Ali Akbari
Perempuan Malam
perempuan dengan senja
di lehernya
sendiri
merangkai-rangkai malam
tanpa rembulan
menerawang masa silam
bunga
ketika dara masih
lantang tertawa
dengan whisky di tangan
dan lelaki pemuja
tubuh sintal itu menari
sebagai ikan; telanjang
kini musim bungapun
usai
perempuan sebagai
kembang layu; tercampakkan
Ali Akbari
Dermaga
engkaulah dermaga itu
dan di situlah kelak
kapalku berlabuh
gelombang mana lagi
hendak mengusik perjalananku
sedang badaipun telah
menjadi sahabatku
kini kupasrahkan saja
perahuku
pada angin laut kemana
membawaku
dan aku tak lagi takut
pada gigi-gigi ombak
yang siap menerkamku
Ali Akbari
Perahu
akulah perahu yang tak
pernah letih mengembara
jiwaku layar-layar
berkibaran
mengucap salam bagi
pulau-pulau yang bakal kusinggahi
walaupun laut,
walaupun gemuruhnya dan
taufan iri melihatku
aku akan terus melaju
jikapun aku harus mati
di dasar laut, aku akan bangga
sebab matiku tak
sia-sia
tubuhku akan ditumbuhi
rerumputan
dan jadi sarang
bagi ikan-ikan yang
bakal menetaskan telurnya
Ali Akbari
Catatan Perjalanan
seperti kereta api yang
meluncur
entah di stasiun mana
akan berakhir,
perjalanan usiaku
seperti air sungai yang
mengalir
entah di muara mana
akan berakhir,
air mata ini
detik-detik yang
merintih
kucoba menjala nasib
selembar harapan
berakhir di tong sampah
Ali Akbari
Lagu Kematian
lari, Nang, lari!
melangkahi matahari
mengejar jejak angin
subuh yang hilang
sambil mengusung mayat
diri
meneriakkan kata-kata
di sepanjang jalan
tak letih juga,
mengeja peta kota-kota
mati
pada sungai air mata,
kau basuh nasib yang kusam
o alangkah perihnya
kehidupan
harapan dan impian yang
teraduk
membaringkan nurani
manusia tinggal
kerangka
Agus Supardi
Siluet Tanah
Kelahiran
telah kutinggalkan kota
dan kupilih tempat
peristirahatan bagi jiwaku yang lelah
putus asa dan kecewa
telah kuwakilkan pada buih
dan obat anti biotic
sebab telah kuduga
sejak semula
akan jatuh lagi air
mata yang lebih dingin
membasahi kampungku
aku akan kalah lagi;
jatuh dan terlindas
atau aku akan jadi roda
atau mesin atau rem yang telah aus
sebelum buldoser itu
meratakan tanah kelahiranku
sebelum cerobong asap
itu menghanguskan mimpi kanak-kanakku
ingin aku tafakur dan
berdoa
sambil kuteteskan air
mata. Sambil kuteteskan air mata!
tanda berkabung bagi
tanah kelahiranku
Ali Akbari
Balada Perempuan
Kallar*
tak ada pesta atas
kelahiran bayi perempuan Kallar
angin kering meniupkan
bau kemiskinan
menggetarkan dada dan
kuduk sang ibu
: emas kawin yang
melilit leher, sorot mata garang sang suami
dan kutukan para dewa
dengan hati yang luka,
digerusnya segenggam biji
oleander—getah beracun itu
lalu disuapkan kepada
permata hatinya
“Anakku perempuan,
inilah cinta ibu yang
teramat dalam”.
sambil didekapnya
erat-erat sang jabang
hingga gelinjang
kematian merasuk dalam pori-pori
o matahari Kallar,
meretakkan tanah-tanah
meretakkan peradaban!
1988
*)
Kallar : nama sebuah distrik suku Tamil Nadu di India
Ali Akbari
Song For Solitude
ceritakan lagi padaku,
katamu
tentang pujangga yang
bersanding dengan raja-raja
sambil mendendangkan
seloka dan syair pelipur lara
juga mantra persembahan
para dewa
tapi secawan anggur tak
sanggup menghapus dahagamu yang purba
sedang perih luka yang
kau peram berabad lamanya
lebur bersama kilauan
bintang-bintang
—lidah keluh
tenggorokan tersekat
kaku
dan kinipun kita
tersadar
ditengah hiruk pikuk
lalu lintas yang berseliweran
dan sumpeknya aroma
politik yang saling menghimpit
dan menikam
sedang kota yang centil dan rajin berdandan
terus berlenggang dan
terus berlenggang
—masih pentingkah arti
sebuah kemenangan
sedang mengalahkan tidak harus dengan
saling membunuh
nyanyikan lagi untukku,
pintamu
sebait puisi cinta yang
mendayu-dayu
agar tuntas sudah
dendam asmara
yang menindih dadaku
—dalam bayanganmu
sepasang kekasih asik mansyuk berdansa
dalam buaian sinar rembulan
Ali Akbari
Ritus Pengantin
kasihku, pengantinku
kita serahkan saja
semua pada musim kali ini
ketika langit pasrah
dan tanah basah oleh air mata
—dengan tanganku yang
legam ditempa cuaca
akan kita bajak bersama
ladang-ladang
persemaian di bumi asing
tempat kau taburkan
benih cinta kasih yang putih
kasihku, pengantinku
akan kita bangun
bersama
rumah persinggahan di
negri asing
beratapkan rumbia dari
helaian rambutmu
sedang tihangnya dari
tulang rusukku
bunga-bunga bermekaran
di taman hatimu
kasihku, pengantinku
akan kita tempuh
bersama, perjalanan tanpa peta
menelusuri semak
belukar, lembah dan rawa
—peradaban yang
dibangun dan dihancurkan manusia
usah kau risaukan lagi
jalan kembali
kasihku, pengantinku
akan tiba juga saatnya
ketika daun jatuh dan
bunga-bunga berguguran
seribu malaikat
menghantarkan pengantin pulang
ke kampung halaman
abadi
dan mempelai itu adalah
kita!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar