Kamis, 22 Agustus 2013
Kumpulan Puisi 'OPE MUSTOFA' [Mantan Bupati Indramayu]
OBSESI
Kala itu ……..
mahkluk sempuma diciptakan-Nya
sang Gagah perkasa penghuni sorga
bahagia tapi sepi tanpa teman sejenismu
Hawa dicipta dan iga sang perkasa
awal dari suatu obsesi akhlak manusia
mereka bersama bercita penuh ilusi cinta
sang penggoda tidak putus ass agar mereka
dan anak basil cinta membuat mereka tertawa
syaitan ……
sang raga …... merasa bangga ……. merasa empunya
cita - rasa - karsa - harta - karya – kuasa
katanya untuk semua bersembunyi ego pribadinya
Akan halnya sang iga
ia merasa sebagian darinya, lemah tak berdaya
kadang dimanja - diajak bersama
tapi - kadang dihempaskan pada posisi hina
Entah dari mana mulanya iga itu berkuasa
alpa akan kodrat den fitrahnya
ia lebih dan sang raga merusak isi cinta terhempas
badai petaka mengundang gelak sang penggoda
Kenapa ……..
raga tidak melindungi, memelihara, menutupinya....
dengan busana yang pantas baginya
tanda rasa cinat penuh cita
Mengapa ………
sang iga tidak ingin selalu bersama
seiring melayari bahtera sambil melindungi ………
sumber detak hidup kehidupan dan selalu menegakkan sang raga agar tidak terbungkuk - bungkuk menyesali mempunyai iga yang rapuh tanpa daya pembawa bencana
Kenapa tawa sang penggoda tergelak
is merasa.......... pengendali
penyalur petaka dan neraka yang selalu digjaya
sampai akhirnya tidak ada lagi
iga dan raga yang menuju sorga
Ironis
obsesi 'tuk menghentikan gelak penggoda
tak mendapat sambutan den tempat semestinya
Ach........... tidak tahu lagi aku mengapa
IBU .... DO'A KAMI UNTUKMU
Di ambang fajar Idhul Adha embun bening
menyegarkan bumi membasahi hewan qurban
di halaman musholla, masjid dan gria
diiringi takbir mengagungkan asmaul husna
Sosok tubuh ibu penuh cipta, rasa, din karsa
dipanggil kembali ke hadirat-Nya didampingi
suami pemegang mandat bangsa
Meninggalkan semua yang dicintainya di hari mulia
seorang manusia mentaati perintah Tuhan-Nya
tuk mengorbankan anak nan sholeh kecintaan
ayah dan bundanya
Ibu ... kau pergi tanpa berita sebelumnya
Ibu ... kemarin kami masih menikmati senyum,
lambaian tangan dan sentuhan kasihmu yang tulus
Ibu... seakan tak percaya kami akan mata dan telinga, menerima berita duka di hari mulia
Ibu ... Kami ingin sepertimu sebagai insan
penerima dan pelaksana amanah
berjuang dan mengabdi kepada negara, bangsa,
suami, anak dan cucunda tercinta dengan sabar
dan tawakal penuh takwa
Ibu ... Kami ingin sepertimu
berpulang menghadap-Nya dengan tenang di hari mulia
tak membebani keluarga dan suami tercinta
Membuat kami terhenyak den tersentak menerimanya
Ibu ... tenanglah dalam alammu kini
kami akan melanjutkan perjuanganmu
kami akan jaga peninggalanmu
kami berdoa untukmu selalu semoga ibu
menjadi khusnul khatimah .... Amien
Jakarta, 2 Mei 1996
SANG ADIPURA
Konon dermayu di masa lalu
Desa asri disisi bantaran Cimanuk yang lugu
Rindang, tenang, dipagari padi yang kemuning
Dermaganya ayu, nelayanpun tenang melaut dan
memancing
Lalu desa itu menjadi kota kecil penuh tantangan
Ruang aneka ragam kehidupan
Lupa menjaga ketenangan dan kerindangan lingkungan
Banjir dan kering bergantian memperingati
penghuni kota akan keacuhan den ketidakpedulian
Jadilah dia kota yang terpuruk
dalam kebersihan, ketertiban dan keindahan
Perlahan tapi pasti ...
Merekapun sadar dan bangkit dari ketinggalan
Air - selokan - sampah - pasar - jalan dan
lingkungan ditata ulang
bersama-sama menyingsingkan lengan baju
memerangi kesemrawutan
‘Tuk mengembalikan seperti dulu
Asri - ayu dan rindang.
NUANSA AKSARA
Lahirku serupa dengan mereka
menangis dan tertawa karena rasa dan canda
hanya mereka dengan kasih dan cinta menerima ilmu
tuk mengenal dunia mereka juga masih menangis
dan tertawa tapi dalam romantika kehidupan cendekia
Sedang aku - dan aku lainnya
Ada kasih dan cinta tapi dengan mereka aku
kenal dunia terbata-bata aku menangis dan tertawa
tetap karena canda dan rasa
aku tak tahu ilmu melalui aksara
Puji syukur kepada Sang Maha Kuasa sentuhan
kasih kuterima dari insan yang Peduli kepadaku
aku mulai tahu aksara dan membaca
aku bisa menangis dan tertawa seperti mereka
tidak buta dalam romantika dunia
semoga anakku tidak seperti aku
kelak dia harus sama dengan mereka
SAMPAH
Kau dibuang – dicampakan dari mereka yang
Mengambil manismu
Kau memanggil.........................
Perlakukan kami
Manfaatkan kami
Tempatkan kami
Jangan tunggu kami murka memberi aroma busuk
Dan petaka penyebab derita dan duka
Akibat ketidakpedulian dan keangkuhan manusia
Ingat.....................
Kami tidak akan sirna
Kami tidak akan lenyap
Kami ada dan selalu ada
Pedulikan kamiagar tidak terjadi mara bahaya
Akibat perilakumu manusia yang melahirkan kami
Indramayu, 4 Juni 94
RAPIH SERASI INDONESIA
Dahulu....... 50 tahun yang lalu kau lahir
Bayi indonesia dari ayah ibu perintis dan
Pejuang di tengah kancah revolusi kemerdekaan
Kini......... Kau tegak dan dewasa rapih menata diri
Serasi menelusuri era kebangkitan nasional kedua
Di tengah globalisasi dan teknologi
Kelak......... dengan Tuhan Yang Maha Esa
Kau akan tunjukan kepada mereka isi dunia
Inilah indonesia.........
Negara berjuta manusia adil pemerintahnya
Makmur rakyatnya tegar pribadinya
Diatas landasan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar ‘45
Bergaul untuk perdamaian dan kemerdekaan sesamanya
-Dirgahayu Indonesia-
Jakarta, 23 Agustus 95
BALADA SEORANG IBU
Garis-garis wajah kerut bak grafis
Proses alami liku kehidupan
Artistik ciptaan illahi
Menghias wajah menambah wibawa
Insan-insan bertelapak sorga
Kau lahir dan melahirkan
Kau hhidup dan menghidupi
Kau dicinta dan sumber cinta dan segalanya
Pelaksana kodrat kehidupan
Makhluk sempurna ciptaan-Nya
Hari-harimu....... dilalui
Penuh gejolak pertentangan hati anttara
Cinta dan realita
Panduan karya doa dan
Balada kehidupan penuh rona
Sumber cinta yang melukis
Kerut panorama di wajah mulia
Semoga Tuhan selalu bersamamu
CERITA ANAK MANUSIA
Mentari senyum malu-malu terbit diufuk timur
Sudut dunia membuuka mata anak manusia
Dari kelelapan mimpi indahnya
Mereka berdoa
Mereka meliukan tubuh kecilnya berolahraga
Bergurau dan beercanda peluh mengalir tak dirasa
Membasahi persada
Tanah tumpah darah tercinta
Sang surya kian perkasa makin tinggi
Menerangi alam ssemesta
Anak manusia bersenandung ria bernyanyi-menari
Dan berseloka menuntut ilmu memelihara budaya
Cerita anak manusia sehat sejahtera harapan bangsanya
Mentari perlahan sembunyi mengakhiri tugas suci
Mengantar mereka anak ceria berdoa kembali
Keperaduannya ‘tuk mengongsong mentari esok hari
Dan hari berikutnya memberi kehidupan
Alam semesta tugas mulia dari sang maha pencipta
23 Oktober 1995
BACALAH
Gurun nan gersang ........ kejam
Hutan lengang...... menakutkan desa terpencil
Sampai tengah hiruk pikuknya
Kota metropolitan
Dalam suasana suka dan duka tidak mengenal
Tua dan muda
Kalam-Mu ya Tuhan semesta alam
Dibaca-dihayati-diamalkan menguak lengang
Mengusir gersang menghilangkan takut menentramkan
Dinamika kehidupan
Diawali kalimat ta’awudz berlindung kepada-Mu
Dari godaan syaitan yang terkutuk
Diakhiri tasbih dan iman
Maha benar engkau ya Allah dengan segala firman-Nya
Menjadi pedoman dalam kehidupan
Sungguh........ sebaiknya ibadah
Membaca al-qur’an mubin
Semoga amal ibadah kita diterima Allah Swt.
Kroya, 27 Maret 1996
KUCARI BAHAGIA
Awal kehidupan......... aku melihat......
Tapi aku buta kekuasaan-Nya
Aku mendengar ................ tapi aku tuli dari kalimat-Nya
Aku bicara ....... tapi aku bisu tidak mengucapkan
Kalam Illahi
Aku melangkah ...... tapi sebenarnya aku diam
Aku bernafas ........ tapi nafasku hampa dari tasbihmu
Aku berakal ........ tape sebenarnya aku bodoh
Aku, aku ..... aku...... !
Aku adalah insan alfa
Aku lengkap sebagai manusia tapi aku jauh dari bahagia
Suatu saat aku dibuka oleh-Nya
Aku melihat aku mendengar aku bicara aku
Menguasai diri dan diilhami mengenai-Mu
Dua kalimasyahadat kubaca sholat kudirikan
Zakat kuberikan puasa kulaksanakan haji kutunaikan
Tapi ....... aku masih belum bahagia
Aku tidak tahu, bahagia itu apa ?
Sekalipun semua sudah kulakukan
Mungkin aku bahagia, jika semua itu Kau terima
Tapi...... bagaimana aku tahu karena itu rahasia-Mu
Yaa ....... Maalikiyaumiddiin
Mungkin bahagia itu aku raih jika aku kembali
Kehadirat-Mu di terima di sisi-Mu
Berada di Firdaus-Mu kekal abadi didalam
Balasan sorga-Mu
Indramayu, 28 April 94
SILIH BERGANTI
Temu...........
Awal dari pisah
Silih berganti mengisi hidup dan kehidupan
Seakan cepat waktu berlalu
Seakan seikhlas bersama, bahagia tertawa
Tak terasa goda dan kendala lalu oleh canda kawula
Ada yang pergi........
Ada yang datang silih berganti seperti
Siang dan malam
Apa kata siang dan Yang Maha Kuasa yang tahu
Berbuatlah untuk dikenang nanti pada waktu
Pergi diiringi doa yang tinggal
Semoga Tuhan menerima amal ibadahnya
Amien
Indramayu, 3 Nopember 93
WAKTU
Kau ..... sang waktu
Tetap tegar pada tugas janjimu
Tidak rubah karena apapun
Detik dan rotasimu menjadi pegangan semua
Harapan dan perasaan
Kau disegani-ditunggu-dijalani-dituruti
Dan ditakuti
Waktu dulu kita belum apa-apa
Waktu kini kita juga belum jadi apa-apa
Waktu kelak kita pun tidak akan ada apa-apanya
Kenapa kita menjadi mengapa
Padahal kita bukan apa-apa kita semua
Mengisi detik waktu mengikuti iramanya
Menunggu waktunya tuk kembali pada Sang
Empunya
Entah kapan ....... tapi pasti waktu itu akan tiba
Sang Maha Kuasa telah memperingatkan kita
Demi waktu-agar kita dengan amal dan akhlak mulia
Agar tidak merugi ..... dan kesal
Sang waktu sia-sia berlalu tanpa ada apa-apa
Indramayu, 29 Agustus 93
ULURKAN TANGANMU
Bencana ........ siapun tak ingin mendapatkannya
Tapi dia ada menghantui kehidupan ...... manusia
Dan lingkungannya
Air ...... bah yang mmengoyak
Angin ...... taufan yang memporakporandakan
Api ..... agni yang murka menghanguskan
Kecelakaan .... wabah ...... perang
Bumipun bergerak menimbun kehidupan membawa
Bencana petaka dan cerita
Semua akibat murka Yang Maha Kuasa
Memperingatkan manusia yang merusak citra kehidupan
Alfa akan petaka dan azab-Nya
Hai manusia
Sadarlah ....... semua itu ujian bagimu
Agar ....... tawakal bagi penerima bencna
Ulurkan tanganmu membantu meringankan derita
Dan duka mereka
Ulurkan tanganmu dengan derma ......
Donor dan doa sebagai amal mulia untuk menuju sorga
Karena doa yang menderita selalu di dengar Sang Kuasa
Dan mendapat ridho-Nya
Amien
Indramayu, 29 Nopember 93
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar