
(Martinis Yamin. 2006). Allah swt juga berfirman dalam surat (Ali Imran : 104)
" Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebaijkan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar,
merekalah orang-orang. Guru yang kata masyarakat adalah sosok yang digugu dan
ditiru sebagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara, " Tut wuri Handayani, ing
ngarso sung tulodo, ing madya mengun karso ", (Tidak cukup dengan
menguasai materi pelajaran akan tetapi mengayomi murid, menjadi contoh atau
teladan bagi murid serta selalu mendorong murid untuk lebih baik dan maju) pada
hakikatnya tidak hanya mengajarkan materi yang menjadi tanggung jawabnya ketika
anak didik berada di sekolah namun dibalik tugas guru
2.
Menunjukkan ekspresi moral dan
intelektual yang dapat dijadikan panutan sesama rekan guru (keteladanan)
Yang
tidak kalah penting, guru yang berada di garda depan dalam dunia pendidikan
hendaknya mampu menjadi figur keteladanan spiritual di hadapan peserta didik.
Guru hendaknya juga mampu “menanggalkan” jiwa yang kasar dalam mendidik. Sikap
pendidik harus demokratis, lebih “conscientious“, lebih mawas diri, yang
otomatis akan menular ke jiwa anak didik.
3.
Saling bertukar pikiran tentang hal-hal yang berkaitan dengan
pengalaman, pengembangan pengetahuan umum maupun pengetahuan
profesi dan
berinteraksi dengan baik menuju kemajuan pekerjaan dan
sekolah/madarasah (inspiratif)
Kapan
seorang guru dikatakan guru yang inspiratif? Menurut buku Aplikasi Ilmu
Psikologi Positif: Guru inspiratif adalah guru yang memberikan stimulasi mental
kepada murid - muridnya Dimana diharapkan dari stimulasi mental yang diberikan
kepada siswa akan memberikan dampak yang lebih kuat terhadap pemahaman
murid/siswa, karena semakin banyaknya emosi positif yang dirasakan oleh siswa
pada saat belajar maka penguasaan materi pembelajaran akan semaikin baik.
Bagaimana Caranya Menjadi Guru yang Inspiratif?
Berdasarkan sumber buku yang saya baca untuk menjadi guru yang inspiratif salah
satunya adalah dengan mengajar menggunakan PAIKEM (Pembelajaran yang Aktif,
Inovatif, Kreatif dan Menyenangkan), Karena dengan mengajar menggunakan PAIKEM
dapat menginspirasi murid untuk berpikir, sehingga rasa ingin tahu siswa berkembang,
dan perubahan yang terjadi pada diri anak ke arah yang lebih baik akan lebih
mudah terjadi.
4.
Memunculkan motivasi sesama rekan guru
untuk meningkatkan kualitas pribadinya sesuai dengan bidang keahlian (Motivator)
Sebagai seorang
siswa rasa lelah, jenuh dan beberapa alasan lain bisa muncul setiap saat.
Disinilah unsur guru sangat penting dalam memberikan motivasi,
mendorong dan memberikan respon positif guna membangkitkan kembali semangat
siswa yang mulai menurun. Guru seolah sebagai alat pembangkit
motivasi (motivator) bagi peserta didiknya, yaitu :
·
Bersikap
terbuka, artinya bahwa seorang guru harus dapat mendorong siswanya agar berani
mengungkapkan pendapat dan menanggapinya dengan positif. Guru juga
harus bisa menerima segala kekurangan dan kelebihan tiap siswanya.
Dalam batas tertentu, guru berusaha memahami kemungkinan terdapatnya masalah
pribadi dari siswa, yakni dengan menunjukkan perhatian terhadap permasalahan
yang dihadapi siswa, dan menunjukkan sikap ramah serta penuh pengertian
terhadap siswa.
