Rabu, 18 September 2013
Kamis, 05 September 2013
Puisi untuk Negeri
Alam pun Bersaksi
Dahulu ada kehidupan yang tak dapat dipungkiri
Lalu dari waktu ke waktu zaman pun telah tersakiti
Gelora juang seorang pendiri hanya jadi kisah di laci memori
Kisah sepenggal kehidupan di pesisir cinta sejati
Kenangan indah telah terpatri
Di alam yang turut bersaksi
Kiranya history telah hidup kembali
Pasti para pengabdi bersuka hati
Kisah ternyata hanyalah sebuah cerita yang dibumbui
Oleh secercah sejumput harapan yang tak pasti
Padahal alam pun telah bersaksi
Untuk menjadi pelajaran hidup yang penuh arti
Itulah kehidupan yang tak pernah berbohong diri
Kisah sang ksatria sejati ditelikung oleh lika-liku penuh duri
Dunia pesisir cinta sejati andil melahirkan sejuta misteri
Dan Ilahi pun tak pernah ingkar janji
Alam turut bersaksi bahwa hidup penuh histeri
Gelora hati tuk tak tersakiti dikebiri saudara sendiri
Ingin mengabdi digoda oleh kelalaian diri
Cinta di pesisir jadi tak lagi sejati
Dermayu, 8/2/2013
Pikirannya Tak Secerdas Hatinya
Jagalah hati kau pasti berbakti
Akalnya hanya diminta untuk mengerti
Dunia sungguh tercipta dengan kehendak Ilahi
Azab-Nya pasti mengikuti
Berbekal kecerdasan saja sungguh tak cukup mendalami
Cerdas akal seharusnya hatinya juga melebihi
Akal dan hati bukan saling memusuhi
Diperintahkan untuk saling berinteraksi
Pikirannya tak secerdas hatinya duhai para pengabdi
Ada Dia Yang Maha Suci di dalam hati
Bukan kebanggaan diri Allah bersemayam di hati
Hanya Dia-lah yang patut dipuji
Bercerita tentang hidup di negeri sendiri
Dahaga terasa jika tak mengenali
Asmara pada ibu pertiwi harus sampai di kedalaman hati
Sebagai tanda bukti cinta sejati
Memanjakan dunia di negeri sendiri takkan bisa abadi
Pada hati yang cinta Ilahi akan hadir senyum berseri
Pikirannya tak secerdas hatinya duhai pemuja Ilahi
Adakah dapat dimengerti?
Dermayu, 9/2/2013
Sejarah Pesisir Cinta Sejati
Kulihat dalam tatapan nun jauh dari pandangan
Terdengar berita yang menjelaskan penuh makna
Perihal pesisir cinta sejati di keharibaan
Sulit untuk dibuktikan tapi jelas dalam suka cita
Derai air mata sang duka dalam pengabdian
Sosok kesucian dalam keheningan derita
Dihamparkan bukti akan adab dan kesopanan
Bukan lahir dari angan yang hampa
Perhatian terhadap keluhuran dan kesucian
Sandaran dinamika dalam kehidupan alam yang nyata
Bukti sejarah yang menyulitkan
Bila dihampiri dengan bisikan sang durjana
Aku pun tersadar dalam bungkus kebahagiaan
Bahwa kelak lahir bumi pesisir dalam hamparan cinta
Terikat kuat dalam kebahagiaan dan kemuliaan
Sejak lahir kemurnian cinta yang membahana
Sejarah pesisir cinta sejati bukan hayalan
Bukan pula karena keinginan yang merana
Telah terurai dalam untaian kitab yang dirahasiakan
Di luar dunia yang tertangkap tatapan mata
Dermayu, 10/2/2013
Asmara dalam Duka
Seolah tak kumengerti
Ada duri dalam diri
Kelu lidah tuk mengakhiri
Sayatan sembilu dari kampung sendiri
Banyak cerita yang kualami
Dalam hidup di dunia sang pemimpi
Sudah lama kutersakiti
Dari seorang yang tak tahu diri
Sehat sejahtera ada dalam sanubari
Padahal hidup di negeri sang pendiri
Bukan takut tuk menghadapi
Lebih baik tak menghampiri
Asmara dalam duka begitulah yang dialami
Seribu kata tak berarti
Di masa kumenanti seorang pengabdi
Dalam rindu yang tak terobati
Berdoalah duhai putera sejati
Allah pasti kan menemani
Dunia bukanlah ladang tuk meratapi
Setiap wujud yang tak ada harga diri
Asmara dalam duka begitulah hidup di dunia mimpi
Cukup sudah tuk tersakiti
Dekapan cinta yang dinanti
Senyum luka tetap berseri
Dermayu, 10/2/2013
Belaian Sang Ilahi
Apalah arti hidup saat dikejar tak pernah berhenti
Detak jantung pun takut mengomentari
Bilakah hidup terus berlari
Jika hanya mimpi menguasai materi?
