Rabu, 18 September 2013

Jama'ah pembacaan sejarah [Manakib] Syekh Abdul Qodir Jaelani Masjid Al-Ishlah Jln. Mataram II BTN Margalaksana Indah II Kelurahan Margadadi-Indramayu

Kamis, 05 September 2013

Puisi untuk Negeri

Alam pun Bersaksi Dahulu ada kehidupan yang tak dapat dipungkiri Lalu dari waktu ke waktu zaman pun telah tersakiti Gelora juang seorang pendiri hanya jadi kisah di laci memori Kisah sepenggal kehidupan di pesisir cinta sejati Kenangan indah telah terpatri Di alam yang turut bersaksi Kiranya history telah hidup kembali Pasti para pengabdi bersuka hati Kisah ternyata hanyalah sebuah cerita yang dibumbui Oleh secercah sejumput harapan yang tak pasti Padahal alam pun telah bersaksi Untuk menjadi pelajaran hidup yang penuh arti Itulah kehidupan yang tak pernah berbohong diri Kisah sang ksatria sejati ditelikung oleh lika-liku penuh duri Dunia pesisir cinta sejati andil melahirkan sejuta misteri Dan Ilahi pun tak pernah ingkar janji Alam turut bersaksi bahwa hidup penuh histeri Gelora hati tuk tak tersakiti dikebiri saudara sendiri Ingin mengabdi digoda oleh kelalaian diri Cinta di pesisir jadi tak lagi sejati Dermayu, 8/2/2013 Pikirannya Tak Secerdas Hatinya Jagalah hati kau pasti berbakti Akalnya hanya diminta untuk mengerti Dunia sungguh tercipta dengan kehendak Ilahi Azab-Nya pasti mengikuti Berbekal kecerdasan saja sungguh tak cukup mendalami Cerdas akal seharusnya hatinya juga melebihi Akal dan hati bukan saling memusuhi Diperintahkan untuk saling berinteraksi Pikirannya tak secerdas hatinya duhai para pengabdi Ada Dia Yang Maha Suci di dalam hati Bukan kebanggaan diri Allah bersemayam di hati Hanya Dia-lah yang patut dipuji Bercerita tentang hidup di negeri sendiri Dahaga terasa jika tak mengenali Asmara pada ibu pertiwi harus sampai di kedalaman hati Sebagai tanda bukti cinta sejati Memanjakan dunia di negeri sendiri takkan bisa abadi Pada hati yang cinta Ilahi akan hadir senyum berseri Pikirannya tak secerdas hatinya duhai pemuja Ilahi Adakah dapat dimengerti? Dermayu, 9/2/2013 Sejarah Pesisir Cinta Sejati Kulihat dalam tatapan nun jauh dari pandangan Terdengar berita yang menjelaskan penuh makna Perihal pesisir cinta sejati di keharibaan Sulit untuk dibuktikan tapi jelas dalam suka cita Derai air mata sang duka dalam pengabdian Sosok kesucian dalam keheningan derita Dihamparkan bukti akan adab dan kesopanan Bukan lahir dari angan yang hampa Perhatian terhadap keluhuran dan kesucian Sandaran dinamika dalam kehidupan alam yang nyata Bukti sejarah yang menyulitkan Bila dihampiri dengan bisikan sang durjana Aku pun tersadar dalam bungkus kebahagiaan Bahwa kelak lahir bumi pesisir dalam hamparan cinta Terikat kuat dalam kebahagiaan dan kemuliaan Sejak lahir kemurnian cinta yang membahana Sejarah pesisir cinta sejati bukan hayalan Bukan pula karena keinginan yang merana Telah terurai dalam untaian kitab yang dirahasiakan Di luar dunia yang tertangkap tatapan mata Dermayu, 10/2/2013 Asmara dalam Duka Seolah tak kumengerti Ada duri dalam diri Kelu lidah tuk mengakhiri Sayatan sembilu dari kampung sendiri Banyak cerita yang kualami Dalam hidup di dunia sang pemimpi Sudah lama kutersakiti Dari seorang yang tak tahu diri Sehat sejahtera ada dalam sanubari Padahal hidup di negeri sang pendiri Bukan takut tuk menghadapi Lebih baik tak menghampiri Asmara dalam duka begitulah yang dialami Seribu kata tak berarti Di masa kumenanti seorang pengabdi Dalam rindu yang tak terobati Berdoalah duhai putera sejati Allah pasti kan menemani Dunia bukanlah ladang tuk meratapi Setiap wujud yang tak ada harga