·
Membantu siswa
agar mampu memahami dan memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya secara
optimal. Maksudnya bahwa dalam proses penemuan bakat
terkadang tidak secepat yang dibayangkan. Harus disesuaikan
dengan karakter bawaan setiap siswa. Bakat diibaratkan seperti
tanaman. Karena dalam mengembangkan bakat siswa
diperlukan “pupuk” layaknya tanaman yang harus dirawat dengan telaten, sabar
dan penuh perhatian. Dalam hal ini motivasi sangat dibutuhkan
untuk setiap siswa guna mengembangkan bakatnya tersebut sehingga dapat meraih
prestasi yang membanggakan. Ini berguna untuk membantu siswa agar
memiliki rasa percaya diri dan memiliki keberanian dalam membuat keputusan.
·
Menciptakan
hubungan yang serasi dan penuh kegairahan dalam interaksi belajar mengajar di
kelas. Hal ini dapat ditunjukkan antara lain, menangani
perilaku siswa yang tidak diinginkan secara positif, menunjukkan kegairahan
dalam mengajar, murah senyum, mampu mengendalikan emosi, dan mampu bersifat
proporsional sehingga berbagai masalah pribadi dari guru itu sendiri dapat
didudukan pada tempatnya.
5.
Saling berupaya untuk membangkitkan
spirit, etos kerja, dan potensi anak didik (motivator)
Mengoptimalkan
kegiatan pembiasaan diri yang berwawasan pengembangan budi pekerti dan akhlak
mulia. Para guru (pembina program) melalui program pembiasaan diri lebih
mengedepankan atau menekankan kepada kegiatan-kegiatan pengembangan budi
pekerti dan akhlak mulia yang kontekstual, kegiatan yang menjurus pada
pengembangan kemampuan afektif dan psikomotorik.
6.
Mengadakan penemuan-penemuan ilmiah yang dihadiri oleh
para guru untuk melakukan penelitian-penelitian pengembangan pendidikan.
(dinamisator)
Usaha yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan profesionalismenya
·
Mengembangkan
profesionalitas guru dengan mengikuti TOT pelatihan terintegrasi
·
Melalui
pelatihan ini, dituntut untuk menyampaikan ilmu yang kita dapatkan kepada teman
yang lain dan menerapkannya di sekolah sendiri
·
Mengikuti
sertifakasi pendidikan profesi
·
Mengikuti kuliah
S2
·
Mengembangkan
kegiatan profesi, contoh: membuat karya tulis ilmiah, menemukan teknologi
pendidikan, PTK.
·
Membuat media
pembelajaran menggunakan teknologi informasi.
·
Menilai diri
sendiri untuk feed back
·
Meningkatkan
kompetensi pedagogik, kepribadian, social, dan professional
7.
Sebagai upaya
evaluasi kinerja untuk perbaikan, rekan guru melakukan
komunikasi perubahan paradigma dalam proses pembelajaran (evaluator)
Setiap individu yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja pada
suatu organisasi tertentu diharapkan mampu menunjukkan kinerja yang memuaskan
dan memberikan konstribusi yang maksimal terhadap pencapaian tujuan organisasi
tersebut.
Kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan
dan standar yang telah ditetapkan (Sulistyorini, 2001,2). Sedangkan Ahli lain
berpendapat bahwa Kinerja merupakan hasil dari fungsi pekerjaan atau kegiatan
tertentu yang di dalamnya terdiri dari tiga aspek yaitu: Kejelasan tugas
atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya; Kejelasan hasil yang diharapkan
dari suatu pekerjaan atau fungsi; Kejelasan waktu yang diperlukan untuk
menyelesikan suatu pekerjaan agar hasil yang diharapkan dapat terwujud
(Tempe, A Dale, 1992,45).
Fatah (1996,22) Menegaskan bahwa kinerja diartikan sebagai ungkapan
kemajuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan motivasi dalam menghasilkan
sesuatu pekerjaan.
Dari beberapa penjelasan tentang pengertian kinerja di atas dapat
disimpulkan bahwa Kinerja guru adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh guru
dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Kinerja dikatakan baik dan
memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
8.
Adanya sertifikasi sebagai sebuah sarana bagi guru
untuk meningkatkan profesionalitas, sesama rekan guru saling membantu terkait dengan hal-hal yang menjadi
penunjang sertifikasi tersebut (fasilitator)
9.
