Pengikut
Salafush Sholeh
Pengikut Rasulullah dan Salafush Sholeh yang
sebenarnya ???
Sebagian
muslim mengaku-aku mengikuti Rasulullah dan Salafush Sholeh pada umumnya belum
memahami apa yang dimaksud dengan perkataan Rasulullah “Orang-orang yang
mengikutiku dan para sahabatku.”
Orang-orang
yang mengikuti Rasulullah dan para Sahabat tentulah orang-orang yang menngikuti
atau berada pada jalan yang lurus
Siapakah
orang-orang yang mengkuti jalan yang lurus ?
Apakah para
ahli ilmu (ulama) atau orang-orang yang mengetahui (hukum) agama atau syariat
pasti berada pada jalan yang lurus ?
Kalau kita
pahami petunjukNya , maka kita akan paham siapa saja yang dimaksud orang-orang
yang berada pada jalan yang lurus.
Kita harus
bisa bedakan antara mengetahui (hukum) agama/syari’at dengan mengenal (hukum)
Tuhan (ma’rifat)
Untuk
membedakan antara tahu (hukum) agama atau syariat dengan tahu (hukum) Tuhan
atau ma’rifat, silahkan baca tulisan pada
Mereka yang
telah mengenal (hukum) Tuhan (ma’rifat) adalah muslim yang sholeh, muslim yang
baik, muslim yang ihsan atau muslim yang dapat melihat Allah Azza wa Jalla
dengan hati atau dengan hakikat keimanan.
Orang-orang
sholehlah yang berjalan (thariqat) pada jalan yang lurus, mereka yang telah
dikaruniakan ni’mat oleh Allah Azza wa Jalla.
Di alam
dunia ini, muslim yang hidup dan berada pada jalan yang lurus hanyalah muslim
yang sholeh, muslim yang baik, muslim yang ihsan (muhsin/muhsinin/sholihin).
“Tunjukilah
kami jalan yang lurus” (QS Al Fatihah [1]:6 )
” (yaitu)
Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka….” (QS Al
Fatihah [1]:7 )
“Dan
barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama
dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para
shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka
itulah teman yang sebaik-baiknya .” (QS An Nisaa [4]: 69 )
Bagimana
kita dapat mengikuti Salafush Sholeh karena masa kehdiupan mereka sudah lampau
(Al-Ghaibul Madhi) yaitu segala sesuatu atau kejadian yang terjadi pada zaman
dahulu, yang mana kita tidak hidup sezaman dengannya. Sehingga kita tidak bisa
lagi mengikuti atau mencontoh Salafush Sholeh secara langsung.
Kita
sebaiknya tidak mengikuti Salafush Sholeh berdasarkan perkataan/pemahaman ulama
(ahli ilmu) sebelum jelas ke-sholeh-an mereka.
Kita
diperintahkan untuk bergaul dengan orang-orang sholeh, mencontoh mereka secara
langsung, mengikuti mereka dalam beribadah kepada Allah Azza wa Jalla.
Mengikuti orang-orang sholeh sama saja dengan mengikuti Salafush Sholeh secara
langsung karena mereka sama dalam ke-sholeh-anatau sama-sama di sisi Allah Azza
wa Jalla.
Firman Allah
ta’ala yang artinya,
“Dan
ikutilah jalannya orang yang kembali kepada-Ku”. (QS Luqman [31]:15 )
“Hai
orang – orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu
sekalian, beserta orang – orang yang benar”. (QS At Taubah [9]:119)
”Man
qallada ‘âliman laqiya Allâha sâliman”, barang siapa mengikuti
orang alim (sholeh) maka ia akan berjumpa dengan Allah dalam keadaan selamat.