diri Asmara dalam duka begitulah hidup di dunia mimpi Cukup sudah tuk tersakiti Dekapan cinta yang dinanti Senyum luka tetap berseri Dermayu, 10/2/2013 Belaian Sang Ilahi Apalah arti hidup saat dikejar tak pernah berhenti Detak jantung pun takut mengomentari Bilakah hidup terus berlari Jika hanya mimpi menguasai materi? Celaka oh celaka bila itu yang terjadi Sadarlah para sang pemimpi Ada cinta yang harus dicari Damai hidup dengan belaian Sang Ilahi Negeri ini diliputi penuh misteri Ada banyak harta yang bermateri Tidak juga dapat mencukupi Derita lama tak pernah berhenti Adakah yang mau mengabdi Berbekal cinta tanpa menyakiti Inilah yang dicari Allah pun ridho menghampiri Wahai anak negeri Kita butuh belaian Sang Ilahi Agar hidup menjadi semakin berarti Bahkan negeri mengamini sendiri Mustahilkah dapat terjadi Ataukah itu hanya dongeng dalam mimpi Belaian Sang Ilahi bukan tak pasti Terukur dari cara kita mendekati Negeri yang bermateri menjadi misteri Jika didekati tanpa menghayati Kejarlah belaian Sang Ilahi Hidup pun di negeri ini tak lagi bermimpi Dermayu, 11/2/2013 Menuju Kemakmuran Mungkin ada baiknya tuk mencoba Adakah sebuah perubahan dimulai Ah itu boleh jadi merupakan suatu usaha Hidup memang harus silih berganti Jika diam mustahil perubahan ada Gayung bersambut diiringi niat suci Derita lahirkan manusia binasa Bila berganti maka ada sesuatu yang pasti Dunia bukanlah panggung sandiwara Petikan cinta dalam sanubari Ada kata yang terlupa Bahwa hidup hanya untuk mengabdi Alam ingin disantuni belaian cinta Kemakmuran pun bukan tak pasti Walau sedikit tangan menggoda Ada Ilahi yang selalu mengawasi Wahai insan yang hidup penuh derita Buka mata dengarkan hati Salam sejahtera nun jauh di sana Ada berita suka cita yang dinanti Menuju kemakmuran hidup di dunia Ajal menanti tak tahu pasti Jangan biarkan hidup merana Sambutlah mentari di pagi hari Sudah lama kita berjumpa Tak juga bersimpuh silaturahmi Walau hanya sementara Banyak makna yang dapat dicari Menuju kemakmuran penuh bahagia Ada di dalam kebijaksanaan Ilahi Kejar hidup bertambah merana Bila berlari tak setulus hati Menuju kemakmuran sumpah setia Tak boleh ada ingkar janji Walau sedikit harta menggoda Bakti setia dibawa mati Ada duka ada suka cita Tak perlu ada iri dan dengki Allah sedang mencoba Siapakah yang sungguh mengabdi Dermayu, 13/2/2013 Ladang Dunia di Pesisir Cinta Sejati Kuhargai kekayaan negeri Alam berlimpah tak habis tuk dimengerti Ladang dunia di pesisir cinta sejati Lumbung padi yang beraneka materi Melampaui kilau dunia bagi sang pemimpi Ada banyak di negeri ini Ladang dunia di pesisir cinta sejati Aset pengabdi sampai ke luar negeri Banyak orang menghargai Kilau dunia yang dinanti Ladang dunia di pesisir cinta sejati Ada itu dan ini masih terselimuti Tuhan selalu menepati janji Jika negeri tidak dikhianati Ladang dunia di pesisir cinta sejati Pesona indah bagi para pengabdi Semburan ombak rahasia Ilahi Seribu pulau penuh misteri Ladang dunia di pesisir cinta sejati Kekayaan alam yang tak tertandingi Tidakkah kau mau mengerti Seru alam tak pernah berhenti Ladang dunia di pesisir cinta sejati Sudah siap untuk dinikmati Cukup sudah tuk mendustai Alam pun pasti senyum berseri Ladang dunia di pesisir cinta sejati Tawarkan hidup penuh berarti Perlukah hidup dalam bingkai mimpi Sakit pun tak terobati Ladang dunia di pesisir cinta sejati Bahagiakan insan yang tahu diri Jagad raya milik Tuhan Yang Maha Suci Tak perlu hidup jika mati di lumbung sendiri Ladang dunia di pesisir cinta sejati Dipersiapkan untuk para pengabdi Dermayu, 16/2/2013 Satu Kata Dalam Hati Gemuruh ombak diterjang badai Denyut nadi tak terurai Sedikit kata banyak arti Meski orang tak banyak mengerti Lagu cinta di dalam hati Seru alam bagi pengabdi Siapa yang tak tahu diri Akan mati terasa disakiti Satu kata dalam hati Menjadi obat yang abadi Teringat Allah sampai mati Pasti tak ada yang mengelabui Sudah hampa tak berarti Tak ada pula kata dalam hati Meski hidup laksana mimpi Tidak juga ada yang abadi Tapi hidup bukanlah mimpi Selembar kain tuk menutupi Jika hidup menjadi berarti Allah pun rido mendekati Beribu kata dapat dicari Sulit juga tuk dimengerti Satu kata dalam hati Buka tirai yang menyelimuti Satu kata dalam hati Hanya Allah yang dinanti Biar hidup tak lama lagi Agungkan ILahi tak boleh berhenti Dermayu, 16/2/2013 Pada-Mu Kumengabdi Sejuta dajjal selewengkan diri Ada iblis bergegas lari Petir pun berhamburan menghancuri Segalanya takkan abadi kecuali Dia Sang Ilahi Merajut cinta di dalam hati Sujud tersungkur menangisi diri Apalah arti bertinggi hati Jikalah mati dikerubuti iblis berduri Pada-Mu kumengabdi Jelas sudah keagungan-Mu ya Ilahi Takkan ada yang menghalangi Apa pun yang Kau kehendaki Pada-Mu kumengabdi Dihamparkan kemuliaan diri Biarlah orang tak memahami Bagiku hanya Engkau di hati Alangkah indahnya penduduk suatu negeri Abdikan diri untuk menjadi saksi Pada-Mu kumengabdi Begitulah seharusnya terjadi Dermayu, 16/2/2013 Salam Sejahtera Untuk Penduduk Negeri Dari kebahagiaan abadi Disampaikan salam sejahtera dari pendiri Untuk penduduk negeri yang berbakti Janganlah duka bersedih hati Tuhan kan terus merahmati Kebahagiaan yang sudah pasti Untuk penduduk negeri yang menjaga hati Jangan lupakan bahagianmu kenikmatan duniawi Salam sejahtera bukanlah basa basi Untuk penduduk negeri yang cinta sejati Kelak Allah kan menepati janji Hidup makmur loh jinawi Dari Dia Yang Maha Suci Salam telah disampaikan melalui hati Janganlah berbangga diri Apalagi sampai menyakiti Salam sejahtera untuk para pengabdi Yang telah hadir di negeri sendiri Teruslah dengan sepenuh hati berbakti Allah pasti kan memenuhi Dermayu, 16/2/2013

Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah

Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah (wafat 656 H) Nama seberanya adalah Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abi Bakr bin Ayyub bin Sa’ad bin Huraiz az-Zar’i, kemudian ad-Dimasyqi. Dikenal dengan ibnul Qayyim al-Jauziyyah nisbat kepada sebuah madrasah yang dibentuk oleh Muhyiddin Abu al-Mahasin Yusuf bin Abdil Rahman bin Ali al-Jauzi yang wafat pada tahun 656 H, sebab ayah Ibnul Qayyim adalah tonggak bagi madrasah itu. Ibnul Qayyim dilahirkan di tengah keluarga berilmu dan terhormat pada tanggal 7 Shaffar 691 H. Di kampung Zara’ dari perkampungan Hauran, sebelah tenggara Dimasyq (Damaskus) sejauh 55 mil. Pertumbuhan Dan Thalabul Ilminya Ia belajar ilmu faraidl dari bapaknya karena beliau sangat menonjol dalam ilmu itu. Belajar bahasa Arab dari Ibnu Abi al-Fath al-Baththiy dengan membaca kitab-kitab: (al-Mulakhkhas li Abil Balqa’ kemudian kitab al-Jurjaniyah, kemudian Alfiyah Ibnu Malik, juga sebagian besar Kitab al-kafiyah was Syafiyah dan sebagian at-Tas-hil). Di samping itu belajar dari syaikh Majduddin at-Tunisi satu bagian dari kitab al-Muqarrib li Ibni Ushfur. Belajar ilmu Ushul dari Syaikh Shafiyuddin al-Hindi, Ilmu Fiqih dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Syaikh Isma’il bin Muhammad al-Harraniy. Beliau amat cakap dalam hal ilmu melampaui teman-temannya, masyhur di segenap penjuru dunia dan amat dalam pengetahuannya tentang madzhab-madzhab Salaf. Pada akhirnya beliau benar-benar bermulazamah secara total (berguru secara intensif) kepada Ibnu Taimiyah sesudah kembalinya Ibnu Taimiyah dari Mesir tahun 712 H hingga wafatnya tahun 728 H. Pada masa itu, Ibnul Qayyim sedang pada awal masa-masa mudanya. Oleh karenanya beliau sempat betul-betul mereguk sumber mata ilmunya yang luas. Beliau dengarkan pendapat-pendapat Ibnu Taimiyah yang penuh kematangan dan tepat. Oleh karena itulah Ibnul Qayyim amat mencintainya, sampai-sampai beliau mengambil kebanyakan ijtihad-ijtihadnya dan memberikan pembelaan atasnya. Ibnul Qayyim yang menyebarluaskan ilmu Ibnu Taimiyah dengan cara menyusun karya-karyanya yang bagus dan dapat diterima. Ibnul Qayyim pernah dipenjara, dihina dan diarak berkeliling bersama Ibnu Taimiyah sambil didera dengan cambuk di atas seekor onta. Setelah Ibnu Taimiyah wafat, Ibnul Qayyim pun dilepaskan dari penjara. Sebagai hasil dari mulazamahnya (bergurunya secara intensif) kepada Ibnu Taimiyah, beliau dapat mengambil banyak faedah besar, diantaranya yang penting ialah berdakwah mengajak orang supaya kembali kepada kitabullah Ta’ala dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahihah, berpegang kepada keduanya, memahami keduanya sesuai dengan apa yang telah difahami oleh as-Salafus ash-Shalih, membuang apa-apa yang berselisih dengan keduanya, serta memperbaharui segala petunjuk ad-Din yang pernah dipalajarinya secara benar dan membersihkannya dari segenap bid’ah yang diada-adakan oleh kaum Ahlul Bid’ah berupa manhaj-manhaj kotor sebagai cetusan dari hawa-hawa nafsu mereka yang sudah mulai berkembang sejak abad-abad sebelumnya, yakni: Abad kemunduran, abad jumud dan taqlid buta. Beliau peringatkan kaum muslimin dari adanya khurafat kaum sufi, logika kaum filosof dan zuhud model orang-orang hindu ke dalam fiqrah Islamiyah. Ibnul Qayyim rahimahullah telah berjuang untuk mencari ilmu serta bermulazamah bersama para Ulama supaya dapat memperoleh ilmu mereka dan supaya bisa menguasai berbagai bidang ilmu Islam. Penguasaannya terhadap Ilmu Tafsir tiada bandingnya, pemahamannya terhadap Ushuluddin mencapai puncaknya dan pengetahuannya mengenai Hadits, makna hadits, pemahaman serta Istinbath-Istinbath rumitnya, sulit ditemukan tandingannya. Semuanya itu menunjukkan bahwa beliau rahimahullah amat teguh berpegang pada prinsip, yakni bahwa “Baiknya” perkara kaum Muslimin tidak akan pernah terwujud jika tidak kembali kepada madzhab as-Salafus ash-Shalih yang telah mereguk ushuluddin dan syari’ah dari sumbernya yang jernih yaitu Kitabullah al-‘Aziz serta sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam asy-syarifah. Oleh karena itu beliau berpegang pada (prinsip) ijtihad serta menjauhi taqlid. Beliau ambil istinbath hukum berdasarkan petunjuk al-Qur’anul Karim, Sunnah Nabawiyah syarifah, fatwa-fatwa shahih para shahabat serta apa-apa yang telah disepakati oleh ahlu ats tsiqah (ulama terpercaya) dan A’immatul Fiqhi (para imam fiqih). Dengan kemerdekaan fikrah dan gaya bahasa yang logis, beliau tetapkan bahwa setiap apa yang dibawa oleh Syari’ah Islam, pasti sejalan dengan akal dan bertujuan bagi kebaikan serta kebahagiaan manusia di dunia maupun di akhirat. Beliau rahimahullah benar-benar menyibukkan diri dengan ilmu dan telah benar-benar mahir dalam berbagai disiplin ilmu, namun demikian beliau tetap terus banyak mencari ilmu, siang maupun malam dan terus banyak berdo’a. Sasarannya Sesungguhnya Hadaf (sasaran) dari Ulama Faqih ini adalah hadaf yang agung. Beliau telah susun semua buku-bukunya pada abad ke-tujuh Hijriyah, suatu masa dimana kegiatan musuh-musuh Islam dan orang-orang dengki begitu gencarnya. Kegiatan yang telah dimulai sejak abad ketiga Hijriyah ketika jengkal demi jengkal dunia mulai dikuasai Isalam, ketika panji-panji Islam telah berkibar di semua sudut bumi dan ketika berbagai bangsa telah banyak masuk Islam; sebahagiannya karena iman, tetapi sebahagiannya lagi terdiri dari orang-orang dengki yang menyimpan dendam kesumat dan bertujuan menghancurkan (dari dalam pent.) dinul Hanif (agama lurus). Orang-orang semacam ini sengaja melancarkan syubhat (pengkaburan)-nya terhadap hadits-hadits Nabawiyah Syarif dan terhadap ayat-ayat al-Qur’anul Karim. Mereka banyak membuat penafsiran, ta’wil-ta’wil, tahrif, serta pemutarbalikan makna dengan maksud menyebarluaskan kekaburan, bid’ah dan khurafat di tengah kaum Mu’minin. Maka adalah satu keharusan bagi para A’immatul Fiqhi serta para ulama yang memiliki semangat pembelaan terhadap ad-Din, untuk bertekad memerangi musuh-musuh Islam beserta gang-nya dari kalangan kaum pendengki, dengan cara meluruskan penafsiran secara shahih terhadap ketentuan-ketentuan hukum syari’ah, dengan berpegang kepada Kitabullah wa sunnatur Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai bentuk pengamalan dari Firman Allah Ta’ala: “Dan Kami turunkan Al Qur’an kepadamu, agar kamu menerangkan kepada Umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka.” (an-Nahl:44). Juga firman Allah Ta’ala, “Dan apa-apa yang dibawa Ar Rasul kepadamu maka ambillah ia, dan apa-apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (al-Hasyr:7). Murid-Muridnya Ibnul Qayyim benar-benar telah menyediakan dirinya untuk mengajar, memberi fatwa, berdakwah dan melayani dialog. Karena itulah banyak manusia-manusia pilihan dari kalangan para pemerhati yang menempatkan ilmu sebagai puncak perhatiannya, telah benar-benar menjadi murid beliau. Mereka itu adalah para Ulama terbaik yang telah terbukti keutamaannya, di antaranya ialah: anak beliau sendiri bernama Syarafuddin Abdullah, anaknya yang lain bernama Ibrahim, kemudian Ibnu Katsir ad-Dimasyqiy penyusun kitab al-Bidayah wan Nihayah, al-Imam al-Hafizh Abdurrahman bin Rajab al-Hambali al-Baghdadi penyusun kitab Thabaqat al-Hanabilah, Ibnu Abdil Hadi al-Maqdisi, Syamsuddin Muhammad bin Abdil Qadir an-Nablisiy, Ibnu Abdirrahman an-Nablisiy, Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimaz adz-Dzhahabi at-Turkumaniy asy-Syafi’i, Ali bin Abdil Kafi bin Ali bin Taman As Subky, Taqiyussssddin Abu ath-Thahir al-Fairuz asy-Syafi’i dan lain-lain. Aqidah Dan Manhajnya Adalah Aqidah Ibnul Qayyim begitu jernih, tanpa ternodai oleh sedikit kotoran apapun, itulah sebabnya, ketika beliau hendak membuktikan kebenaran wujudnya Allah Ta’ala, beliau ikuti manhaj al-Qur’anul Karim sebagai manhaj fitrah, manhaj perasaan yang salim dan sebagai cara pandang yang benar. Beliau –rahimahullah- sama sekali tidak mau mempergunakan teori-teori kaum filosof. Ibnul Qayiim rahimahullah mengatakan, “Perhatikanlah keadaan alam seluruhnya –baik alam bawah maupun- alam atas dengan segala bagian-bagaiannya, niscaya anda akan temui semua itu memberikan kesaksian tentang adanya Sang Pembuat, Sang Pencipta dan Sang Pemiliknya. Mengingkari adanya Pencipta yang telah diakui oleh akal dan fitrah berarti mengingkari ilmu, tiada beda antara keduanya. Bahwa telah dimaklumi; adanya Rabb Ta’ala lebih gamblang bagi akal dan fitrah dibandingkan dengan adanya siang hari. Maka barangsiapa yang akal serta fitrahnya tidak mampu melihat hal demikian, berarti akal dan fitrahnya perlu dipertanyakan.” Hadirnya Imam Ibnul Qayyim benar-benar tepat ketika zaman sedang dilanda krisis internal berupa kegoncangan dan kekacauan (pemikiran Umat Islam–Pent.) di samping adanya kekacauan dari luar yang mengancam hancurnya Daulah Islamiyah. Maka wajarlah jika anda lihat Ibnul Qayyim waktu itu memerintahkan untuk membuang perpecahan sejauh-jauhnya dan menyerukan agar umat berpegang kepada Kitabullah Ta’ala serta Sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Manhaj serta hadaf Ibnul Qayyim rahimahullah ialah kembali kepada sumber-sumber dinul Islam yang suci dan murni, tidak terkotori oleh ra’yu-ra’yu (pendapat-pendapat) Ahlul Ahwa’ wal bida’ (Ahli Bid’ah) serta helah-helah (tipu daya) orang-orang yang suka mempermainkan agama. Oleh sebab itulah beliau rahimahullah mengajak kembali kepada madzhab salaf; orang-orang yang telah mengaji langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Merekalah sesungguhnya yang dikatakan sebagai ulama waratsatun nabi (pewaris nabi) shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam pada itu, tidaklah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewariskan dinar atau dirham, tetapi beliau mewariskan ilmu. Berkenaan dengan inilah, Sa’id meriwayatkan dari Qatadah tentang firman Allah Ta’ala, “Dan orang-orang yang diberi ilmu (itu) melihat bahwa apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb mu itulah yang haq.” (Saba’:6). Qotadah mengatakan, “Mereka (orang-orang yang diberi ilmu) itu ialah para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Di samping itu, Ibnul Qayyim juga mengumandangkan bathilnya madzhab taqlid. Kendatipun beliau adalah pengikut madzhab Hanbali, namun beliau sering keluar dari pendapatnya kaum Hanabilah, dengan mencetuskan pendapat baru setelah melakukan kajian tentang perbandingan madzhab-madzhab yang masyhur. Mengenai pernyataan beberapa orang bahwa Ibnul Qayyim telah dikuasai taqlid terhadap imam madzhab yang empat, maka kita memberi jawaban sebagai berikut, Sesungguhnya Ibnul Qayyim rahimahullah amat terlalu jauh dari sikap taqlid. Betapa sering beliau menyelisihi madzhab Hanabilah dalam banyak hal, sebaliknya betapa sering beliau bersepakat dengan berbagai pendapat dari madzhab-madzhab yang bermacam-macam dalam berbagai persoalan lainnya. Memang, prinsip beliau adalah ijtihad dan membuang sikap taqlid. Beliau rahimahullah senantiasa berjalan bersama al-Haq di mana pun berada, ittijah (cara pandang)-nya dalam hal tasyari’ adalah al-Qur’an, sunnah serta amalan-amalan para sahabat, dibarengi dengan ketetapannya dalam berpendapat manakala melakukan suatu penelitian dan manakala sedang berargumentasi. Di antara da’wahnya yang paling menonjol adalah da’wah menuju keterbukaan berfikir. Sedangkan manhajnya dalam masalah fiqih ialah mengangkat kedudukan nash-nash yang memberi petunjuk atas adanya sesuatu peristiwa, namun peristiwa itu sendiri sebelumnya belum pernah terjadi. Adapun cara pengambilan istinbath hukum, beliau berpegang kepada al-Kitab, as-Sunnah, Ijma’ Fatwa-fatwa shahabat, Qiyas, Istish-habul Ashli (menyandarkan persoalan cabang pada yang asli), al-Mashalih al-Mursalah, Saddu adz-Dzari’ah (tindak preventif) dan al-‘Urf (kebiasaan yang telah diakui baik). Ujian Yang Dihadapi Adalah wajar jika orang ‘Alim ini, seorang yang berada di luar garis taqlid turun temurun dan menjadi penentang segenap bid’ah yang telah mengakar, mengalami tantangan seperti banyak dihadapi oleh orang-orang semisalnya, menghadapi suara-suara sumbang terhadap pendapat-pendapat barunya. Orang-orang pun terbagi menjadi dua kubu: Kubu yang fanatik kepadanya dan kubu lainnya kontra. Oleh karena itu, beliau rahimahullah menghadapi berbagai jenis siksaan. Beliau seringkali mengalami gangguan. Pernah dipenjara bersama Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah secara terpisah-pisah di penjara al-Qal’ah dan baru dibebaskan setelah Ibnu Taimiyah wafat. Hal itu disebabkan karena beliau menentang adanya anjuran agar orang pergi berziarah ke kuburan para wali. Akibatnya beliau disekap, dihinakan dan diarak berkeliling di atas seekor onta sambil didera dengan cambuk. Pada saat di penjara, beliau menyibukkan diri dengan membaca al-Qur’an, tadabbur dan tafakkur. Sebagai hasilnya, Allah membukakan banyak kebaikan dan ilmu pengetahuan baginya. Di samping ujian di atas, ada pula tantangan yang dihadapi dari para qadhi karena beliau berfatwa tentang bolehnya perlombaan pacuan kuda asalkan tanpa taruhan. Sungguhpun demikian Ibnul Qayyim rahimahullah tetap konsisten (teguh) menghadapi semua tantangan itu dan akhirnya menang. Hal demikian disebabkan karena kekuatan iman, tekad serta kesabaran beliau. Semoga Allah melimpahkan pahala atasnya, mengampuninya dan mengampuni kedua orang tuanya serta segenap kaum muslimin. Pujian Ulama Terhadapnya Sungguh Ibnul Qayyim rahimahullah teramat mendapatkan kasih sayang dari guru-guru maupun muridnya. Beliau adalah orang yang teramat dekat dengan hati manusia, amat dikenal, sangat cinta pada kebaikan dan senang pada nasehat. Siapa pun yang mengenalnya tentu ia akan mengenangnya sepanjang masa dan akan menyatakan kata-kata pujian bagi beliau. Para Ulama pun telah memberikan kesaksian akan keilmuan, kewara’an, ketinggian martabat serta keluasan wawasannya. Ibnu Hajar pernah berkata mengenai pribadi beliau, “Dia adalah seorang yang berjiwa pemberani, luas pengetahuannya, faham akan perbedaan pendapat dan madzhab-madzhab salaf.” Di sisi lain, Ibnu Katsir mengatakan, “Beliau seorang yang bacaan Al-Qur’an serta akhlaqnya bagus, banyak kasih sayangnya, tidak iri, dengki, menyakiti atau mencaci seseorang. Cara shalatnya panjang sekali, beliau panjangkan ruku’ serta sujudnya hingga banyak di antara para sahabatnya yang terkadang mencelanya, namun beliau rahimahullah tetap tidak bergeming.” Ibnu Katsir berkata lagi, “Beliau rahimahullah lebih didominasi oleh kebaikan dan akhlaq shalihah. Jika telah usai shalat Shubuh, beliau masih akan tetap duduk di tempatnya untuk dzikrullah hingga sinar matahari pagi makin meninggi. Beliau pernah mengatakan, ‘Inilah acara rutin pagi buatku, jika aku tidak mengerjakannya nicaya kekuatanku akan runtuh.’ Beliau juga pernah mengatakan, ‘Dengan kesabaran dan perasaan tanpa beban, maka akan didapat kedudukan imamah dalam hal din (agama).’” Ibnu Rajab pernah menukil dari adz-Dzahabi dalam kitabnya al-Mukhtashar, bahwa adz-Dzahabi mengatakan, “Beliau mendalami masalah hadits dan matan-matannya serta melakukan penelitian terhadap rijalul hadits (para perawi hadits). Beliau juga sibuk mendalami masalah fiqih dengan ketetapan-ketetapannya yang baik, mendalami nahwu dan masalah-masalah Ushul.” Tsaqafahnya Ibnul Qayyim rahimahullah merupakan seorang peneliti ulung yang ‘Alim dan bersungguh-sungguh. Beliau mengambil semua ilmu dan mengunyah segala tsaqafah yang sedang jaya-jayanya pada masa itu di negeri Syam dan Mesir. Beliau telah menyusun kitab-kitab fiqih, kitab-kitab ushul, serta kitab-kitab sirah dan tarikh. Jumlah tulisan-tulisannya tiada terhitung banyaknya, dan diatas semua itu, keseluruhan kitab-kitabnya memiliki bobot ilmiah yang tinggi. Oleh karenanyalah Ibnul Qayyim pantas disebut kamus segala pengetahuan ilmiah yang agung. Karya-Karyanya Beliau rahimahullah memang benar-benar merupakan kamus berjalan, terkenal sebagai orang yang mempunyai prinsip dan beliau ingin agar prinsipnya itu dapat tersebarluaskan. Beliau bekerja keras demi pembelaannya terhadap Islam dan kaum muslimin. Buku-buku karangannya banyak sekali, baik yang berukuran besar maupun berukuran kecil. Beliau telah menulis banyak hal dengan tulisan tangannya yang indah. Beliau mampu menguasai kitab-kitab salaf maupun khalaf, sementara orang lain hanya mampun menguasai sepersepuluhnya. Beliau teramat senang mengumpulkan berbagai kitab. Oleh sebab itu Imam ibnul Qayyim terhitung sebagai orang yang telah mewariskan banyak kitab-kitab berbobot dalam pelbagai cabang ilmu bagi perpustakaan-perpustakaan Islam dengan gaya bahasanya yang khas; ilmiah lagi meyakinkan dan sekaligus mengandung kedalaman pemikirannya dilengkapi dengan gaya bahasa nan menarik. Beberapa Karyanya 1. Tahdzib Sunan Abi Daud, 2. I’lam al-Muwaqqi’in ‘an Rabbil ‘Alamin, 3. Ighatsatul Lahfan fi Hukmi Thalaqil Ghadlban, 4. Ighatsatul Lahfan fi Masha`id asy-Syaithan, 5. Bada I’ul Fawa’id, 6. Amtsalul Qur’an, 7. Buthlanul Kimiya’ min Arba’ina wajhan, 8. Bayan ad-Dalil ’ala istighna’il Musabaqah ‘an at-Tahlil, 9. At-Tibyan fi Aqsamil Qur’an, 10. At-Tahrir fi maa yahillu wa yahrum minal haris, 11. Safrul Hijratain wa babus Sa’adatain, 12. Madarijus Salikin baina manazil Iyyaka na’budu wa Iyyaka nasta’in, 13. Aqdu Muhkamil Ahya’ baina al-Kalimit Thayyib wal Amais Shalih al-Marfu’ ila Rabbis Sama’ 14. Syarhu Asma’il Kitabil Aziz, 15. Zaadul Ma’ad fi Hadyi Kairul Ibad, 16. Zaadul Musafirin ila Manazil as-Su’ada’ fi Hadyi Khatamil Anbiya’ 17. Jala’ul Afham fi dzkris shalati ‘ala khairil Am,. 18. Ash-Shawa’iqul Mursalah ‘Alal Jahmiyah wal Mu’aththilah, 19. Asy-Syafiyatul Kafiyah fil Intishar lil firqatin Najiyah, 20. Naqdul Manqul wal Muhakkil Mumayyiz bainal Mardud wal Maqbul, 21. Hadi al-Arwah ila biladil Arrah, 22. Nuz-hatul Musytaqin wa raudlatul Muhibbin, 23. al-Jawabul Kafi Li man sa`ala ’anid Dawa`is Syafi, 24. Tuhfatul Wadud bi Ahkamil Maulud, 25. Miftah daris Sa’adah, 26. Ijtima’ul Juyusy al-Islamiyah ‘ala Ghazwi Jahmiyyah wal Mu’aththilah, 27. Raf’ul Yadain fish Shalah, 28. Nikahul Muharram, 29. Kitab tafdlil Makkah ‘Ala al-Madinah, 30. Fadl-lul Ilmi, 31. ‘Uddatus Shabirin wa Dzakhiratus Syakirin, 32. al-Kaba’ir, 33. Hukmu Tarikis Shalah, 34. Al-Kalimut Thayyib, 35. Al-Fathul Muqaddas, 36. At-Tuhfatul Makkiyyah, 37. Syarhul Asma il Husna, 38. Al-Masa`il ath-Tharablusiyyah, 39. Ash-Shirath al-Mustaqim fi Ahkami Ahlil Jahim, 40. Al-Farqu bainal Khullah wal Mahabbah wa Munadhorotul Khalil li qaumihi, 41. Ath-Thuruqul Hikamiyyah, dan masih banyak lagi kitab-kitab serta karya-karya besar beliau yang digemari oleh berbagai pihak. Wafatnya Ibnul-Qoyyim meninggal dunia pada waktu isya’ tanggal 13 Rajab 751 H. Ia dishalatkan di Mesjid Jami’ Al-Umawi dan setelah itu di Masjid Jami’ Jarrah; kemudian dikuburkan di Pekuburan Babush Shagir. Sumber: 1. Al-Bidayah wan Nihayah libni Katsir, 2. Muqaddimah Zaadil Ma’ad fi Hadyi Khairil Ibad, Tahqiq: Syu’ab wa Abdul Qadir al-Arna`uth, 3. Muqaddimah I’lamil Muwaqqi’in ‘an Rabbil ‘alamin; Thaha Abdur Ra’uf Sa’d, 4. Al-Badrut Thali’ Bi Mahasini ma Ba’dal Qarnis Sabi’ karya Imam asy-Syaukani, 5. Syadzaratudz dzahab karya Ibn Imad, 6. Ad-Durar al-Kaminah karya Ibn Hajar al-‘Asqalani, 7. Dzail Thabaqat al-Hanabilah karya Ibn Rajab Al Hanbali, 8. Al Wafi bil Wafiyat li Ash Shafadi, 9. Bughyatul Wu’at karya Suyuthi, 10. Jala’ul ‘Ainain fi Muhakamah al-Ahmadin karya al-Alusi,