Rekan guru menjadi lokomotif untuk
menacapai sebuah tujuan dengan kecepatan, kecerdasan, dan kearifan yang tinggi.
(dinamisator)
Pemberdayaan potensi guru PAI juga tidak kalah pentingnya untuk ditumbuhkan
karena merekalah yang menjadi lokomotif dalam rangkaian memperbaharui moralitas
generasi penerus bangsa ini. Untuk itu pembaharuan paradigma Pendidikan
Agama Islam dan modernisasi Pendidikan Agama Islam merupakan keniscayaan yang
tidak dapat ditawar lagi yang mesti dilakukan oleh guru PAI dalam menghadapi
tantangan global sekarang ini.
10.
Sesama rekan
guru memberikan penghargaan (respect) terhadap peningkatan kesejahteraan
guru yang nyata dan porposional, sebab untuk mencapai profesionalisme, jaminan
kesejahteraan bagi para guru merupakan suatu hal yang tidak dapat diabaikan. (afirmatif)
Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, kedudukannya di sistem pendidikan
cukup penting dan memiliki peran yang tinggi karena menempati posisi sentral
dalam bidang pengajaran di suatu negara. Karena kedudukan dan posisinya yang
penting tersebut maka banyak negara yang menempatkan guru sebagai pegawai
dengan gaji cukup besar. Di negara-negara maju, guru yang memiliki kualitas
tinggi bisa memberikan pengaruh dan pelajaran kepada murid secara lebih terarah
dan mudah dimengerti.
Berikut kami akan tampilkan beberapa daftar negara yang menggaji besar
para guru.
a.
Amerika
Serikat
Amerika Serikat adalah negara yang besar dan dikenal memiliki ilmu
pengetahuan serta teknologi yang tinggi sehingga wajar jika tenaga pengajar di
negara ini dihargai dengan pendapatan yang tinggi di dunia. Besaran gaji dan
pendapatan guru di Amerika Serikat dihitung dari seberapa lama guru tersebut
mengabdi juga dilihat dari cara dan efektifitas guru dalam mengajar kepada
muridnya. Semakin berprestasi dan tinggi efektifitas cara mengajar murid maka
semakin tinggi pula pendapatan yang bisa didapatkan oleh guru di Amerika
Serikat.
Selain masalah skill dan pengabdian daerah, kisaran biaya hidup di daerah
tersebut juga memiliki pengaruh terhadap tingkat gaji yang didapatkan. Jika
guru tersebut bertugas pada sekolah di kota yang memiliki kebutuhan dan biaya
hidup yang tinggi maka otomatis gaji pun menyesuaikan, begitupun jika daerah
tersebut memiliki biaya hidup yang rendah maka tidak akan sama dengan daerah
yang biaya hidup yang tinggi. Untuk daerah kota besar seperti California guru
diberi gaji 60.000 US dolar sementara didaerah lain yang memiliki biaya hidup
lebih rendah seperti South Dakota digaji 35,000 US dolar pertahun.
b.
Australia
Seperti halnya dengan Amerika Serikat, Australia juga merupakan sebuah
negara maju yang memiliki apresiasi yang cukup tinggi terhadap tenaga pengajar
mereka. Hal ini tidak terlepas dari pandangan masyarakat Australia yang memang
menganggap dan memandang tinggi sebuah profesi tenaga pengajar di negara
mereka. Sebagai permulaan untuk seorang guru yang masih pada level awal, mereka
diberi upah sebesar 41.000 US dolar pertahun, pendapatan ini akan terus
meningkat seiring dengan pertambahan pengabdian yang mereka miliki. Semakin
lama kisaran mengajar seorang guru maka akan semakin besar juga upah yang akan
mereka terima. Selain lamanya pengabdian, jenjang pendidikan juga berpengaruh
atas besaran pendapatan yang akan diterima. semakin tinggi level pendidikan
seorang pengajar maka semakin besar pula gaji yang mereka terima. Berbeda
dengan tenaga pengajar di Indonesia yang banyak memiliki gelar tinggi namun
kompetensi masih rendah. Padahal di Australia jenjang pendidikan yang tinggi
haruslah sesuai dengan apa yang guru berikan dalam mengajar.
c.
Inggris
Sebagai salah satu negara maju dan terkemuka, Inggris memberikan gaji
tinggi kepada tenaga pengajar. Untuk seorang tenaga pengajar pemula maka mereka
mendapatkan pendapatan yang cukup tinggi yakni sekitar 34,488.00 US dolar
pertahun. Pendapatan ini akan terus bertambah seiring dengan lama pengabdian
dan terutama prestasi dalam mengajar. Para tenaga pengajar di Inggris cenderung
untuk terus berlomba untuk memberikan pola dan cara pengajaran yang efisien,
baik di tingkat kompetensi dan profesionalitas mereka. Selain itu, pemerintah
akan memberikan penghargaan khusus bagi guru yang berprestasi.
Teknik dan cara mengajar para tenaga pengajar di Inggris pun memiliki
kualitas yang bagus sehingga sering menjadi rujukan ilmu pendidikan negara
lain. Dengan dukungan besar dari pemerintah terhadap tenaga pengajar membuat
guru berpacu untuk berprestasi mendapatkan hidup yang terjamin.
d.
Kanada
Negara yang bertetangga dengan Amerika Serikat ini, selain memiliki
tingkat kesejahteraan yang tinggi, ternyata Kanada juga memberikan penghargaan
yang kepada tenaga pengajar mereka. Di negara ini, tenaga pengajar diberi
pendapatan sekitar 30,000.00 US dolar pertahu. Selain diberi gaji tinggi,
tenaga pengajar di Kanada juga diberi kebijakan yang cukup menguntungkan
seperti tunjangan serta layanan tambahan, asuransi untuk gigi, cuti hamil dan
cuti dini jika sudah tidak memungkinkan untuk mengajar lagi.
Tenaga pengajar di Kanada juga diwajibkan untuk membayar biaya pensiun
mereka nanti dan membayar beberapa program sosial seperti masalah penganguran
yang menjadi masalah bersama di negara ini.
e.
Cina
Di Cina pendapatan seorang tenaga pengajar juga cukup tinggi, tidak hanya
bagi tenaga pengajar asli dari negara Cina sendiri namun juga tenaga pengajar
dari negara lain yang memutuskan untuk mengajar di negara ini. Pendapatan
tenaga pengajar di negara ini sebesar 17.675 US dolar pertahun. Pendapatan ini
sudah mengacu kepada biaya hidup, biaya perumahan, biaya transportasi dan
kesehatan di Cina. Pendapatan Cina yang besar di kalangan negara Asia,
menjadikan Cina sebagai salah satu negara Asia yang memberi apresiasi besar
terhadap tenaga pengajar.
ANGKET GURU
PETUNJUK
|
|
1.
|
Tulislah
identitas responden dengan benar (identitas responden rahasia peneliti)
!
|
2.
|
Berikan
jawaban dengan sejujur-jujurnya tanpa ada paksaan dari pihak manapun !
|
3.
|
Pilihlah
salah satu skala yang paling tepat dengan memberikan tanda cheklis (√) pada
kotak skala yang telah tersedia !
|
IDENTITAS
RESPONDEN:
Nama Responden
(Guru) :
..........................................................................................................
Status/Golongan/Jabatan :
..........................................................................................................
Unit kerja :
..........................................................................................................
Masa Kerja :
..........................................................................................................
Sertifikasi : Sudah/Belum
*) *)
coret yang tidak sesuai
Alamat rumah :
.........................................................................................................
:
..........................................................................................................
No.
|
Aspek
Pembinaan Profesionalitas
|
Skala
|
||||
Selalu
|
Sering
|
Kadang-kadang
|
Pernah
|
Tidak Pernah
|
||
1.
|
Kepala sekolah
mengajak dan menunjukkan aspek figuritasnya dalam menanamkan nilai-nilai
agama dan sosial kemasyarakatan di lingkungan sekolah (keteladanan)
|
|
|
|
|
|
2.
|
Kepala sekolah
mengajak dan menunjukkan nilai-nilai pengabdian, perjuangan dan pengorbanan
kepada guru dalam lingkungan sekolah/madrasah (keteladanan)
|
|
|
|
|
|
3.
|
Menunjukkan
ekspresi moral, etos kerja, dan intelek tual yang dapat dijadikan panutan
guru (keteladanan)
|
|
|
|
|
|
4.
|
Memantau pelaksanaan seluruh
kegiatan yang direncanakan dan memberikan pengarahan dan bimbingan (supervisor)
|
|
|
|
|
|
5.
|
Kepala sekolah menjadi lokomotif untuk
menacapai sebuah tujuan dengan kecepatan, kecerdasan, dan kearifan yang
tinggi. (dinamisator)
|
|
|
|
|
|
6.
|
Kepala sekolah bekerja dengan guru
dalam berbagai cara sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk meningkatkan
mutu dan kemajuan guru (inspiratif)
|
|
|
|
|
|
7.
|
Kepala sekolah
melakukan koordinasi dalam menen tukan program perencanaan, untuk menjamin
peng gunaan sumber daya yang lebih efektif dan efesien (dinamisator)
|
|
|
|
|
|
8.
|
Adanya sertifikasi sebagai sebuah sarana bagi
guru untuk meningkatkan profesionalitas, kepala sekolah membantu guru terkait dengan hal-hal yang menjadi
penunjang sertifikasi tersebut (fasilitator)
|
|
|
|
|
|
9.
|
Sebagai upaya
evaluasi kinerja untuk perbaikan, kepala sekolah melakukan komunikasi perubahan paradigma dalam
proses pembelajaran dan kinerja
guru (evaluator)
|
|
|
|
|
|
10.
|
Kepala sekolah
melakukan prioritas sikap peng hargaan (respect) terhadap kompetensi
dan kua livikasi masing-masing guru dalam menciptakan rekrutmen guru, peluang
karir, gaji/honor, dan tugas-tugas tambahan lainnya. (afirmatif)
|
|
|
|
|
|
ANGKET GURU
1.
Kepala sekolah mengajak dan menunjukkan
aspek figuritasnya dalam menanamkan nilai-nilai agama dan sosial kemasyarakatan
di lingkungan sekolah (keteladanan)
2.
Kepala sekolah mengajak dan menunjukkan
nilai-nilai pengabdian, perjuangan dan pengorbanan kepada guru dalam lingkungan
sekolah/madrasah (keteladanan)
3.
Menunjukkan ekspresi moral, etos kerja,
dan intelek tual yang dapat dijadikan panutan guru (keteladanan)
4.
Memantau pelaksanaan seluruh kegiatan yang
direncanakan dan memberikan pengarahan dan bimbingan (supervisor)
Kepala sekolah
selaku supervisor bertugas menyelenggarakan supervisi mengenai: Proses belajar
mengajar, Kegiatan bimbingan dan konseling, Kegiatan ekstrakurikuler, Kegiatan
kerjasama dengan masyarakat dan instansi terkait, Sarana dan prasarana,
Kegiatan OSIS, dan Kegiatan 7K.
Tiga hal
penting yang menjiwai supervisi pendidikan, yaitu :
1.
Supervisi
pendidikan adalah suatu perbuatan yang telah diprogramkan secara resmi oleh
organisasi. Jadi bukan perbuatan yang dilakukan tanpa perencanaan terlebih
dahulu, tetapi direncanakan secara matang sebelumnya.
2.
Supervisi
pendidikan adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh supervisor (kepala
sekolah) dan secara langsung berpengaruh terhadap kemampuan profesional guru.
3.
Supervisi
pendidikan mempengaruhi kemampuan guru yang pada gilirannya meningkatkan
kualitas pembelajaran peserta didik, sehingga tujuan sekolah dapat tercapai
secara optimal.
Sebagai supervisor, kepala sekolah mempunyai beberapa
peran penting, yaitu:
a.
Melaksanakan
penelitian sederhana untuk perbaikan situasi dan kondisi proses belajar
mengajar.
b.
Mengadakan
observasi kelas untuk peningkatan efektivitas proses belajar mengajar.
c.
Melaksanakan
pertemuan individual secara profesional dengan guru untuk meningkatkan profesi
guru.
d.