Perintah
untuk bergaul dengan orang-orang sholeh telah disampaikan sejak dahulu oleh
orang-orang sholeh dari negeri kita sendiri. Contohnya oleh para Wali Songo
kepada setiap muridnya. Bahkan Sunan Bonang (1465-1525) menuangkannya melalui
lirik lagu yang cukup kita kenal yakni berjudul “Tombo ati” atau “Obat Hati”,
dimana salah satu bait syairnya adalah “Wong kang sholeh kumpulono“, berkumpullah
dengan orang sholeh
Orang-orang
sholeh adalah orang-orang yang mulia, mereka di sisi Allah Azza wa Jalla.
Mereka istiqomah di jalan yang lurus karena mereka telah di anugerahi ni’mat
oleh Allah Azza wa Jalla.
Orang-orang
sholeh telah dianugerahi ni’mat sehingga mereka dapat merasakan ni’matnya /
manisnya iman, lezatnya taqwa karena mereka mencintai Allah dan RasulNya
melebihi cinta kepada yang lainnya.
Rasulullah
mengatakan tanpa mencintai Allah ta’ala dan RasulNya maka tidak akan merasakan
manisnya iman atau keimanan yang terpaksa atau menjalankan kewajiban sekedar
mengguggurkan kewajiban.
Nabi
Muhammad Saw dalam hadis shahih muslim menegaskan bahwa barangsiapa yang
apabila didalam hatinya ada tiga perkara ini, maka ia telah merasakan manisnya
iman. Pertama yaitu apabila Allah dan RasulNya lebih ia cintai dibanding yang
lainnya, kedua apabila seseorang mencintai orang lain hanya karena Allah
semata, ia bersatu dan berpisah karena Alloh dan ketiga apabila ia takut untuk
kembali kepada kekufuran sebagaimana takutnya ia apabila ia dilemparkan ke
dalam neraka..(HR. Muslim )
Rasulullah
mengatakan sebagai “manisnya Iman”, sedangkan Imam Syafi’i rahimullah
mengatakan sebagai “kelezatan taqwa” dalam nasehatnya (diwan),
“Sesungguhnya
demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu. Orang yang hanya
mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mahu menjalani tasawuf, maka hatinya tidak
dapat merasakan kelezatan takwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf
tapi tidak mahu mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik /
sholeh / ihsan.” (pen. bagaimana mencapai muslim yang ihsan).
Dustalah
bagi mereka yang mengaku bahwa hanya kelompok mereka saja yang pasti masuk
surga. Mereka
salah memahami hadits “73 golongan masuk neraka dan hanya satu masuk surga”
Golongan yang satu masuk surga adalah golongan pengikut Rasulullah dan para
Salafush Sholeh yakni orang-orang sholeh, orang yang istiqomah pada jalan yang
lurus. Orang sholeh bisa ada di mana saja, dari tingkatan, golongan, kelompok,
jama’ah, tarekat, harakah, manhaj, mazhab, hizb, organisasi massa/keagamaan,
dan bentuk-bentuk lain dari jama’ah minal muslimin (bentuk kumpulan kaum
muslimin) mana saja. Dan kepastian terakhir kita masih termasuk orang-orang
sholeh adalah setelah kita wafat, karena sebelum kita wafat , bisa saja terjadi
perubahan. Ada yang sebelum wafat menjadi mantan orang sholeh dan ada pula yang
menjadi orang sholeh baru. Untuk itulah kita harus mempunyai rasa khauf
(takut), takut tidak termasuk orang sholeh dan rasa harap (raja), mengharap
kepada Allah Azza wa Jalla untuk meneguhkan menjadi orang sholeh hingga akhir
hayat. Hanya Allah ta’ala yang Maha Mengetahui dan Maha Memutuskan/Menghukum
(Al Fattaah)
“Katakanlah:
“Rabb kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara
kita dengan benar. Dan Dia-lah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui”
(QS Sabaa’ [34]:26 ).
Kesimpulan:
Janganlah mengikuti ulama (ahli
ilmu) sampai pasti ke-sholeh-an mereka.
Janganlah mengikuti seorang yang
kita anggap sholeh sampai kita pasti mereka mengerjakan syariat.
“ Wasalam “
Tidak ada komentar:
Posting Komentar