Celaka oh celaka bila itu yang terjadi
Sadarlah para sang pemimpi
Ada cinta yang harus dicari
Damai hidup dengan belaian Sang Ilahi
Negeri ini diliputi penuh misteri
Ada banyak harta yang bermateri
Tidak juga dapat mencukupi
Derita lama tak pernah berhenti
Adakah yang mau mengabdi
Berbekal cinta tanpa menyakiti
Inilah yang dicari
Allah pun ridho menghampiri
Wahai anak negeri
Kita butuh belaian Sang Ilahi
Agar hidup menjadi semakin berarti
Bahkan negeri mengamini sendiri
Mustahilkah dapat terjadi
Ataukah itu hanya dongeng dalam mimpi
Belaian Sang Ilahi bukan tak pasti
Terukur dari cara kita mendekati
Negeri yang bermateri menjadi misteri
Jika didekati tanpa menghayati
Kejarlah belaian Sang Ilahi
Hidup pun di negeri ini tak lagi bermimpi
Dermayu, 11/2/2013
Menuju Kemakmuran
Mungkin ada baiknya tuk mencoba
Adakah sebuah perubahan dimulai
Ah itu boleh jadi merupakan suatu usaha
Hidup memang harus silih berganti
Jika diam mustahil perubahan ada
Gayung bersambut diiringi niat suci
Derita lahirkan manusia binasa
Bila berganti maka ada sesuatu yang pasti
Dunia bukanlah panggung sandiwara
Petikan cinta dalam sanubari
Ada kata yang terlupa
Bahwa hidup hanya untuk mengabdi
Alam ingin disantuni belaian cinta
Kemakmuran pun bukan tak pasti
Walau sedikit tangan menggoda
Ada Ilahi yang selalu mengawasi
Wahai insan yang hidup penuh derita
Buka mata dengarkan hati
Salam sejahtera nun jauh di sana
Ada berita suka cita yang dinanti
Menuju kemakmuran hidup di dunia
Ajal menanti tak tahu pasti
Jangan biarkan hidup merana
Sambutlah mentari di pagi hari
Sudah lama kita berjumpa
Tak juga bersimpuh silaturahmi
Walau hanya sementara
Banyak makna yang dapat dicari
Menuju kemakmuran penuh bahagia
Ada di dalam kebijaksanaan Ilahi
Kejar hidup bertambah merana
Bila berlari tak setulus hati
Menuju kemakmuran sumpah setia
Tak boleh ada ingkar janji
Walau sedikit harta menggoda
Bakti setia dibawa mati
Ada duka ada suka cita
Tak perlu ada iri dan dengki
Allah sedang mencoba
Siapakah yang sungguh mengabdi
Dermayu, 13/2/2013
Ladang Dunia di Pesisir Cinta Sejati
Kuhargai kekayaan negeri
Alam berlimpah tak habis tuk dimengerti
Ladang dunia di pesisir cinta sejati
Lumbung padi yang beraneka materi
Melampaui kilau dunia bagi sang pemimpi
Ada banyak di negeri ini
Ladang dunia di pesisir cinta sejati
Aset pengabdi sampai ke luar negeri
Banyak orang menghargai
Kilau dunia yang dinanti
Ladang dunia di pesisir cinta sejati
Ada itu dan ini masih terselimuti
Tuhan selalu menepati janji
Jika negeri tidak dikhianati
Ladang dunia di pesisir cinta sejati
Pesona indah bagi para pengabdi
Semburan ombak rahasia Ilahi
Seribu pulau penuh misteri
Ladang dunia di pesisir cinta sejati
Kekayaan alam yang tak tertandingi
Tidakkah kau mau mengerti
Seru alam tak pernah berhenti
Ladang dunia di pesisir cinta sejati
Sudah siap untuk dinikmati
Cukup sudah tuk mendustai
Alam pun pasti senyum berseri
Ladang dunia di pesisir cinta sejati
Tawarkan hidup penuh berarti
Perlukah hidup dalam bingkai mimpi
Sakit pun tak terobati
Ladang dunia di pesisir cinta sejati
Bahagiakan insan yang tahu diri
Jagad raya milik Tuhan Yang Maha Suci
Tak perlu hidup jika mati di lumbung sendiri
Ladang dunia di pesisir cinta sejati
Dipersiapkan untuk para pengabdi
Dermayu, 16/2/2013
Satu Kata Dalam Hati
Gemuruh ombak diterjang badai
Denyut nadi tak terurai
Sedikit kata banyak arti
Meski orang tak banyak mengerti
Lagu cinta di dalam hati
Seru alam bagi pengabdi
Siapa yang tak tahu diri
Akan mati terasa disakiti
Satu kata dalam hati
Menjadi obat yang abadi
Teringat Allah sampai mati
Pasti tak ada yang mengelabui
Sudah hampa tak berarti
Tak ada pula kata dalam hati
Meski hidup laksana mimpi
Tidak juga ada yang abadi
Tapi hidup bukanlah mimpi
Selembar kain tuk menutupi
Jika hidup menjadi berarti
Allah pun rido mendekati
Beribu kata dapat dicari
Sulit juga tuk dimengerti
Satu kata dalam hati
Buka tirai yang menyelimuti
Satu kata dalam hati
Hanya Allah yang dinanti
Biar hidup tak lama lagi
Agungkan ILahi tak boleh berhenti
Dermayu, 16/2/2013
Pada-Mu Kumengabdi
Sejuta dajjal selewengkan diri
Ada iblis bergegas lari
Petir pun berhamburan menghancuri
Segalanya takkan abadi kecuali Dia Sang Ilahi
Merajut cinta di dalam hati
Sujud tersungkur menangisi diri
Apalah arti bertinggi hati
Jikalah mati dikerubuti iblis berduri
Pada-Mu kumengabdi
Jelas sudah keagungan-Mu ya Ilahi
Takkan ada yang menghalangi
Apa pun yang Kau kehendaki
Pada-Mu kumengabdi
Dihamparkan kemuliaan diri
Biarlah orang tak memahami
Bagiku hanya Engkau di hati
Alangkah indahnya penduduk suatu negeri
Abdikan diri untuk menjadi saksi
Pada-Mu kumengabdi
Begitulah seharusnya terjadi
Dermayu, 16/2/2013
Salam Sejahtera Untuk Penduduk Negeri
Dari kebahagiaan abadi
Disampaikan salam sejahtera dari pendiri
Untuk penduduk negeri yang berbakti
Janganlah duka bersedih hati
Tuhan kan terus merahmati
Kebahagiaan yang sudah pasti
Untuk penduduk negeri yang menjaga hati
Jangan lupakan bahagianmu kenikmatan duniawi
Salam sejahtera bukanlah basa basi
Untuk penduduk negeri yang cinta sejati
Kelak Allah kan menepati janji
Hidup makmur loh jinawi
Dari Dia Yang Maha Suci
Salam telah disampaikan melalui hati
Janganlah berbangga diri
Apalagi sampai menyakiti
Salam sejahtera untuk para pengabdi
Yang telah hadir di negeri sendiri
Teruslah dengan sepenuh hati berbakti
Allah pasti kan memenuhi
Dermayu, 16/2/2013
Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah
Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah (wafat 656 H)
Nama seberanya adalah Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abi Bakr bin Ayyub bin Sa’ad bin Huraiz az-Zar’i, kemudian ad-Dimasyqi. Dikenal dengan ibnul Qayyim al-Jauziyyah nisbat kepada sebuah madrasah yang dibentuk oleh Muhyiddin Abu al-Mahasin Yusuf bin Abdil Rahman bin Ali al-Jauzi yang wafat pada tahun 656 H, sebab ayah Ibnul Qayyim adalah tonggak bagi madrasah itu. Ibnul Qayyim dilahirkan di tengah keluarga berilmu dan terhormat pada tanggal 7 Shaffar 691 H. Di kampung Zara’ dari perkampungan Hauran, sebelah tenggara Dimasyq (Damaskus) sejauh 55 mil.
Pertumbuhan Dan Thalabul Ilminya
Ia belajar ilmu faraidl dari bapaknya karena beliau sangat menonjol dalam ilmu itu. Belajar bahasa Arab dari Ibnu Abi al-Fath al-Baththiy dengan membaca kitab-kitab: (al-Mulakhkhas li Abil Balqa’ kemudian kitab al-Jurjaniyah, kemudian Alfiyah Ibnu Malik, juga sebagian besar Kitab al-kafiyah was Syafiyah dan sebagian at-Tas-hil). Di samping itu belajar dari syaikh Majduddin at-Tunisi satu bagian dari kitab al-Muqarrib li Ibni Ushfur.
Belajar ilmu Ushul dari Syaikh Shafiyuddin al-Hindi, Ilmu Fiqih dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Syaikh Isma’il bin Muhammad al-Harraniy.
Beliau amat cakap dalam hal ilmu melampaui teman-temannya, masyhur di segenap penjuru dunia dan amat dalam pengetahuannya tentang madzhab-madzhab Salaf.
Pada akhirnya beliau benar-benar bermulazamah secara total (berguru secara intensif) kepada Ibnu Taimiyah sesudah kembalinya Ibnu Taimiyah dari Mesir tahun 712 H hingga wafatnya tahun 728 H.
Pada masa itu, Ibnul Qayyim sedang pada awal masa-masa mudanya. Oleh karenanya beliau sempat betul-betul mereguk sumber mata ilmunya yang luas. Beliau dengarkan pendapat-pendapat Ibnu Taimiyah yang penuh kematangan dan tepat. Oleh karena itulah Ibnul Qayyim amat mencintainya, sampai-sampai beliau mengambil kebanyakan ijtihad-ijtihadnya dan memberikan pembelaan atasnya. Ibnul Qayyim yang menyebarluaskan ilmu Ibnu Taimiyah dengan cara menyusun karya-karyanya yang bagus dan dapat diterima.
Ibnul Qayyim pernah dipenjara, dihina dan diarak berkeliling bersama Ibnu Taimiyah sambil didera dengan cambuk di atas seekor onta. Setelah Ibnu Taimiyah wafat, Ibnul Qayyim pun dilepaskan dari penjara.
Sebagai hasil dari mulazamahnya (bergurunya secara intensif) kepada Ibnu Taimiyah, beliau dapat mengambil banyak faedah besar, diantaranya yang penting ialah berdakwah mengajak orang supaya kembali kepada kitabullah Ta’ala dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahihah, berpegang kepada keduanya, memahami keduanya sesuai dengan apa yang telah difahami oleh as-Salafus ash-Shalih, membuang apa-apa yang berselisih dengan keduanya, serta memperbaharui segala petunjuk ad-Din yang pernah dipalajarinya secara benar dan membersihkannya dari segenap bid’ah yang diada-adakan oleh kaum Ahlul Bid’ah berupa manhaj-manhaj kotor sebagai cetusan dari hawa-hawa nafsu mereka yang sudah mulai berkembang sejak abad-abad sebelumnya, yakni: Abad kemunduran, abad jumud dan taqlid buta.
Beliau peringatkan kaum muslimin dari adanya khurafat kaum sufi, logika kaum filosof dan zuhud model orang-orang hindu ke dalam fiqrah Islamiyah.
Ibnul Qayyim rahimahullah telah berjuang untuk mencari ilmu serta bermulazamah bersama para Ulama supaya dapat memperoleh ilmu mereka dan supaya bisa menguasai berbagai bidang ilmu Islam.
Penguasaannya terhadap Ilmu Tafsir tiada bandingnya, pemahamannya terhadap Ushuluddin mencapai puncaknya dan pengetahuannya mengenai Hadits, makna hadits, pemahaman serta Istinbath-Istinbath rumitnya, sulit ditemukan tandingannya.
Semuanya itu menunjukkan bahwa beliau rahimahullah amat teguh berpegang pada prinsip, yakni bahwa “Baiknya” perkara kaum Muslimin tidak akan pernah terwujud jika tidak kembali kepada madzhab as-Salafus ash-Shalih yang telah mereguk ushuluddin dan syari’ah dari sumbernya yang jernih yaitu Kitabullah al-‘Aziz serta sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam asy-syarifah.
Oleh karena itu beliau berpegang pada (prinsip) ijtihad serta menjauhi taqlid. Beliau ambil istinbath hukum berdasarkan petunjuk al-Qur’anul Karim, Sunnah Nabawiyah syarifah, fatwa-fatwa shahih para shahabat serta apa-apa yang telah disepakati oleh ahlu ats tsiqah (ulama terpercaya) dan A’immatul Fiqhi (para imam fiqih).
Dengan kemerdekaan fikrah dan gaya bahasa yang logis, beliau tetapkan bahwa setiap apa yang dibawa oleh Syari’ah Islam, pasti sejalan dengan akal dan bertujuan bagi kebaikan serta kebahagiaan manusia di dunia maupun di akhirat.
Beliau rahimahullah benar-benar menyibukkan diri dengan ilmu dan telah benar-benar mahir dalam berbagai disiplin ilmu, namun demikian beliau tetap terus banyak mencari ilmu, siang maupun malam dan terus banyak berdo’a.
Sasarannya
Sesungguhnya Hadaf (sasaran) dari Ulama Faqih ini adalah hadaf yang agung. Beliau telah susun semua buku-bukunya pada abad ke-tujuh Hijriyah, suatu masa dimana kegiatan musuh-musuh Islam dan orang-orang dengki begitu gencarnya. Kegiatan yang telah dimulai sejak abad ketiga Hijriyah ketika jengkal demi jengkal dunia mulai dikuasai Isalam, ketika panji-panji Islam telah berkibar di semua sudut bumi dan ketika berbagai bangsa telah banyak masuk Islam; sebahagiannya karena iman, tetapi sebahagiannya lagi terdiri dari orang-orang dengki yang menyimpan dendam kesumat dan bertujuan menghancurkan (dari dalam pent.) dinul Hanif (agama lurus). Orang-orang semacam ini sengaja melancarkan syubhat (pengkaburan)-nya terhadap hadits-hadits Nabawiyah Syarif dan terhadap ayat-ayat al-Qur’anul Karim.
Mereka banyak membuat penafsiran, ta’wil-ta’wil, tahrif, serta pemutarbalikan makna dengan maksud menyebarluaskan kekaburan, bid’ah dan khurafat di tengah kaum Mu’minin.
Maka adalah satu keharusan bagi para A’immatul Fiqhi serta para ulama yang memiliki semangat pembelaan terhadap ad-Din, untuk bertekad memerangi musuh-musuh Islam beserta gang-nya dari kalangan kaum pendengki, dengan cara meluruskan penafsiran secara shahih terhadap ketentuan-ketentuan hukum syari’ah, dengan berpegang kepada Kitabullah wa sunnatur Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai bentuk pengamalan dari Firman Allah Ta’ala: “Dan Kami turunkan Al Qur’an kepadamu, agar kamu menerangkan kepada Umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka.” (an-Nahl:44).
Juga firman Allah Ta’ala, “Dan apa-apa yang dibawa Ar Rasul kepadamu maka ambillah ia, dan apa-apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (al-Hasyr:7).
Murid-Muridnya
Ibnul Qayyim benar-benar telah menyediakan dirinya untuk mengajar, memberi fatwa, berdakwah dan melayani dialog. Karena itulah banyak manusia-manusia pilihan dari kalangan para pemerhati yang menempatkan ilmu sebagai puncak perhatiannya, telah benar-benar menjadi murid beliau. Mereka itu adalah para Ulama terbaik yang telah terbukti keutamaannya, di antaranya ialah: anak beliau sendiri bernama Syarafuddin Abdullah, anaknya yang lain bernama Ibrahim, kemudian Ibnu Katsir ad-Dimasyqiy penyusun kitab al-Bidayah wan Nihayah, al-Imam al-Hafizh Abdurrahman bin Rajab al-Hambali al-Baghdadi penyusun kitab Thabaqat al-Hanabilah, Ibnu Abdil Hadi al-Maqdisi, Syamsuddin Muhammad bin Abdil Qadir an-Nablisiy, Ibnu Abdirrahman an-Nablisiy, Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimaz adz-Dzhahabi at-Turkumaniy asy-Syafi’i, Ali bin Abdil Kafi bin Ali bin Taman As Subky, Taqiyussssddin Abu ath-Thahir al-Fairuz asy-Syafi’i dan lain-lain.
Aqidah Dan Manhajnya
Adalah Aqidah Ibnul Qayyim begitu jernih, tanpa ternodai oleh sedikit kotoran apapun, itulah sebabnya, ketika beliau hendak membuktikan kebenaran wujudnya Allah Ta’ala, beliau ikuti manhaj al-Qur’anul Karim sebagai manhaj fitrah, manhaj perasaan yang salim dan sebagai cara pandang yang benar. Beliau –rahimahullah- sama sekali tidak mau mempergunakan teori-teori kaum filosof.
Ibnul Qayiim rahimahullah mengatakan, “Perhatikanlah keadaan alam seluruhnya –baik alam bawah maupun- alam atas dengan segala bagian-bagaiannya, niscaya anda akan temui semua itu memberikan kesaksian tentang adanya Sang Pembuat, Sang Pencipta dan Sang Pemiliknya. Mengingkari adanya Pencipta yang telah diakui oleh akal dan fitrah berarti mengingkari ilmu, tiada beda antara keduanya. Bahwa telah dimaklumi; adanya Rabb Ta’ala lebih gamblang bagi akal dan fitrah dibandingkan dengan adanya siang hari. Maka barangsiapa yang akal serta fitrahnya tidak mampu melihat hal demikian, berarti akal dan fitrahnya perlu dipertanyakan.”
Hadirnya Imam Ibnul Qayyim benar-benar tepat ketika zaman sedang dilanda krisis internal berupa kegoncangan dan kekacauan (pemikiran Umat Islam–Pent.) di samping adanya kekacauan dari luar yang mengancam hancurnya Daulah Islamiyah. Maka wajarlah jika anda lihat Ibnul Qayyim waktu itu memerintahkan untuk membuang perpecahan sejauh-jauhnya dan menyerukan agar umat berpegang kepada Kitabullah Ta’ala serta Sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Manhaj serta hadaf Ibnul Qayyim rahimahullah ialah kembali kepada sumber-sumber dinul Islam yang suci dan murni, tidak terkotori oleh ra’yu-ra’yu (pendapat-pendapat) Ahlul Ahwa’ wal bida’ (Ahli Bid’ah) serta helah-helah (tipu daya) orang-orang yang suka mempermainkan agama.
Oleh sebab itulah beliau rahimahullah mengajak kembali kepada madzhab salaf; orang-orang yang telah mengaji langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Merekalah sesungguhnya yang dikatakan sebagai ulama waratsatun nabi (pewaris nabi) shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam pada itu, tidaklah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewariskan dinar atau dirham, tetapi beliau mewariskan ilmu. Berkenaan dengan inilah, Sa’id meriwayatkan dari Qatadah tentang firman Allah Ta’ala,
“Dan orang-orang yang diberi ilmu (itu) melihat bahwa apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb mu itulah yang haq.” (Saba’:6).
Qotadah mengatakan, “Mereka (orang-orang yang diberi ilmu) itu ialah para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Di samping itu, Ibnul Qayyim juga mengumandangkan bathilnya madzhab taqlid.
Kendatipun beliau adalah pengikut madzhab Hanbali, namun beliau sering keluar dari pendapatnya kaum Hanabilah, dengan mencetuskan pendapat baru setelah melakukan kajian tentang perbandingan madzhab-madzhab yang masyhur.
Mengenai pernyataan beberapa orang bahwa Ibnul Qayyim telah dikuasai taqlid terhadap imam madzhab yang empat, maka kita memberi jawaban sebagai berikut, Sesungguhnya Ibnul Qayyim rahimahullah amat terlalu jauh dari sikap taqlid. Betapa sering beliau menyelisihi madzhab Hanabilah dalam banyak hal, sebaliknya betapa sering beliau bersepakat dengan berbagai pendapat dari madzhab-madzhab yang bermacam-macam dalam berbagai persoalan lainnya.
Memang, prinsip beliau adalah ijtihad dan membuang sikap taqlid. Beliau rahimahullah senantiasa berjalan bersama al-Haq di mana pun berada, ittijah (cara pandang)-nya dalam hal tasyari’ adalah al-Qur’an, sunnah serta amalan-amalan para sahabat, dibarengi dengan ketetapannya dalam berpendapat manakala melakukan suatu penelitian dan manakala sedang berargumentasi.
Di antara da’wahnya yang paling menonjol adalah da’wah menuju keterbukaan berfikir. Sedangkan manhajnya dalam masalah fiqih ialah mengangkat kedudukan nash-nash yang memberi petunjuk atas adanya sesuatu peristiwa, namun peristiwa itu sendiri sebelumnya belum pernah terjadi.
Adapun cara pengambilan istinbath hukum, beliau berpegang kepada al-Kitab, as-Sunnah, Ijma’ Fatwa-fatwa shahabat, Qiyas, Istish-habul Ashli (menyandarkan persoalan cabang pada yang asli), al-Mashalih al-Mursalah, Saddu adz-Dzari’ah (tindak preventif) dan al-‘Urf (kebiasaan yang telah diakui baik).
Ujian Yang Dihadapi
Adalah wajar jika orang ‘Alim ini, seorang yang berada di luar garis taqlid turun temurun dan menjadi penentang segenap bid’ah yang telah mengakar, mengalami tantangan seperti banyak dihadapi oleh orang-orang semisalnya, menghadapi suara-suara sumbang terhadap pendapat-pendapat barunya.
Orang-orang pun terbagi menjadi dua kubu: Kubu yang fanatik kepadanya dan kubu lainnya kontra. Oleh karena itu, beliau rahimahullah menghadapi berbagai jenis siksaan. Beliau seringkali mengalami gangguan. Pernah dipenjara bersama Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah secara terpisah-pisah di penjara al-Qal’ah dan baru dibebaskan setelah Ibnu Taimiyah wafat.
Hal itu disebabkan karena beliau menentang adanya anjuran agar orang pergi berziarah ke kuburan para wali. Akibatnya beliau disekap, dihinakan dan diarak berkeliling di atas seekor onta sambil didera dengan cambuk.
Pada saat di penjara, beliau menyibukkan diri dengan membaca al-Qur’an, tadabbur dan tafakkur. Sebagai hasilnya, Allah membukakan banyak kebaikan dan ilmu pengetahuan baginya. Di samping ujian di atas, ada pula tantangan yang dihadapi dari para qadhi karena beliau berfatwa tentang bolehnya perlombaan pacuan kuda asalkan tanpa taruhan. Sungguhpun demikian Ibnul Qayyim rahimahullah tetap konsisten (teguh) menghadapi semua tantangan itu dan akhirnya menang. Hal demikian disebabkan karena kekuatan iman, tekad serta kesabaran beliau. Semoga Allah melimpahkan pahala atasnya, mengampuninya dan mengampuni kedua orang tuanya serta segenap kaum muslimin.
Pujian Ulama Terhadapnya
Sungguh Ibnul Qayyim rahimahullah teramat mendapatkan kasih sayang dari guru-guru maupun muridnya. Beliau adalah orang yang teramat dekat dengan hati manusia, amat dikenal, sangat cinta pada kebaikan dan senang pada nasehat. Siapa pun yang mengenalnya tentu ia akan mengenangnya sepanjang masa dan akan menyatakan kata-kata pujian bagi beliau. Para Ulama pun telah memberikan kesaksian akan keilmuan, kewara’an, ketinggian martabat serta keluasan wawasannya.
Ibnu Hajar pernah berkata mengenai pribadi beliau, “Dia adalah seorang yang berjiwa pemberani, luas pengetahuannya, faham akan perbedaan pendapat dan madzhab-madzhab salaf.”
Di sisi lain, Ibnu Katsir mengatakan, “Beliau seorang yang bacaan Al-Qur’an serta akhlaqnya bagus, banyak kasih sayangnya, tidak iri, dengki, menyakiti atau mencaci seseorang. Cara shalatnya panjang sekali, beliau panjangkan ruku’ serta sujudnya hingga banyak di antara para sahabatnya yang terkadang mencelanya, namun beliau rahimahullah tetap tidak bergeming.”
Ibnu Katsir berkata lagi, “Beliau rahimahullah lebih didominasi oleh kebaikan dan akhlaq shalihah. Jika telah usai shalat Shubuh, beliau masih akan tetap duduk di tempatnya untuk dzikrullah hingga sinar matahari pagi makin meninggi. Beliau pernah mengatakan, ‘Inilah acara rutin pagi buatku, jika aku tidak mengerjakannya nicaya kekuatanku akan runtuh.’ Beliau juga pernah mengatakan, ‘Dengan kesabaran dan perasaan tanpa beban, maka akan didapat kedudukan imamah dalam hal din (agama).’”
Ibnu Rajab pernah menukil dari adz-Dzahabi dalam kitabnya al-Mukhtashar, bahwa adz-Dzahabi mengatakan, “Beliau mendalami masalah hadits dan matan-matannya serta melakukan penelitian terhadap rijalul hadits (para perawi hadits). Beliau juga sibuk mendalami masalah fiqih dengan ketetapan-ketetapannya yang baik, mendalami nahwu dan masalah-masalah Ushul.”
Tsaqafahnya
Ibnul Qayyim rahimahullah merupakan seorang peneliti ulung yang ‘Alim dan bersungguh-sungguh. Beliau mengambil semua ilmu dan mengunyah segala tsaqafah yang sedang jaya-jayanya pada masa itu di negeri Syam dan Mesir.
Beliau telah menyusun kitab-kitab fiqih, kitab-kitab ushul, serta kitab-kitab sirah dan tarikh. Jumlah tulisan-tulisannya tiada terhitung banyaknya, dan diatas semua itu, keseluruhan kitab-kitabnya memiliki bobot ilmiah yang tinggi. Oleh karenanyalah Ibnul Qayyim pantas disebut kamus segala pengetahuan ilmiah yang agung.
Karya-Karyanya
Beliau rahimahullah memang benar-benar merupakan kamus berjalan, terkenal sebagai orang yang mempunyai prinsip dan beliau ingin agar prinsipnya itu dapat tersebarluaskan. Beliau bekerja keras demi pembelaannya terhadap Islam dan kaum muslimin. Buku-buku karangannya banyak sekali, baik yang berukuran besar maupun berukuran kecil. Beliau telah menulis banyak hal dengan tulisan tangannya yang indah. Beliau mampu menguasai kitab-kitab salaf maupun khalaf, sementara orang lain hanya mampun menguasai sepersepuluhnya. Beliau teramat senang mengumpulkan berbagai kitab. Oleh sebab itu Imam ibnul Qayyim terhitung sebagai orang yang telah mewariskan banyak kitab-kitab berbobot dalam pelbagai cabang ilmu bagi perpustakaan-perpustakaan Islam dengan gaya bahasanya yang khas; ilmiah lagi meyakinkan dan sekaligus mengandung kedalaman pemikirannya dilengkapi dengan gaya bahasa nan menarik.
Beberapa Karyanya
1. Tahdzib Sunan Abi Daud,
2. I’lam al-Muwaqqi’in ‘an Rabbil ‘Alamin,
3. Ighatsatul Lahfan fi Hukmi Thalaqil Ghadlban,
4. Ighatsatul Lahfan fi Masha`id asy-Syaithan,
5. Bada I’ul Fawa’id,
6. Amtsalul Qur’an,
7. Buthlanul Kimiya’ min Arba’ina wajhan,
8. Bayan ad-Dalil ’ala istighna’il Musabaqah ‘an at-Tahlil,
9. At-Tibyan fi Aqsamil Qur’an,
10. At-Tahrir fi maa yahillu wa yahrum minal haris,
11. Safrul Hijratain wa babus Sa’adatain,
12. Madarijus Salikin baina manazil Iyyaka na’budu wa Iyyaka nasta’in,
13. Aqdu Muhkamil Ahya’ baina al-Kalimit Thayyib wal Amais Shalih al-Marfu’ ila Rabbis Sama’
14. Syarhu Asma’il Kitabil Aziz,
15. Zaadul Ma’ad fi Hadyi Kairul Ibad,
16. Zaadul Musafirin ila Manazil as-Su’ada’ fi Hadyi Khatamil Anbiya’
17. Jala’ul Afham fi dzkris shalati ‘ala khairil Am,.
18. Ash-Shawa’iqul Mursalah ‘Alal Jahmiyah wal Mu’aththilah,
19. Asy-Syafiyatul Kafiyah fil Intishar lil firqatin Najiyah,
20. Naqdul Manqul wal Muhakkil Mumayyiz bainal Mardud wal Maqbul,
21. Hadi al-Arwah ila biladil Arrah,
22. Nuz-hatul Musytaqin wa raudlatul Muhibbin,
23. al-Jawabul Kafi Li man sa`ala ’anid Dawa`is Syafi,
24. Tuhfatul Wadud bi Ahkamil Maulud,
25. Miftah daris Sa’adah,
26. Ijtima’ul Juyusy al-Islamiyah ‘ala Ghazwi Jahmiyyah wal Mu’aththilah,
27. Raf’ul Yadain fish Shalah,
28. Nikahul Muharram,
29. Kitab tafdlil Makkah ‘Ala al-Madinah,
30. Fadl-lul Ilmi,
31. ‘Uddatus Shabirin wa Dzakhiratus Syakirin,
32. al-Kaba’ir,
33. Hukmu Tarikis Shalah,
34. Al-Kalimut Thayyib,
35. Al-Fathul Muqaddas,
36. At-Tuhfatul Makkiyyah,
37. Syarhul Asma il Husna,
38. Al-Masa`il ath-Tharablusiyyah,
39. Ash-Shirath al-Mustaqim fi Ahkami Ahlil Jahim,
40. Al-Farqu bainal Khullah wal Mahabbah wa Munadhorotul Khalil li qaumihi,
41. Ath-Thuruqul Hikamiyyah, dan masih banyak lagi kitab-kitab serta karya-karya besar beliau yang digemari oleh berbagai pihak.
Wafatnya
Ibnul-Qoyyim meninggal dunia pada waktu isya’ tanggal 13 Rajab 751 H. Ia dishalatkan di Mesjid Jami’ Al-Umawi dan setelah itu di Masjid Jami’ Jarrah; kemudian dikuburkan di Pekuburan Babush Shagir.
Sumber:
1. Al-Bidayah wan Nihayah libni Katsir,
2. Muqaddimah Zaadil Ma’ad fi Hadyi Khairil Ibad, Tahqiq: Syu’ab wa Abdul Qadir al-Arna`uth,
3. Muqaddimah I’lamil Muwaqqi’in ‘an Rabbil ‘alamin; Thaha Abdur Ra’uf Sa’d,
4. Al-Badrut Thali’ Bi Mahasini ma Ba’dal Qarnis Sabi’ karya Imam asy-Syaukani,
5. Syadzaratudz dzahab karya Ibn Imad,
6. Ad-Durar al-Kaminah karya Ibn Hajar al-‘Asqalani,
7. Dzail Thabaqat al-Hanabilah karya Ibn Rajab Al Hanbali,
8. Al Wafi bil Wafiyat li Ash Shafadi,
9. Bughyatul Wu’at karya Suyuthi,
10. Jala’ul ‘Ainain fi Muhakamah al-Ahmadin karya al-Alusi,
Langganan:
Postingan (Atom)