Menyediakan
waktu dan pelayanan bagi guru secara profesional dalam pemecahan masalah proses
belajar mengajar.
e.
Menyediakan
dukungan dan suasana kondusif bagi guru dalam perbaikan dan peningkatan mutu
proses belajar mengajar.
f.
Melaksanakan
pengembangan staf yang berencana dan terarah.
g.
Melaksanakan
kerjasama dengan guru untuk mengevaluasi hasil belajar secara komprehensif.
h.
Menciptakan team
work yang dinamis dan profesional.
i.
Menilai hasil
belajar peserta didik secara komprehensif.
5.
Kepala sekolah menjadi lokomotif untuk
menacapai sebuah tujuan dengan kecepatan, kecerdasan, dan kearifan yang tinggi.
(dinamisator)
6.
Kepala sekolah bekerja dengan guru dalam
berbagai cara sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk meningkatkan mutu dan kemajuan guru (inspiratif)
7.
Kepala sekolah
melakukan koordinasi dalam menentukan program perencanaan, untuk menjamin peng
gunaan sumber daya yang lebih efektif dan efesien (dinamisator)
Dalam melaksanakan tugasnya kepala
sekolah tidak mungkin bekerja sendiri, ia harus mampu memberdayakan seluruh
warga sekolah. Kepala sekolah dapat mendelegasikan tugasnya kepada: wakil
kepsek, guru, wali kelas, guru BK, pustakawan, laboran, kepala tata usaha, dan
teknisi media. Sebab kepsek yang berhasil adalah kepsek yang mampu
memberdayakan anggotanya.
8.
Adanya sertifikasi sebagai sebuah sarana bagi guru
untuk meningkatkan profesionalitas, kepala sekolah membantu guru terkait dengan hal-hal yang menjadi
penunjang sertifikasi tersebut (fasilitator)
9.
Sebagai upaya
evaluasi kinerja untuk perbaikan, kepala sekolah melakukan komunikasi perubahan paradigma dalam proses pembelajaran dan kinerja guru (evaluator)
10.
Kepala sekolah melakukan
prioritas sikap peng hargaan (respect) terhadap kompetensi dan kua
livikasi masing-masing guru dalam menciptakan rekrutmen guru, peluang karir,
gaji/honor, dan tugas-tugas tambahan lainnya. (afirmatif)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kepala
sekolah merupakan peimipin formal yang tidak bisa diisi oleh orang-orang tanpa
didasarkan atas pertimbangan tertentu. Untuk itu kepal sekolah bertangggung
jawab melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan baik yang berhubungan dengan
pencapaian tujuan pendidikan maupun dalam mencipatakan iklim sekolah yang
kondusif yang menumbuhnkan semangat tenaga pendidik maupun peserta didik.
Dengan kepemimpinan kepala sekolah inilah, kepala sekolah diharapakan dapat
memberikan dorongan serta memberikan kemudahan untuk kemajuan serta dapat
memberikan inspirasi dalam proses pencapaian tujuan.
Kepala
sekolah diangkat melalui prosedur serta persyaratan tertentu yang bertanggung
jawab atas tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya peningkatan
profesionalisme tenaga kependidikan yang mengimplikasikan meningkatkanya
prestasi belajar peserta didik. Kepala sekolah yang professional akan berfikir
untuk membuat perubahan tidak lagi berfikir bagaimana suatu perubahan sebagaimana
adanya sehingga tidak terlindas oleh perubahan tersebut. Untuk mewujudkan
kepala sekolah yang professional tidak semudah memabalikkan telapak tangan,
semua itu butuh proses yang panjang.
Sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya yang
diterapkan dunia pendidikan, sehingga menuntut penguasaan kepala sekolah secara
professional. Untuk itu kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk
melasnakan pengembangan pendidikan secara terarah dan berkesinambungan.
Peningkatan
profesionalisme kepala sekolah perlu dilaksankan secara berkeinambungan dan
terncana dengan melihat permaslahan-permasalahan dan keterbatasan yang ada.
Sebab kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang juga bertanggung jawab
dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar Lubis, Manusia Indonesia, Jakarta: Yayassan
Obor, 1991, h.19.
Barnawi dan M. Arifin, Strategi & Kebijakan pembelajaran
pendidikan Karaktek, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012, h.44.
Jauhar al-Thanthawi, Al-Jauhar di Tafsir al-qur’an, (Beirut:
Dar al-Fikr, t.t.) juz. I. h. 3.
Ahmad Tafsir (Ed.), Metode Mempelajari Islam, (Cirebon: klub
Kajian Agama Nurjati, 1992), h. 12.
Abdurahman bin Nashir
al-sya’di, Taysir al-kiram al-rahman Fi
Tafsir kalam al-manan (Riyad; maktobah Al-mulk Al-fahd, 1424 H) h.923
Imron Nasri. (Ed), Meremajakan Pimpinan Muhammadiyah,
Penertib Suara Muhammadiyah, Yogyakarta, 2010. H.29
E. Mulyasa. 2006. Menjadi
Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Kusnandar. 2007. Guru
Profesional. Jakarta: PT Raja Grafindo
Maman Ukas. 2004. Manajemen.
Bandung: Agini
Muhammad Surya. Organisasi
profesi, kode etik dan Dewan Kehormatan Guru.
Miftah Toha, 2003. Kepemimpinan
dalam Manajemen, Jakarta: PT Raja Grafindo.
Rahman (at all). 2006. Peran
Strategis Kapala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jatinangor:
Alqaprint.
Sadili Samsudin.2006. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Bandung: CV Pustaka Setia
Soekarto
Indarafachrudi. 2006. Bagaimana Memimpin Sekolah yang efektif. Bogor:
Ghalia Indonesia
Sudarwan Danim. 2002. Inovasi
Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kepandidikan.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Syaiful Sagala. 2002. Administrasi
Pendidikan Kontemporer. Bandung : Alfabeta CV
Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan
Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
[1] Mochtar Lubis, Manusia Indonesia, Jakarta: Yayassan
Obor, 1991, h.19.
[2] Barnawi dan M. Arifin, Strategi & Kebijakan pembelajaran
pendidikan Karaktek, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012, h.44.
[3] Barnawi dan M. Arifin, Strategi & Kebijakan pembelajaran
pendidikan Karaktek, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012, h.44.
[4] Jauhar al-Thanthawi, Al-Jauhar di Tafsir al-qur’an, (Beirut:
Dar al-Fikr, t.t.) juz. I. h. 3
[5] Ahmad Tafsir (Ed.), Metode Mempelajari Islam, (Cirebon: klub
Kajian Agama Nurjati, 1992), h. 12.
[6] Abdurahman bin Nashir al-sya’di,
Taysir al-kiram al-rahman Fi Tafsir kalam
al-manan (Riyad; maktobah Al-mulk Al-fahd, 1424 H) h.923
[7] Imron Nasri. (Ed), Meremajakan Pimpinan Muhammadiyah,
Penertib Suara Muhammadiyah, Yogyakarta, 2010. H.29
[8] E. Mulyasa. 2006. Menjadi
Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
[9] Kusnandar. 2007. Guru
Profesional. Jakarta: PT Raja Grafindo
[10] Maman Ukas. 2004. Manajemen.
Bandung: Agini
[11] Muhammad Surya. Organisasi
profesi, kode etik dan Dewan Kehormatan Guru.
[12] Miftah Toha, 2003. Kepemimpinan
dalam Manajemen, Jakarta: PT Raja Grafindo.
[13] Rahman (at all). 2006. Peran
Strategis Kapala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jatinangor:
Alqaprint.
[14] Sadili Samsudin.2006. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Bandung: CV Pustaka Setia
[15] Soekarto Indarafachrudi. 2006. Bagaimana
Memimpin Sekolah yang efektif. Bogor: Ghalia Indonesia
[16] Sudarwan Danim. 2002. Inovasi
Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kepandidikan.
Bandung: CV Pustaka Setia.
[17] Syaiful Sagala. 2002. Administrasi
Pendidikan Kontemporer. Bandung : Alfabeta CV
[18] Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan
Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar